Abuya KH. Abdul Hayyi Na’im salah satu pembicara dalam acara “Tabligh Akbar & Halal Bihalal Alumni dan Santri Tebuireng” pada Sabtu (20/6/20) via Zoom Meeting. (Sumber foto: youtube Pesantren Tebuireng Official)

Tebuireng.online– Pimpinan Pusat Ikatan Keluarga dan Alumni Pesantren Tebuireng (PP IKAPETE) mengadakan Tabligh Akbar Masyayikh & Halal Bihalal Alumni dan Santri Pondok Pesantren Tebuireng (20/6/20). Acara ini merupakan agenda tahunan yang digelar melalui aplikasi zoom dan live youtube Tebuireng Official.

Abuya KH. Abdul Hayyi Na’im salah satu pembicara mengungkapkan sangat bersyukur telah diberi kesempatan tampil walaupun jarak jauh. Hal ini dikaitkan dengan keadaan yang sedang terjadi saat ini dan tidak memungkinkan untuk menyelenggarakan agenda tahunan dengan tatap muka.

“Inilah berkat corona manusia jadi berusaha, berpikir, makanya kita harus bersyukur kepada Allah,” ungkapnya.

Sejak dulu Abuya telah merangkum kawan-kawan baik yang sudah almarhumin maupun yang masih hidup berdasarkan anjuran KH. Abdul Rozak Ma’mun yang mengatakan kepada Abuya untuk mengontak dan mengumpulkan teman-teman termasuk yang sudah almarhumin. Ternyata waktu itu berhasil mengumpulkan teman-teman alumni Tebuireng meski masih banyak yang belum terjangkau karena komunikasi saat itu masih sulit sehingga harus mendatangi satu persatu.

Berkat rundingan bersama untuk menamakan alumni Tebuireng dengan IKAPETE yaitu ikatan pelajar-pelajar Tebuireng yang sudah di luar. Abuya pernah menyampaikan ketika penyerahan dari KH. Yusuf Hasyim kepada KH. Salahuddin Wahid, beliau mengatakan “sekali santri tetap santri”.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Saya minta kepada bapak KH. Yusuf Hasyim untuk mengadakan pertemuan paling tidak setahun sekali. Hal itu sudah dilaksanakan dan sudah diterima,” terangnya.

Walaupun Abuya alumni Darul Ulum Makkah, dan Universitas Baghdad Iraq, akan tetapi yang menjadi merek identitas Abuya adalah alumni Tebuireng, hal ini tak lain supaya tidak terputus dengan Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari. Sampai sekarang Abuya dikenal orang-orang sebagai alumni Tebuireng yang mana hal ini merupakan berkah dari KH. Hasyim Asy’ari.

Hakikatnya santri yang telah berada di luar Tebuireng, berada di rumahnya masing-masing ia tetap santri Tebuireng.

“Saya minta kepada teman-teman alumni yang punya posisi di masyarakat masing-masing, jangan sampai dihilangkan alumni Tebuirengnya, jangan sampai putus koneksi dengan Tebuireng,” pesannya. 

Abuya pernah diberi tahu oleh KH. Abdul Rozaq Ma’mun ketika merasa jengkel karena NU terpecah menjadi dua yaitu NU Cipedak dan NU Rembang. Oleh karena itu Abuya mengatakan “udah tinggalakan saja ini NU”,  lalu KH. Abdul Rozaq menjawab “hati-hati jangan sembarangan mengambil keputusan karena yang mendirikan NU adalah KH. Hasyim Asy’ari, awas jangan sampai kualat, jangan sampai terputus daripada KH. Hasyim, jangan sampai terputus kepada Tebuireng, jangan sampai terputus kepada NU sebab ini rantai saluran yang nyantel kepada Nabi Muhammad SAW,” terangnya.

Oleh sebab itu Abuya berpesan apapun jabatan atau posisi masing-masing santri atau alumni, maka tetap pegang teguh rantai kaitan alumni Tebuireng sehingga nyangkut kepada KH. Hasyim Asy’ari dan kepada Rasulullah SAW.

Abuya menyampaikan bahwa berkahnya alumni Tebuireng jangankan yang tekun belajar yang tidur saja di Tebuireng pun paling tidak ketika pulang udah jadi imam tarawih, tukang nunggu kubur, pemimpin tahlil. Oleh sebab itu, lanjutnya jika ingin berkah jangan sampai meremehkan sangkutan kita kepada Tebuireng, sangkutan kita kepada KH. Hasyim Asy’ari. Usia NU udah hampir 100 tahun, maka dari itu jangan sampai terputus. Yang mana terkadang terlupakan bahwa NU yang tidak terputus ini adalah NU yang diridai oleh KH. Hasyim Asy’ari.

“Saya pesan kepada seluruh teman-teman apalagi anda semua sudah menjadi ulama, kiai, ustadz itu adalah pernah mencicipi ilmu dari Tebuireng walaupun tidak terlalu lama,” ungkapnya.

Dengan pernyataan-pernyatan tersebut, Abuya berpesan kepada teman-teman alumni Tebuireng agar tidak sampai melepaskan tali rantai kepada Tebuireng, sebab barangkali ini merupakan kesempatan dan pesan terakhirnya mengingat usia beliau yang sudah sepuh dan sudah banyak teman-teman sebayanya yang sudah mendahului.

“InsyaAllah kalau ini kita pegang, insyaAllah nanti kita akan dipertemukan lagi di surga Allah,” pungkasnya dengan harapan dan doa.

Pewarta: Rafiqatul Anisah