Tebuireng.online- Ahad (29/12/2024), dalam lanjutan workshop “Keluarga Maslahat untuk Santri Pondok Pesantren di Jawa Timur”, yang diselenggarakan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) melalui Gerakan Keluarga Maslahat Nahdlatul Ulama (GKMNU), Hj. Nurmey Nurulchaq, M.A., memberikan penjelasan kepada peserta mengenai langkah selanjutnya yang dapat diambil untuk melanjutkan implementasi program di lapangan.

Dalam sesi penutupan workshop, Hj. Nurmey mengingatkan peserta bahwa meskipun kegiatan ini banyak difokuskan pada pesantren, esensi dari program “Keluarga Maslahat” sejatinya harus diterapkan di level yang lebih luas, yaitu di tingkat desa. “Kegiatan ini center-nya sebenarnya bukan pesantren ya, levelnya itu adalah level desa,” ujarnya.

Hj. Nurmey juga menegaskan pentingnya pendampingan dari satgas, yang sudah terorganisir baik di tingkat nasional maupun wilayah. “Jangan lari sendiri,” pesannya.

Pendampingan ini dirasa penting agar bisa berjalan sesuai dengan petunjuk yang telah diberikan, serta menghindari kegiatan yang tidak terkoordinasi.”Teman-teman harus didampingi oleh Satgas, baik Satgas Nasional yang terdiri dari Bu Nyai Nur Rofi’ah, Pak Nahe’i, Mas Muhib, maupun saya sendiri yang ada di tim teknis Satgas Nasional,” katanya.

Sebelumnya, pada tahun 2023 Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKKNU) juga telah mengadakan kegiatan demikian. Namun tahun tersebut, LKKNU melaksanakan kegiatan ini secara daring. Kegiatan tersebut diikuti oleh lebih dari seratus peserta yang terdiri dari anggota banom NU, seperti Fatayat, Muslimat, Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama (IPPNU), acara ini berfokus pada konsep keluarga maslahat, yang mengajarkan relasi yang adil dan setara dalam keluarga.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Meski telah diadakan selama 3 hari , Hj. Nurmey mencatat adanya laporan yang menunjukkan bahwa pemahaman mengenai relasi maslahat dalam keluarga masih perlu ditingkatkan. “Masih ada pemahaman yang menganggap bahwa perempuan harus tunduk patuh pada suami. Padahal, kalau kita bicara tentang relasi maslahat tunduk patuhnya itu seperti apa dan bagaimana relasi maslahat itu seperti apa,” kata Hj. Nurmey.

Untuk memfasilitasi peserta dalam melaksanakan program ini, Hj. Nurmey menjelaskan bahwa petunjuk teknis untuk program kelas bimbingan keluarga tahun 2025 akan dibagikan melalui Google Drive. Program ini merupakan bentuk Kerjasama dengan Kementerian Agama sebagai mitra utama. Namun, pelaksanaan di lapangan oleh GKMNU di bawah koordinator Satgas.

Peserta workshop juga diberi arahan untuk melaksanakan kegiatan di tingkat desa, dan mengingatkan bahwa meskipun kegiatan dapat dimulai dari pesantren, tujuan utamanya adalah desa-desa terdekat. “Jangan khawatir, GKMNU tidak hanya memiliki satu program. Kami memiliki 6 dimensi, mulai dari kelas bimbingan keluarga, bimbingan perkawinan, Bimbingan Remaja Usia Sekolah (BRUS), Bimbingan Remaja Usia Nikah (BRUN),” ujar Hj. Nurmey.

Tidak hanya itu, Hj. Nurmey juga mengingatkan bahwa meskipun peserta dapat melaksanakan program ini di tingkat desa, mereka tetap harus melibatkan Satgas daerah masing-masing, “Sowan ke Satgas Kabupaten, Kota, dan Kecamatan,” ucapnya.

Di akhir, diterangkan lebih dalam jika kegiatan ingin digelar di pesantren, dapat memasukkannya melalui program program pesantren dengan memberi judul “Kelas Bimbingan Remaja”. Selain itu, peserta juga diajak untuk bekerja sama dengan organisasi-organisasi NU lainnya, seperti Fatayat, Ansor, Muslimat, serta IPNU dan IPPNU, dalam menjalankan program ini. Hj. Nurmey menegaskan bahwa semua kegiatan ini tetap harus menggunakan judul “Kelas Bimbingan Keluarga” agar dapat mencakup seluruh aspek dari konsep keluarga maslahat.

“Bisa menggunakan bendera muslimat, bisa menggunakan bendera IPNU dan IPPNU tetapi judul kegiatannya kelas bimbingan keluarga,” tutupnya mengutip perkataan Alissa Wahid.

Baca Juga: Alissa Wahid Soroti Program Gerakan Keluarga Maslahat NU

Pewarta: Ilvi