Tebuireng.online— Santri Tebuireng yang juga tercatat sebagai siswa Madrasah Aliyah Salafiyah Syafi’iyah (MASS) Tebuireng kembali menorehkan prestasi dikancah nasional. Santri perih juara kali ini atas nama Seto Galih Pratomo, Juara 1 lomba Essay Nation Competition 2019 pada Dies Natalis Poltekes Kemenkes Surabaya Prodi D-III Kesehatan Lingkungan Magetan.
Saat ini, Seto duduk di kelas XII MAKK dan juga merupakan santri Pesantren Tebuireng. Hal ini menjadi prestasi ke-4 baginya dikancah nasional yang sebelumnya pada Madrasah Student Leadership Award 2019 yang diadakan Kementerian Agama Republik Indonesia.
Lomba ini diadakan secara online agar mampu diikuti oleh siswa dan siswi se Indonesia. Juara 2 diraih oleh Afnan Rizqiana dari MAN 2 Ponorogo dan Juara 3 diraih oleh SMA Negeri 1 Bedengan. Tema yang disajikan “Membangun penerus yang bersinergi sebagai pelindung alam Indonesia” yang diikuti siswa-siswi SMA/SMK/MA se Indonesia.
Menurut keterangan, ini merupakan hal yang tidak disangka-sangka karena ketika pengumuman juara yang bersamaan sedang menguti lomba lain di Jakarta.
“Awalnya sih coba-coba untuk mengirim hasil karyaku untuk diperlombakan dan Alhamdulillah aku gak menyangka bisa mendapatkan juara 1. Hal ini bersamaan, aku mengikuti lomba juga di Jakarta, makanya ketika mendapatkan informasi lanjutan untuk pengiriman hadiah oleh panitia aku tanya, pengumumannya kapan, terus panitia menjawab kamu yang juara 1. Ya ini merupakan takdir dan rezeki ku dari Allah, untuk semangat agar terus berkarya dan jangan puas sampai disini,” ungkapnya.
Selain itu, Seto yang juga aktif menjadi wartawan tebuireng.online ini juga mengungkapkan bahwa kita sebagai manusia tentu perlu menjadikan setiap kesuksesan sebagai awalan perjuangan bukan akhir dari perjuangan. Baginya, umur perjuangan itu sangat panjang.
“Hal ini merupakan diluar ekspetasi bisa mendapatkan juara 1 di ajang Nasional,” ungkapnya.
Seto mengungkapkan rasa syukur yang mendalam dan berterima kasih kepada siapa pun yang telah mendukungnya dan mendoakannya. Dia bercerita yang awalnya tidak bisa apa-apa, namun karena semangat dan terus mencoba ia bisa seperti ini.
“Aku itu gak bisa apa-apa, pertama nulis dulu aku itu pas masuk sebagai jurnalis di tebuireng.online dan aku mencoba untuk terus menulis. Dan dari kebiasaan itu aku koreksi dan mencoba terus memperbaiki. Awal dulu aku mencoba ngirim tulisan ke koran-koran dan banyak yang ditolak, tapi ada satu tulisanku yang masuk ke koran Republika tapi gak panjang sih. Jadi kalau kuncinya terus mencoba dan jangan putus asa,” lanjutnya.
Dia berharap agar bisa terus berkontribusi bagi bangsa dan negara dan ingin membahagiakan orang-orang yang peduli terhadapnya. Menurutnya, yang terpenting adalah bermanfaat bagi orang banyak, maka dia memutuskan dari dahulu untuk menjadi seorang aktivis. Di masa mudanya ia ingin memperbanyak relasi untuk menyongsong masa depan yang lebih gemilang.
Pewarta: Muhammad Haidar