Padatnya jamaah shalat Idul Adha di area Pesantren Tebuireng. (Foto: Aminuddin)

Oleh: Silmi Adawiya*

Shalat Idul Adha adalah shalat yang dilaksanakan pada hari raya Idul Adha. Hukum shalat Idul Adha adalah sunnah. Shalat termasuk bagian penting dari perayaan hari raya Idul Adha. Hadis dari Ummu ‘Athiyah, beliau berkata;

أَمَرَنَا – تَعْنِى النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- – أَنْ نُخْرِجَ فِى الْعِيدَيْنِ الْعَوَاتِقَ وَذَوَاتِ الْخُدُورِ وَأَمَرَ الْحُيَّضَ أَنْ يَعْتَزِلْنَ مُصَلَّى الْمُسْلِمِينَ.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepada kami pada saat shalat ‘ied (Idul Fithri ataupun Idul Adha) agar mengeluarkan para gadis (yang baru beanjak dewasa) dan wanita yang dipingit, begitu pula wanita yang sedang haidh. Namun beliau memerintahkan pada wanita yang sedang haidh untuk menjauhi tempat shalat.

Waktu pelaksanaan shalat Idul Adha adalah dimulai dari munculnya matahari setinggi tombak, dan berakhir hingga waktu zawal (matahari bergeser ke arah barat). Dalam kitab Zaadul Ma’ad Fii hadyi Khoiril Ibad,  Ibnu Qayyim mengatakan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mengakhirkan shalat Idul Fitri dan mempercepat pelaksanaan shalat ‘Idul Adha. Ibnu ‘Umar  yang sangat dikenal mencontoh ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah keluar menuju lapangan kecuali hingga matahari meninggi.”

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Tujuan mengapa shalat ‘Idul Adha dikerjakan lebih awal adalah agar orang-orang dapat segera menyembelih qurbannya. Sedangkan shalat Idul Fitri agak diundur bertujuan agar kaum muslimin masih punya kesempatan untuk menunaikan zakat fitri.

Shalat Idul Adhal dilaksanakan dengan dua raka’at. Syarat dan rukunnya sama dengan shalat-shalat lainnya, hanya saja ada beberapa poin saja yang berbeda. Dalam shalat Idul Adha tidak ada adzan dan iqamah. Sebagaimana keterangan dari Jabir bin samurah, ia berkata:

صَلَّيْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- الْعِيدَيْنِ غَيْرَ مَرَّةٍ وَلاَ مَرَّتَيْنِ بِغَيْرِ أَذَانٍ وَلاَ إِقَامَةٍ.

Aku pernah melaksanakan shalat ‘ied (Idul Fithri dan Idul Adha) bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bukan hanya sekali atau dua kali, ketika itu tidak ada adzan maupun iqomah.”

Shalat Idul Adha dimulai dengan takbiratul ihram. Kemudian bertakbir (takbir zawaid) sebanyak tujuh kali. Diantara tiap takbir hendaklah membaca tasbih. Syaikhul Islam mengatakan bahwa sebagian salaf di antara tiap takbir membaca bacaan,

سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ . اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي

Maha suci Allah, segala pujian bagi-Nya, tidak ada sesembahan yang benar untuk disembah selain Allah. Ya Allah, ampunilah aku dan rahmatilah aku

Setelah takbir tambahan, membaca surat wajib yaitu surat al-Fatihah. Kemudian dilanjutkan dengan bacaan surat lainnya. Keterangan dari dari An Nu’man bin Basyir, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقْرَأُ فِى الْعِيدَيْنِ وَفِى الْجُمُعَةِ بِ (سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الأَعْلَى) وَ (هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ الْغَاشِيَةِ) قَالَ وَإِذَا اجْتَمَعَ الْعِيدُ وَالْجُمُعَةُ فِى يَوْمٍ وَاحِدٍ يَقْرَأُ بِهِمَا أَيْضًا فِى الصَّلاَتَيْنِ.

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca dalam shalat ‘ied maupun shalat Jum’at “Sabbihisma robbikal a’la” (surat Al A’laa)dan “Hal ataka haditsul ghosiyah” (surat Al Ghosiyah).” An Nu’man bin Basyir mengatakan begitu pula ketika hari ‘ied bertepatan dengan hari Jum’at, beliau membaca kedua surat tersebut di masing-masing shalat.

Setelah membaca surat tersebut, melakukan gerakan rukuk, i’tidal dan sujud seperti biasanya. Kemudian berdiri dan bertakbir sebanyak lima kali, dan dilanjutkan dengan membaca surah al-fatihah dan surah sunnah lainnya. Setelah itu dilanjjutkan dengan gerakan shalat seperti biasanya hingga salam.

Setelah melaksanakan shalat Idul Adha, imam berdiri untuk melaksanakan khutbah ‘ied dengan sekali khutbah. Jamaah boleh memilih mengikuti khutbah ‘ied ataukah tidak. Dari ‘Abdullah bin As Sa-ib, ia berkata bahwa ia pernah menghadiri shalat ‘ied bersama Rasulullah bersabda:

إِنَّا نَخْطُبُ فَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يَجْلِسَ لِلْخُطْبَةِ فَلْيَجْلِسْ وَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يَذْهَبَ فَلْيَذْهَبْ

“Aku saat ini akan berkhutbah. Siapa yang mau tetap duduk untuk mendengarkan khutbah, silakan ia duduk. Siapa yang ingin pergi, silakan ia pergi.


*Penulis adalah alumni Unhasy dan Pondok Pesantren Putri Walisongo Cukir Jombang, saat ini menjadi mahasiswa pascasarjana UIN Jakarta.