KH. Junaidi Hidayat (kiri), Muhammad Faisal (tengah), dan KH. Salahuddin Wahid (kanan) saat menyampaikan materi dalam Sarasehan Bela Negara di Aula Bachir Ahmad Gedung KH. M. Yusuf Hasyim, Jumat (07/04/17). (Foto : Nurul Fajriyah)

Tebuireng.online- Penyelenggaraan Sarasehan Bela Negara dilaksanakan di Pesantren Tebuireng, Jumat (07/04/17) pukul 14.00 WIB di Aula Bachir Ahmad Gedung KH. M. Yusuf Hasyim lantai 3, yang dihadiri oleh Direktur Bela Negara Kementerian Pertahanan RI Laksamana Pertama Muhammad Faisal  yang mewakili kehadiran Menteri Pertahanan.

Sambutan pertama disampaikan oleh KH. Abdul Hakam Mahfud, yang mengungkapkan, “Pengaruh budaya asing telah masuk dan berkembang di Indonesia, seperti perkembangan teknologi yang semakin pesat sehingga mempermudah masuknya budaya asing yang berpengaruh tehadap budaya kita. Begitu pula dengan negara kita pada 10 sampai dengan 15 tahun ke depan. Banyaknya penduduk Indonesia memilih untuk tinggal di luar negeri dengan meninggalkan sanak keluarga guna memenuhi prestasi duniawi, sehingga dapat mengikiskan rasa bela negara pada diri penduduk Indonesia,” ungkapnya.

Dilanjutkan dengan sambutan kedua yang disampaikan oleh  Muhammad Faisal, selaku Direktur Bela Negara Kementerian Pertahanan RI Laksamana Pertama, beliau menyampaikan amanat yang diberikan oleh Menhan, “Pondok pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan yang khusus mempunyai peranan yang strategis dalam membangun karakter generasi muda sebagai calon penerus bangsa masa depan yang mewarnai kehidupan bangsa dan bernegara. Peran strategis ini menjadi bagian peran serta pesantren dalam membagun upaya bela negara, negara memang perlu dibela, karena negara selama perjalanan tidak lepas dari ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan baik dalam negeri maupun luar negeri,”

Setelah sambutan yang disampaikan oleh Muhammad Faisal, berlanjut pemberian cenderamata dari Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng kepada Direktur Bela Negara Kementerian Pertahanan RI Laksamana Pertama Muhammad Faisal, kemudian dilanjutkan dengan pembacaan doa pembukaan Sarasehan Bela Negara yang dimoderatori oleh KH. Junaidi Hidayat bersama dengan KH. Salahuddin Wahid (Gus Sholah) dan Muhammad Faisal.

Gus Sholah menyampaikan bahwa  beberapa hal yang memicu kegagalan program deradikalisasi. Antara lain, program deradikalisasi cenderung bersifat insidental dan tidak terukur capaiannya. Juga tidak adanya instrumen khusus dari negara dalam penanganan terorisme dan buruknya perlakuan terhadap para pelaku terorisme.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Dilanjutkan oleh Muhammad Faisal, yang mengungkapkan, “Seluruh warga negara memiliki kewajiban dan hak untuk membela negara. Ancaman yang datang saat ini adalah ancaman yang nyata, bagaimana kita menghadapi ancaman narkoba, terorisme, radikalisme, itu adalah ancaman yang nyata, yang lain adalah unmoral, budaya, kemajuan teknologi juga menjadi ancaman negara. Kita sekarang ini mengalami cuci otak yang dilakukan oleh negara lain, dengan berbagai cara, baik dengan radikalisme, maka dari itu sebelum anak-anak kita dicuci otaknya maka kita cuci dulu dengan penanaman bela Negara,” ungkapnya di depan para peserta Sarasehan Bela Negara.


Pewarta : Nazhatuz Zamani

Editor : Munawara, MS

Publisher : Munawara