ilustrasi travelling muslimah
ilustrasi travelling muslimah

Oleh: Wan Nurlaila*

“Pengumuman, disampaikan pada seluruh santri kelas 1 B, ditunggu kehadirannya di madrasah aliyah karna ustadznya sudah rawuh,” suara ustadzah dari kantor pengurus menyegerakan langkah santri yang masih santai di kamar masing-masing.

Mendengar pengumuman itu Hanum dan teman-temannya langsung bergegas dan lari menuju kelas. Sesampainya di depan kelas ternyata seluruh santri sedang berdoa dan mereka pun menunggu di luar. Setelah selesai Hanum dan teman-teman dipersilakan masuk dan tetap berdiri di depan kelas untuk berdoa. Kemudian mereka dipersilahkan untuk duduk oleh ustadz cukup menarik perhatian Hanum.

“Assalamualaikum…” ucap ustadz tersebut. Serentak semua murid murid menjawab salam ustadz.

Ahlan wa sahlan untuk mbak-mbak semuanya yang baru menapakkan kaki di dunia pondok pesantren semoga sampean semua betah dan nggak nangisan.” sambutan ustadz itu membuat ruang berisik, beberapa santri berbicara dengan santri di sampinya, sepertinya mereka sedang mengibah ustadz itu. Tapi tidak dengan Hanum. Ia merasa risih dengan ustadz yang seperti itu.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Perkenalkan nama saya Ahmad Reza Arshaka, kalian bisa panggil saya ustadz Reza. Hari ini kita langsung pelajran saja nggeh,” ustadz itu memperkenalkan diri dan mulai berdiri dari kursinya. Kitab yang ia bawa tak asing di mata Hanum, barangkali Hanum sudah pernah mempelajari sebelumnya, tetapi Hanum cuek dan tetap menyimak penjelasan ustad itu.

Di sela perkenalan itu, ada beberapa santri yang belum siap menerima materi, akhirnya kelas saat itu diisi dengan perkenalan semua anggota kelas 1 B. 

“Silakan perkenalan mbak,” jari telunjuk ustadz Reza mengarah ke santri yang duduk paling belakang, Pojok. Hanum.

“Nama saya Hanum,” ucap hanum singkat lalu dia menyudahi perkenalan itu dengan duduk kembali di kursinya. Perkenalannya yang singkat dan cukup berbeda dari yang lain, membuat teman-temannya menegur Hanum.

“Kamu jangan gitu, ga sopan loh Num.” Hilya menyenggol lengan Hanum yang baru saja duduk. 

“Asalnya mana mbak?” Tanya ustadz Reza, pertanyaan yang sebenarnya tidak ditanyakan pada santri lain, karena sudah menyebut tanpa diminta.

“Jogja ustadz…” ucap Hanum dengan wajah datar.

“Oh nggeh, oke perkenalan sudah selesai semua, minggu depan baru kita belajar nggeh. Saya tutup dulu. Wassalamualaikum…” Serentak mereka menjawab lalu ustadz Reza melangkah ke luar kelas. 

***

Kelas 1 B kini ramai dengan suara berisik dari dalam kelas dan sudah biasa seperti itu. Di pojok kelas terlihat Hanum sedang fokus mengaji.

“Awakmu kok gak sopan ngunu seh nek ustadz Reza num, arek kok aneh.” Hani mencoba menegur Hanum yang khusyuk mengaji itu. 

“Laaah aku kudu piye lo aku kan wes jawab toh?” jawab Hanum singkat. Ia melanjutkan nderesnya. 

“Yo setidak e sing ramah ngunu lo padahal yo ustadz Reza lo ramah neng kamu…” ucap Hani membuat Hanum semakin tidak merespons. Hanum pun pergi meninggalkan temannya. 

Saat berjalan menuju mushola ternyata Hanum kembali bertemu dengan ustadz Reza, “mau kemana Hanum?” Ia menunduk tanpa menggubris pertanyaan sapa itu, Hanum terus melangkah ke arah musalah. Sesampainya di mushola Hanum langsung mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat Dhuha dilanjut dengan membaca Al Quran.

Setelah beberapa pertemuan di kelas, ustadz Reza makin bingung entah bagaimana perasaannya kepada Hanum. Semenjak Hanum naik kelas, ustadz Reza tidak pernah menemukan Hanum sebagai siswinya, padahal semua teman kelas Hanum diajari oleh beliau tapi hanya Hanum yang tidak ada namanya di kelas itu. Entah apa tapi semua masih rahasia semoga segera semesta beri tahu semuanya.

Dan pada tahun ini pondok pesantren at Taubah mengadakan acara akhir sanah dan diacara terakhir pengumuman santri berprestasi dan wisudawati bil ghoib terbaik, dan wisudwati bil ghoib terbaik umum adalah Alina Hanum Amaradhiva asal Yogyakarta.

Semua terheran dengan pencapaian Hanum yang luar biasa membuat mereka tidak bisa berkata kata. Ada rasa kagum yang terselip di hati ustadz Reza saat tahu bahwa itu adalah Hanum yang selama ini menghilang dari tatapannya.

Saat ingin menghampiri hanum ternyata tatapan mereka pun saling bertemu, “Masyallah selamat ya Hanum, udah lama gak tahu kabar eh sekarang juara umum hebat kamu!”

“Nggeh ustadz matur nuwun nggeh…” mendengar jawaban itu ustadz Reza benar benar syok banget karna baru kali ini Hanum menjawab obrolan beliau.

“Habis ini kamu boyong ta?”

“Mboten ustadz saya masih mau ngabdi,” ucap Hanum. Mendengar ucapan itu usatdz Reza pun sangat bersyukur karna doa beliau selama ini akhrinya bisa meluluhkan seorang Hanum yang dingin seperti kulkas sepuluh pintu. Seperginya Hanum, ustadz Reza kembali mengucap syukur atas apa yang barusan terjadi seakan akan Allah telah menjawab doa-doa yang selama ini dia mohon.

Sesampai di kamar Hanum terdiam dan masih tersenyum atas apa yang dilakukan oleh ustadz Reza kepadanya. Entah mengapa seperti ada sedikit rasa yang tiba-tiba ada dalam hatinya.

“Apakah aku jatuh cinta ke ustadz Reza?” hati Hanum dikuasai perasaan bingung.

***

Setelah liburan pulangan santri, ustadz Reza dan Hanum janjian untuk bertemu di sebuah kafe di Jogja, kebetulan ustadz Reza sedang healing bersama para ustadz dan pengurus pondok. Dari pertemuan itu terbitlah kisah asmara antara keduanya. Kisah cinta yang tak pernah di pikirkan sebelumnya. Tapi menjadi kisah paling istimewa bagi keduanya. Dan kisah berlanjut ke beberapa tahun ke depan.

*Santri Walisongo Cukir Jombang.