Sumber gambar: https://satujam.com

Oleh: Luluatul Mabruroh*

فاذكروني أذكركم

Jika engkau mengingatku, niscaya aku akan mengingatmu. Dalam kalimat Adzkurukum memakai fi’il Mudhori yang dalam bahasa inggris memiliki tiga waktu utama. Present, continous, dan future. Namun semua tergantung pada aspek sejauh mana kadar kita mengingat Allah. Kadar ingat seorang hamba akan sama persis dengan ingatan Allah tentang hamba tersebut.

Hamba 50 % = Allah 50 %

أنا عند ظن عبدي بي

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Hamba 100 % = Allah 100 %

Sesungguhya aku tergantung prasangka hambaku. Maka berprasangka baiklah terhadap-Nya.

Lalu bagaimana cara mengingat Allah dengan mudah? Tindakan ringan pertama yang Allah berintahkan adalah “Shalat”.

إنني أنا الله، لا إله إلا أنا فاعبدني وأقم الصلاة لذكري (Al Quran surah 20 ayat 14.)

Sesungguhnya Akulah Allah, tiada Tuhan yang layak disembah kecuali aku. Maka sembahlah aku dan dirikanlah sholat untuk mengingatku.

Mengapa shalat? Sebab shalat adalah tindakan pertama untuk menemukan solusi. Hal yang dipikirkan oleh seorang hamba bukanlah “bagaimana aku harus menyelesaikan semua ini?” namun tanyakan, “Bagaimana Allah akan menyelesaikan semua ini untukku? Bagaimana Allah akan memberikan jalan keluar bagiku.” Sebab semua dalam shalat mengandung dzikir dan doa yang berbanding lurus dengan segala kebutuhan hidup seorang manusia. Dalam surat Fatihah saja ada banyak hal yang bisa digali. Hadis dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda:

قَالَ اللهُ تَعَالَى: قَسَمْتُ الصَّلَاةَ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي نِصْفَيْنِ، وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ، فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ: {الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ} ، قَالَ اللهُ تَعَالَى: حَمِدَنِي عَبْدِي، وَإِذَا قَالَ: {الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ}، قَالَ اللهُ تَعَالَى: أَثْنَى عَلَيَّ عَبْدِي، وَإِذَا قَالَ: {مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ}، قَالَ: مَجَّدَنِي عَبْدِي – وَقَالَ مَرَّةً فَوَّضَ إِلَيَّ عَبْدِي – فَإِذَا قَالَ: {إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ} قَالَ: هَذَا بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي، وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ، فَإِذَا قَالَ: {اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ} قَالَ: هَذَا لِعَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَل

Allah berfirman, “Saya membagi shalat antara diri-Ku dan hamba-Ku menjadi dua. Untuk hamba-Ku apa yang dia minta, Apabila hamba-Ku membaca, “Alhamdulillahi rabbil ‘alamin.”

Allah Ta’ala berfirman, “Hamba-Ku memuji-Ku.”

Apabila hamba-Ku membaca, “Ar-rahmanir Rahiim.”

Allah Ta’ala berfirman, “Hamba-Ku mengulangi pujian untuk-Ku.”

Apabila hamba-Ku membaca, “Maaliki yaumid diin.”

Apabila hamba-Ku membaca, “Hamba-Ku mengagungkan-Ku.” Dalam riwayat lain, Allah berfirman, “Hamba-Ku telah menyerahkan urusannya kepada-Ku.”

Apabila hamba-Ku membaca, “Iyyaka na’budu wa iyyaaka nasta’in.”

Allah Ta’ala berfirman, “Ini antara diri-Ku dan hamba-Ku, dan untuk hamba-Ku sesuai apa yang dia minta.”

Apabila hamba-Ku membaca, “Ihdinas-Shirathal mustaqiim….dst. sampai akhir surat.”

Allah Ta’ala berfirman, “Ini milik hamba-Ku dan untuk hamba-Ku sesuai yang dia minta.”

(HR. Ahmad 7291, Muslim 395 dan yang lainnya)

Semuka langit dan bumi tidak sujud kepada Allah tidak akan mengubah dan menurunkan status Allah sebagai Tuhan. Pada dasarnya adalah shalat merupakan kebutuhan pokok manusia yang tidak bisa di entengkan. Orang yang sadar dengan manfaat shalat tidak akan pernah enggan untuk mendirikannya, apalagi meninggalkannya. Yang dijanjikan dalam sholat bukan rasa lelah dalam ibadahnya, namun pengentasan segala kesulitan yang dialami. Shalat untuk menyelesaikan segala kebutuhan manusia. Maka, gelar sajadahmu dan mintalah dengan hati tenang.

*Penulis adalah Mahasiswa PBA Unhasy Tebuireng Jombang.