tebuireng.online– Tepat 70 tahun lalu, arek-arek Suroboyo memberikan perlawanan sengit kepada bala tentara sekutu yang ingin menjajah Indonesia kembali, belum puas dengan 350 tahun berlalu. Patutlah kiranya bagi generasi muda bangsa era kini, meneladani semangat juang mereka. Hal itu yang coba dilakukan oleh santriwan-santriwati Madrasah Aliyah Salafiyah Syafi’iyah Pesantren Tebuireng. Mereka menggelar Peringatan Hari Pahlawan Nasional, Selasa (10/11/2015) di halaman madrasah tersebut.
Acara ini, dimeriahkan dengan perlombaan yang menarik yaitu, lomba pidato ala Bung Tomo dan paduan suara lagu Indonesia Raya. Perlombaan ini, dinilai dari sisi kemiripan, dari kostum, mimik muka, gestur tubuh, kesopanan dan gaya bicara. Peserta diberi kebebasan untuk membawa teks atau tidak, namun dewan juri menganjurkan bagi yang memang sudah hafal, sebaiknya tidak membawa teks.
Kevena, salah satu panitia mengatakan, bahwa tujuan dari acara ini adalah untuk mengenang pejuang para pahlawan yang gugur dalam mempertahankan kemerdekaan. Pemilihan ikon Bung Tomo sebagai tokoh utama, karena bagi panitia dan dewan guru, Bung Tomo memberikan pantikan api semangat arek-arek Suroboto dan sekitarnya untuk berjuang membela tanah air.
Setiap lomba diambil dua kategori, putra dan putri. Setiap kategori dalam satu perlombaan diambil tiga terbaik. “Hadiahnya tahu nggak, juara satu dan dua, dapat kipas angin, yang duduk itu. Kalau juara tiga dapat kalau nggak salah jam dinding,” ungkap Kavena. Acara ini adalah hasil kerjasama OSIS MASS, Majlis Perwakilan Santri (MPS), dan dewan guru. “Hadiahnya memang tidak seberapa, tapi makna dari acara ini yang besar,” tambahnya.
Adji Saputra, santri asal Riau, mengaku sangat senang dengan mengikuti lomba. Saking semangatnya, ia mengikuti kedua lomba tersebut sekaligus. “Dengan ikut lomba kayak gini saya dan para santri lainnya tertambah keyakinanya untuk mengisi kemerdekaan ini dengan terus mengasah keilmuan, belajar, berjuang, dan meningkatkan kreatifitas yang bermanfaat, bagi diri sendiri dan orang banyak,” tambah jawara bulutangkis ini. Hal serupa juga dirasakan, Ainul Abdi, santri asal Cibinong, Bogor. Menurutnya negara yang besar adalah negara yang bisa menghargai pahlawannya. “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Merdeka!,” kata Abdul Hadi dengan bersemangat. (dewi/abror)