tebuireng.online– Pelaksanan Muktamar ke-33 NU yang bertempat di jombang tepatnya di pesatren tebuireng dan sekitarnya ini tak luput dari sorotan media cetak maupun media elektronik. Salah satu yang menjadi perhatian adalah karya tangan seorang pelukis yang berasal dari Jombang.

Dalam lukisannya kali ini tak hanya unsur keindahan yang ia prioritaskan, namun sejuta pesan moral ia sematkan di setiap goresan tinta di atas kanvas berukuran 2×2. Pelukis yang memiliki nama Holis ini menuntaskan lukisannya di Grand City. Lukisan yang bertemakan bangkitlah ulamakku ini menjadi luapan isi hati Holis sebagai pelukis sekaligus sebagai bentuk dukungannya kepada NU.

“Ini adalah salah satu bentuk dukungan saya sesuai kapasitas saya sebagai seniman”, kata holis kepada wartawan sebelum memulai melukis, Jum’at (31/7/2015).

Dengan santai dan teliti, Holis mulai menorat-coret kanvasnya dengan berbagai corak warna yang ia gunakan untuk melukis. Awalnya tak ada bentuk, hanya kesan warna-warni yang terlihat ia goreskan di kanvasnnya itu.

Namun setelah 15 menit berlalu, pelukis yang mendirikan Yayasan Seni Untuk Bangsaku itu berhasil menampakkan lukisannya yang berbentuk kursi bermahkota yang terlihat dari sudut depan. Dan disampingnya ada sebuah raut wajah sedang memandangi kursi.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Holis menjelaskan bahwa kursi bermahkota itu bermakna jabatan, sedangkan wajah yang ada disampingnya itu adalah orang yang akan menduduki jabatan tersebut.

Dalam lukisannya kali ini Holis menggogoreskan catnya itu berbentuk awut-awutan dan ruwet untuk menggambarkan situasi muktamar yang semrawut karena adanya pro kontra mengenai pemilihan Rais Aam, yang akan di lakukan dengan cara voting atau AHWA. “Saya berharap agar muktmar besok berjalan lancar”, lanjut Holis.

Dalam hal pro kontra ini Holis enggan mengomentari sistem pemilihan Rais Aam ini. yang pasti Holis menghimbau kepada seluruh peserta muktamar untuk memilih pemimpinnya dengan teliti.

“Pilih ulama yang paham Al Qur’an, Hadits, sunnah, dan paham keagamaan. Jangan pilih ulama yang karbitan, yang hanya ingin memegang jabatan saja”, sambung seniman yang pernah mencetak rekor dunia saat melukis dengan lumpur Lapindo ini. (ana/abror)