sumbangan-masjid
Sumber Foto www.tribunnews.com

tebuireng.online – Pertanyaan: Bolehkah menerima sumbangan non Muslim untuk pembangunan masjid?

Jawaban:
Prinsip hubungan antara kaum Muslimin dengan non-muslim adalah firman Allah (QS: Al-Mumtahanah: . Ayat ini turun ketika Qutailah binti Abdil Uzza bin Abdi As’ad dari kabilah bani Malik bin Hasal mengunjungi anaknya, Asma` binti Abu Bakar, dengan membawa beberapa jenis hadiah, seperti kadal Arab, susu kering, dan minyak samin. Ketika itu dia dalam keadaan musyrik, sehingga Asma` menolak untuk menerima hadiah darinya atau mengizinkannya masuk ke dalam rumahnya. Lalu Aisyah bertanya kepada Rasulullah saw. mengenai hal itu, maka Allah menurunkan ayat, “Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama”. (Al-Mumtahanah: . Rasulullah saw. akhinya menyuruh Asma` untuk menerima hadiah ibunya dan mengizinkannya masuk ke rumahnya.” (HR. Ahmad).
Dalam beberapa hadis disebutkan bahwa Rasulullah saw. pernah menerima pemberian non-muslim. Diriwayatkan dari Ali r.a., ia berkata, “Kisra memberi Rasulullah saw. hadiah dan beliau menerimanya. Augustus Caesar juga memberinya hadiah dan beliau menerimanya. Bagitu juga para raja-raja yang lain memberinya hadiah dan beliau menerimanya.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi).
Dalam riwayat lain dari Anas bin Malik r.a., bahwa Ukaidir Daumah memberi Rasulullah saw. hadiah berupa sebuah jubah dari sutra.” (HR. Bukhari-Muslim). Kemudian riwayat Anas bahwa Raja Dzu Yazan memberi hadiah kepada Rasulullah saw. sehelai pakaian yang telah dia beli seharga tiga puluh tiga unta, lalu Rasulullah saw. menerimanya.” (HR. Abu Dawud).
Selain itu, Rasulullah saw. juga pernah menerima hadiah dari Salman al-Farisi sebelum ia masuk Islam. Di dalam kitab Tharh at-Tatsrîb, al-Hafizh al-‘Iraqi berkata, “Hadis ini berisi penjelasan mengenai kebolehan menerima hadiah orang kafir, karena ketika itu Salman r.a. belum masuk Islam. Ia baru masuk Islam setelah melihat tiga tanda kenabian.”
Pemberian non Muslim itu tidak dibedakan apakah berkaitan dengan urusan dunia maupun urusan akhirat. Berangkat dari sini, para ulama Syafi’iyah membolehkan wakaf non-muslim untuk kepentingan kaum muslimin, baik yang berkaitan dengan urusan agama maupun urusan dunia. Karena, wakaf itu sendiri merupakan ibadah, tanpa memandang niat pemberi wakaf. Pendapat mereka ini berbeda dengan pendapat para ulama Malikiyah yang hanya membolehkan wakaf non-muslim untuk hal-hal yang berkaitan dengan urusan dunia saja. Sedangkan ulama Hanafiyah membolehkan wakaf dari Ahlu Zimmah jika ditujukan untuk sesuatu yang dalam Islam maupun dalam pandangan agama si pemberi dianggap sebagai ibadah.
Mengenai firman Allah:
مَا كَانَ لِلمُشْرِكِينَ أَن يَعْمُرُواْ مَسَاجِدَ الله شَاهِدِينَ عَلَى أَنفُسِهِمْ بِالكُفْرِ
“Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan masjid-masjid Allah, sedang mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir.” (At-Taubah: 17), menurut ulama Syafi’iyah, maksud dari “memakmurkan masjid” yang dilarang adalah jika non Muslim itu mempunyai kekuasaan penuh atas urusan masjid (menjadi takmir, misalnya), atau dikhawatirkan akan dilaksanakan perbuatan syirik di dalam masjid. Jika tidak ada unsur-unsur seperti itu, maka menerima sumbangan non-muslim untuk pembangunan masjid adalah boleh (mubah). Ini merupakan pendapat ulama mazhab Syafi’i. Wallahu a’lam.

Referensi: 

نيل الأوطار, ص: 75.
وعن علي عند الشيخين إن أكيدر دومة الجندل أهدى إلى النبي صلى الله عليه وآله وسلم ثوب حرير فأعطاه عليا فقال شققه خمرا بين الفواطم . وعن أبي حميد الساعدي عند البخاري قال غزونا مع رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم تبوك وأهدى ابن العلماء للنبي صلى الله عليه وآله وسلم بردا وكتب له ببحرهم وجاء إلى رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم صاحب ايلة كتاب وأهدى إليه بغلة بيضاء . الحديث وفي مسلم أهدى فروة الجذامى إلى رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم بغلة بيضاء ركبها يوم حنين . وعن بريدة عند إبراهيم الحربي وابن خزيمة وابن أبي عاصم ان أمير القبط أهدى إلى رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم جاريتين وبغلى فكان يركب البغلة بالمدينة وأخذ إحدى الجاريتين لنفسه فولدت له إبراهيم ووهب الأخرى لحسان وفي كتاب الهدايا لأبراهيم الحربي أهدى يوحنا ابن رؤبة إلى النبي صلى الله عليه وآله وسلم بغلته البيضاء . وعن أنس أيضا عند البخاري وغيره أن يهودية أتت النبي صلى الله عليه وآله وسلم بشاة مسمومة فأكل منها الحديث . والأحاديث المذكورة في الباب تدل على جواز قبول الهدية من الكافر

A. Mubarok Yasin

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online