Tebuireng.online- Organisasi Santri SMP AWH Tebuireng menggelar kegiatan Jam’iyah Rutinan dan seminar peduli lingkungan dengan tema “Solusi Berkelanjutan Untuk Maslahah Lingkungan di Pesantren” pada Jumat (31/10/2024). Kegiatan tersebut menghadirkan KH. Bambang Harimurti selaku pembina dari Bank Sampah Tebuireng (BST) dan juga ustadz Ahmad Faozan selaku Direktur dari BST.
Dalam dialog bersama santri SMP AWH, Gus Bambang (panggilan akrabnya) mengingatkan kembali kepada peringatan Hari Santri Nasional pada 22 Oktober 2024. Beliau mengungkapkan apa yang berada di benak santri, yang sangat semangat melawan penjajahan.
“Entah, semangat apa yang ada di benak santri-santri kala itu saat melawan penjajahan, melawan penindasan penjajahan. Sudah harus menjadi kewajiban semangat itu harus kita bawa hari ini, guna dipakai menjadi pelopor kebersihan lingkungan sekitar,” kata beliau.
Beliau juga menungkapkan bahwa pada peringatan HSN kemarin, KH. Abdul Hakim Mahfudz meng-launching tentang buku untuk santri, yakni “Buku Saku Budaya Nilai Pesantren Tebuireng BERKAH”.
“Apa itu? Dan mengapa KH. Abdul Hakim Mahfudz me-launching buku ini tepat di upacara hari santri?” tanya Gus Bambang.
Beliau mengungkapkan bahwa, momentum ini diambil oleh Kiai Kikin sebagai petunjuk bagi kita civitas Pesantren Tebuireng bahwa budaya Pesantren Tebuireng berkah harus diperjuangkan. Harus berjuang dengan semangat tinggi memahami apa itu budaya berkah Pesantren Tebuireng.
“Dalam hal ini saya rasa penting untuk disampaikan. Karena di dalam kalimat ‘BERKAH’ huruf B-nya adalah kepanjangan dari berilmu. Adapun pada bab berilmu ada pedoman perilaku tentang kebersihan. Yaitu menjaga kebersihan dan kesucian jiwa dan lingkungan,” kata
Bagi beliau, menjaga kebersihan tidak hanya usai dibicarakan saja, tetapi harus ada upaya untuk penerapan perilakunya.
Gus Bambang juga menjelaskan bahwa sejatinya ilmu akan mudah masuk ke hati yang bersih. Menjaga kebersihan jiwa dari dosa-dosa seperti iri hati, dengki, atau kesombongan, serta menjaga lingkungan fisik agar tetap bersih dan nyaman untuk proses belajar.
Selain itu, beliau melanjutkan bahwa Pesantren Tebuireng senantiasa berkomitmen melaksanakan pembelajaran berkelanjutan. Dalam konteks ini tugas utama seorang santri di Pesantren Tebuireng adalah belajar, belajar, dan belajar. Termasuk belajar bagaimana menjaga lingkungannya agar tetap bersih dan nyaman dengan cara membuang sampah pada tempat dan sesuai jenisnya.
“Dengan kata lain santri dilarang membuang sampah sembarangan. Mengapa? Ini merujuk pada hasil Bathsul Masail pada Munas Alim Ulama dan Konbes NU pada tahun 2019 yang memutuskan haram hukumnya membuang sampah sembarangan terutama sampah plastik,” imbuh beliau.
Oleh karena itu, Pesantren Tebuireng di dalam pondok telah menyediakan banyak tempat sampah. Agar santri bisa membuang sampah sesuai jenis dan tempatnya.
“Jadi jika anak-anak ku ketika membuang sampah, itu harus sesuai dengan tempat dan jenisnya. Terdapat tempat sampah khusus plastik dan kertas. Ada tempat sampah khusus sisa makanan. Ada tempat sampah khusus daun. Ada dropbox khusus tempat botol dan gelas plastik,” tutur beliau.
Di samping itu, menurut beliau, dalam menjaga kebersihan terdapat ilmu tersendiri. Tatkala teman-teman santri telah dibekali dengan ilmu bagaimana menjaga kebersihan, maka secara tidak langsung harus bisa dipraktikkan dalam kehidupan sehari-sehari. Karena terdapat pepatah Arab yang menyebutkan, Al ilmu bila amalin kasyajarin bila tsamarin yang artinya, “Ilmu tanpa amal atau praktik seperti pohon yang tidak ada buahnya.”
Selanjutnya, beliau memberikan beberapa edukasi terhadap para santri SMP AWH antara lain, mengenai berapa lamanya botol plastik dapat terurai. “Tahu berapa lama botol bisa terurai? Iya botol plastik itu bisa terurai selama 450 tahun. Karena ada kandungan microplastiknya yang akan berbahaya. Maka hal itulah kita diharuskan membuang sampah pada tempatnya,” jelas beliau.
“Di Pesantren Tebuireng kita sedang mengusahakan, yang mana gerobak bisa menyangkut jenis 2 sampah, sehingga kami membuka Tempat Pembuangan Sampah (TPS) yang mana sampah dapat diurai dan mana yang tidak bisa di urai,” pungkas beliau.
Pewarta: Dimas Setyawan