Tebuireng.online- Organisasi Santri SMP A Wahid Hasyim (OSAS) Tebuireng bersama tim Bank Sampah Tebuireng (BST) mengadakan seminar peduli lingkungan yang bertempat di celter wisma SMP AWH Pondok Putra Pesantren Tebuireng pada Jumat (31/10/2024). Seminar bertajuk “Solusi Berkelanjutan Untuk Maslahah Lingkungan di Pesantren” ini diikuti oleh seluruh santri dari unit SMP AWH. Tampak hadir para pembina santri SMP AWH, wakil kepala pondok putra, dan juga perwakilan dari tim BST.
Dialog intraktif terjadi antara para santri dengan pemateri mengenai bagaimana seorang santri turun aktif bersama-sama menjaga kebersihan dan kesehatan di lingkup pondok pesantren. Ustadz Ahmad Faozan, Direktur Bank Sampah Tebuireng (BST) menjelaskan kepada para santri bahwa sampah yang dihasilkan oleh seluruh santri Pesantren Tebuireng itu bermacam-macam.
“Sampah yang dihasilkan oleh kalian sebagai santri itu, macam-macam, seperti sampah peci, baju, kaos sampai pada sampah kitab atau buku. Yang mana amat disayangkan sekali kitab-kitab itu harus berakhir di tempat sampah,” ungkapnya.
Menurutnya, kita semua sudah mengetahui bersama-sama bahwasanya seorang santri harus dapat memuliakan kitab.
“Di dalam kitab Adabul A’lim wa Muta’alim, Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari telah menjelaskan bahwa, salah satu adab seorang pencari ilmu adalah memuliakan kitab,” imbuhnya.
Di sisi lain, Faozan mengungkapkan bahwa semenjak tahun 2021, tim BST telah bergerak untuk dapat mengelola sampah di Pesantren Tebuireng yang luar biasa banyaknya dan mencapai pada angka 280 ton.
“Maka semenjak 2021, kita mencoba untuk dapat mengelola sampah. Sampah-sampah yang berakhir di Tempat Pembuangan Sampah (TPS) kami pilih lagi, mana yang dapat bisa kita manfaatkan untuk pakan bebek dan kompos untuk tanaman dan tumbuhan,” jelas pria asal Cilacap ini.
Hal yang juga penting, menurutnya, ialah mengetahui jenis-jenis sampah. “Sampah itu terbagi menjadi tiga kriteria, sampah hati itu dapat diselesaikan melalui dzikir, dan bertaubat kepada Allah. Kedua sampah pikiran, bisa diselesaikan melalui diskusi atau musyawarah, dan terakhir sampah yang ketiga adalah sampah lingkungan yang mana hal ini bisa diselesaikan dengan mengelola sampah yang baik dan benar,” ujarnya.
Baginya, dalam pengelolaan sampah di pondok pesantren diperlukan tiga kunci, antara lain adalah kolaborasi, kreativitas dan komunikasi.
“Ketiga hal ini harus berjalan bersamaan dalam pengelolaan sampah di Pesantren Tebuireng sehingga kita bisa memahami semangat refleksi Hari Santri Nasional, yakni membicarakan jihad santri dalam menjaga dan merawat kebersihan lingkungan. Bila santri-santri di zaman dahulu berjihad melawan penjajah, maka jihad santri hari ini harus bisa melawan kebersihan yang ada di lingkungan pondok pesantren,” pungkasnya.
Selain dari Ustadz Ahmad Faozan, Gus Bambang selaku Pembina Bank Sampah Tebuireng turut memberikan edukasi kepada para santri SMP AWH.
“Teman-teman santri, masalah sampah adalah tanggung jawab kita bersama. Tidak hanya jadi tugas dari tim kebersihan saja, tetapi semua elemen civitas Pesantren Tebuireng harus bersama-sama dalam menyelesaikan prihal ini.”
Beliau juga (Gus Bambang) menjelaskan kepada para santri bahwa Pesantren Tebuireng adalah satu-satu pondok pesantren di Jawa Timur, yang sangat memperhatikan sampah yang dihasilkan oleh santri, “Pesantren kita, Pesantren Tebuireng adalah satu-satunya pondok pesantren yang telah sukses mengelola sampah dari hulu ke hilir,” katanya.
Pewarta: Dimas Setyawan