Peserta seminar di aula lantai 3 gedung Yusuf Hasyim Tebuireng.

Tebuireng.online– Pesantren Tebuireng mengadakan seminar kesehatan bersama Prof. Dr. dr. Eka Julianta W, Ketua Tim Bedah Saraf Siloam Hospitals. Seminar tersebut dihelat di Aula Lantai tiga gedung Yusuf Hasyim, Sabtu (20/8/2022).

“Seminar ini digagas oleh suami saya Gus Sholah bersama Pak Eka sebelum masa covid-19 dan alhamdulillah nadzar tersebut bisa terjadi hari ini,” ungkap Ibu Nyai Farida Salahuddin Wahid dalam seminar yang megangkat tema “Kesehatan Otak Manusia Memajukan Peradaban Bangsa”.

Dalam hal ini, dr. Eka menyebut bahwa otak (Brain) merupakan pusat dari sistem saraf yang mengontrol semua pergerakan makhluk hidup. Otak sendiri dapat dibagi menjadi dua bagian, Neocortex (Modern) dan Allocortex (Primitif). Neocortex adalah bagian otak yang berperan mempengaruhi kecerdasan manusia, menganggap baik atau buruk itulah tugas dari Neocortex.

“Manusia disebut makhluk yang sempurna (beradab) karena Neocortex ini,” ungkap Prof. Eka. Sedangkan hewan sendiri hanya mempunyai Allocortex yang mana hanya berfungsi sebagai pembangkit nafsu makan, minum, kawin, insting dan lain-lain. Oleh karena itu, hewan hanya bisa mengikuti kemauannya (nafsunya) tanpa berfikir akibatnya.

“Maka jika ada manusia yang tidak beradab masalahnya ada pada Neocortex manusia tersebut,” tegasnya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Di dalam otak terdapat sel-sel yang bernama Neuron. Menurut Prof. Eka, diperkirakan Sel Neuron ini jumlahnya 100 miliar dan tidak bisa bertambah. Sel-sel ini saling bergandengan satu sama lain melalui sebuah penghubung yang bernama Synapse. Synapse ini merupakan kunci dari fungsi otak, terutama seputar ingatan. Oleh karena itu, orang-orang yang dikatakan ‘lamban’ atau idiot bermasalah di Synapsenya.

“Synapse sendiri mempunyai banyak penyakit dan racun, seperti main gadget, nge-game misalnya. Racun-racun ini dapat berakibat negatif pada Synapse dan akan berbahaya jika tidak dicegah,” jelas Prof. Eka.

Untuk memajukan peradaban bangsa, maka kesehatan otak sangat penting untuk dijaga. Prof. Eka menjelaskan, “melalui otak menjadikan Bangsa Super Modern. Kesalahan bangsa kita adalah terlalu memanjakan manusianya. Akibatnya, Neocortex mereka tidak dapat berkembang. Jika Neocortex tidak pernah diasah, maka tidak akan muncul pemikiran-pemikiran luar biasa,” tukasnya.

Ia juga membandingkan dengan peradaban masyarakat luar bangsa-bangsa asing, “lihatlah orang-orang hebat diluar sana. Mereka menjadi hebat karena adanya paksaan dan tantangan. Seperti Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari yang mana sudah lama memikirkan pendidikan lebih awal daripada yang lain. Beliau bisa berpikir lebih maju daripada orang lain pada saat itu karena tertekan dengan kedatangan pasukan penjajah.”

Lihat juga Dubai. lanjutnya, yang dulunya padang pasir antah-berantah sekarang menjadi negara yang megah dan mewah. Maka kaum muda ini harus diberi paksaan dan tantangan. Karena manusia jika diberi tantangan maka dia akan berusaha untuk berkembang dan lebih pintar, namun jika terus-terusan dimanja maka hasilnya adalah kebodohan.

“Dengan tantangan maka otak akan berkembang. Kalau tidak ada tantangan dari luar, maka kita harus tantang diri kita sendiri. Orang lain bisa, masa saya nggak bisa. Kalo saya nggak coba, ya nggak bakal bisa. Bagaimana Indonesia bakal maju, kalo kaum mudanya berdiam diri di zona nyaman,” ungkapnya.

Ini membuktikan pentingnya otak pada perkembangan dan kemajuan suatu bangsa. Dengan otak yang brilian maka akan muncul terobosan-terobosan baru yang luar biasa dan berdampak positif untuk kemajuan bangsa dan negara.

 “Tugas kaum muda Indonesia hari ini adalah berpikir bagaimana memunculkan inovasi-inovasi baru. Pakai, tantang, dan jagalah otak kalian. Tantanglah otak dengan pertanyaan-pertanyaan,” ungkap dr. Eka.

Menurutnya, semakin bingung kita maka pertanda semakin pintar. Karena dengan kebingungan akan memacu untuk belajar.

“Jagalah otak kalian. Racun dari otak banyak sekali macamnya, namun racun yang paling berbahaya hari ini bagi otak adalah gadget. Maka gunakanlah gadget dengan bijak. Ingat, maju atau tidaknya Indonesia ada pada otak kalian, kaum muda Indonesia,” Prof. Eka mengakhiri seminar.

Pewarta: A. Syifa’