tebuireng.online– Pesantren Tebuireng kedatangan tamu dari Indonesia Timur, berbatasan dengan Filipina. Di tengah guyuran hujan deras perdana di Tebuireng dan sekitarnya, tiba sebuah bus membawa sekitar 60 orang rombongan dari SMPN 4 Kota Kotamobagu, Sulawesi Utara, Selasa (10/11/2015). Mereka disambut Kepala Pondok Pesantern Tebuireng Putra, Drs. H. A. Ainur Rofiq, M.Pdi dan Sekretaris Yayasan Hasyim Asy’ari Ir. H. Abdul Ghofar. Pertemuan dilaksanakan di Aula lantai 2 Gedung KH. M. Yusuf Hasyim Pesantren Tebuireng.
Rombongan yang terdiri dari 10 guru dan 50 siswa-siswi ini berkunjung ke Tebuireng dalam rangka studi banding mengenai pendidikan pesantren. Kepala SMPN 4 Kota Kotamobagu, Ibu Arfianti Lababa, S.Pd., M.Pd., mengatakan bahwa tujuan dari kunjungan kali adalah untuk memperkenalkan pesantren kepada siswa-siswi. “Saya ingin anak-anak saya menjadi ulama, pendakwa, dan mengerti tentang agama di daerah kami,” ujar Ibu Arfianti.
Ibu Kepsek juga menceritakan bahwa Kotamobagu mengalami krisis pendakwah lokal. Dalam acara-acara keagamaan, masyarakat biasanya mengundang penceramah dari Jawa, adapun terkadang da’i asli daerah tersebut, namun jumlahnya sangat sedikit. Untuk itu, SMPN 4 Kotamobagu ingin memantik minat siswa-siswi untuk mau menuntut ilmu agama di pesantren, termasuk Pesantren Tebuireng. “Kami berharap, ada anak-anak kami yang menajadi ulama’-ulama’ besar di daerah kami, seperti lulusan-lulusan Pesantren Tebuireng,” tambahnya.
Sambutan dari pesantren, diwakili oleh Sekretaris Yayasan Hasyim Asy’ari, Ir. H. Abdul Ghofar. Gus Ghofar panggilan akrab beliau, mengatakan bahwa Pesantren Tebuireng didirikan oleh Hadratusyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari pada tahun 1899 setelah beliau pulang dari pengembaraan ilmu di Mekkah. “Tentunya setelah 100 tahun lebih, Tebuireng mengalami pasang surut,” terang beliau.
Gus Ghofar juga mengatakan bahwa Pesantren Tebuireng sekarang sedang menkaji kerjasama pendidikan antara Pesantren Tebuireng dengan sebuah pesantren di Kab. Bolaang Mongondow Timur pimpinan KH. Mahbub Junaidi. Namun, untuk saat ini, bentuk kerjasama masih belum disepakati. “Belum pasti apa menjadi pesantren cabang, atau bentuk yang lain. Kalau jadi anak-anak tak perlu jauh-jauh untuk nyantri kesini,” jelas beliau.
Acara penyambutan terbilang singkat dan sederhana, karena kedatangan rombongan yang hampir menyentuh waktu maghrib, sekitar pukul 17.00 WIB. Sebelum berakhir, kedua belah pihak saling bertukar cinderamata. Setelah mengunjungi Tebuireng, rombongan akan menuju Kota Yogyakarta dan Bali.
Kota Kotamobagu adalah kota hasil pemekaran dari Kab. Bolaang Mongondow yang dipersiapkan menjadi provinsi baru. Mayoritas penduduk Kota Kotamobagu adalah muslim, termasuk banyak diantaranya adalah etnis Jawa. Sehingga kebutuhan atas pengembangan pendidikan pesantren disana, sangat dibutuhkan, untuk memenuhi krisis ulama’ dan pendakwah dari kalangan pribumi di kota tersebut. (abror)