Tebuireng.online— Dalam acara musyawarah wilayah Ithla’ (Ittihad Tholabah al-Lughah al-Arabiyah) atau persatuan Mahasiswa Bahasa Arab, Syaikh Bilal hadir sebagai pemateri dalam seminar. Pada kesempatan itu, Syaikh Bilal terangkan beberapa alasan mengapa penting belajar bahasa Arab hingga menghukumi wajib.
Sebagai narasumber pertama, Syaikh Bilal menyampaikan pentingnya belajar bahasa Arab sampai menghukumi wajib dengan berdasar kaidah Maa Laa yatimmul wajib fahuwa wajib (sesuatu yang menjadi sempurnanya suatu kewajiban maka hal itu juga mengikuti hukum wajib).
“Memahami Al Quran itu wajib maka cara memahaminya tidak lain adalah dengan memahami Bahasa Arab. Maka dengan itu belajar Bahasa Arab hukumnya menjadi wajib,” tutur Syaikh Bilal, salah satu dosen Bahasa Arab di Universitas Hasyim Asy’ari tersebut.
Sedangkan Ahmad Syauqi, S. Hum. M. Si atau yang lebih akrab disapa Gus Syauqi memaparkan materi tentang keterkaitan bahasa Arab sebagai bahasa agama. BahasaArab sebagai bahasa sosial budaya, bahasa Arab sebagai bahasa politik, bahasa Arab sebagai bahasa sastra, dan bahasa Arab sebagai ilmu pengetahuan.
“Jadi dulu itu bahasa Arab dijadikan sebagai bahasa sastra yang berbentuk puisi, prosa, dan pidato yang dipertontonkan di pasar-pasar,” cerita salah satu dosen sastra Arab di UIN Surabaya tersebut.
Tidak hanya soal sastra, Gus Syauqi juga menyampaikan dengan runtut sejarah bahasa Arab sejak lahir hingga perkembangannya sejak zaman Rasulullah hingga abad modern. Menurut beliau bahasa arab memiliki peran sumbangsih yang besar dalam ilmu pengetahuan.
“Bahasa Arab dan peradaban Islam bagaikan dua sisi mata uang yang keduanya tidak bisa dipisahkan,” terangnya.
Gus Syauqi melanjutkan bahwa bahasa Arab mampu berkembang maju dan meluas karena Al-Quran dan berkembang sebagai disiplin ilmu yang dipelajari, dikaji, dan diteliti bukan untuk dipolitisasi oleh oknum-oknum.
Sebelum mengakhiri materi, Gus Syauqi memberikan pesan kepada audience agar memahami bahasa arab dengan benar, “terakhir, jangan gagal paham dengan Arab,” tegasnya.
Beliau mengutip ucapan Gus Dur bahwa untuk menjadi Islam jangan terpaku pada panggilan ana, antum, akhi dan akhwat. Namun cukup bangga dengan identitas muslim Indonesia.
Beliau juga berpesan bahwa apapun yang arab belum tentu Islam, belum tentu suci sehingga tidak mudah mencaci orang lain karena gagal paham terhadap bahasa arab. Sedangkan bapak Atho’ menyampaikan tema tentang keutamaan organisasi yang termasuk diantaranya adalah keutamaan organisasi bahasa Arab.
“Keutamaan organisasi bahasa Arab sekarang ini adalah yang ada bagaimana membumikan bahasa Arab tidak hanya dalam komunikasi tetapi juga di dunia media,” tukas beliau di sesi akhir pemaparan materi seminal nasional.
Untuk diketahui, ini kali pertama Universitas Hasyim Asy’ari sebagai tuan rumah sejak tanggal 05/10/19 hingga 06/10/19 yang diawali oleh seminar nasional di aula lanntai 3 gedung Universitas Hasyim Asy’ari.
Diantara narasumber yang diundang untuk memberikan materi adalah Ahmad Syauqi, S. Hum. M. Si yang juga seorang Demisioner DPW ITHLA DIY dan Jawa Tengah, Muhammad Atho’illah, M. IP, anggota DPRD Jawa Timur, dan Syaikh Bilal Mahmud Afifi.
Pewarta: Luluatul Mabruroh
Publisher: RZ