tebuireng.online—Pendiam, tidak banyak bicara, dan tak suka banyak tingkah, adalah identitas santri Tebuireng yang satu ini, Ahmad Ifananda Dwirama, begitu ia diberi nama orang tuanya. Namun, siapa sangka santri kelas 3 SMA A. Wahid Hasyim tersebut telah sukses membawa nama Tebuireng di kancah kompitisi Nasional. Karyanya, masuk sebagai 6 karya terpilih kategori santri dalam ajang Lomba Kartun Santri Nasional 2015 yang diadakan Kementerian Agama RI September-November 2015.
Pria kelahiran Kediri, 13 Januari 1999 tersebut, ketika diwawancarai masih belum sepenuhnya percaya ia mampu mencapai prestasi tersebut. September 2015 lalu dengan setengah percaya diri, ia kirimkan karyanya via pos ke alamat panitia. Tak menyangka, tanggal 10 November, ia mendengar kabar namanya tercantum sebagai salah satu dari 6 karya terpilih kategori santri. Ia sukses mengalahkan lebih dari 350 santri lainnya turut serta dalam lomba tersebut.
Sebenarnya, ia mengaku canggung mengikuti lomba itu, sebelumnya. Karena berkali-kali ia mengikuti lomba, tak pernah ada kabar baik. Namun karena tekat dan keyakinanya, ditambah dengan bakat menggambarnya sejak kecil, ia bisa mendapatkan prestasi menggembirakan tersebut. Tapi, siapa sangka, sebenarnya ia tidak begitu suka menggeluti dunia kartun, kendati bakat sudah ia genggam. Ifan justru ingin mengepakkan sayapnya selepas lulus SMA nanti di bidang arsitektur.
Ia mengenal dunia kartun, sejak masih di bangku SMP di Pare, Kediri. Kebiasaanya menggambar di kertas, buku pelajaran, dan apapun yang bisa digunakan menggambar, terlambat ia sadari sebenarnya adalah bakat yang sayang sekali bila tidak dikembangkan. Setelah masuk SMA AWH Tebuireng dua setengah tahun lalu, semangat menggambar lelaki 16 tahun tersebut, tumbuh kembali, hingga ia menjadi juara di sekolah. Namun, sejak menjadi jawara kartun di sekolahnya, ia mencoba mengikuti beberapa perlombaan kartun dan kerikatur, namun selalu gagal. Ifan sempat putus asa dan pesimis.
Keinginannya untuk menjadi arsitek tak pernah luntur. Kemudian ia sadar, bakatnya dalam menggambar, termasuk menggambar kartun, sangat mendukung cita-citanya menjadi arsitek, selain ia di sekolah, relatif baik dalam hal nilai-nilai sains dan matematikanya. Selain hobi menggambar, ia justru lebih suka bermain game dan mengotak-atik komputer, seperti mengedit foto, video, dan lain sebagainya. Kartun dan karikatur, bukan ia posisikan sebagai hobi utama, walaupun ia sadar mempunyai bakat. Sedangkan arsitektur, ia mengaku tak bakat dan sering gagal, tapi ia justru menyukainya dan tertantang untuk menakhlukkanya.
Awal bulan September lalu, Kementerian agama membuka pendaftaran Lomba Kartun Santri Nasional 2015 dan menutup pengiriman karya pada tanggal 05 November lalu. Seluruh karya yang masuk telah dinilai oleh dewan juri beranggotakan KH Ahmad Mustofa Bisri (Pengasuh Pesantren Roudlotut Tholibin, Rembang), GM Sudharta (kartunis senior), Pramono R Pramujo (kartunis senior), dan Abdullah Ibnu Thalhah (Direktur Rumah Kartun Indonesia).
Tanggal 10 November panitia mengumumkan nama-nama para pemenang lomba via telepon, email, atau surat. Perlombaan ini dibagi menjadi dua kategori, umum dan santri. Jumlah peserta keseluruhan mencapai 750 orang dengan 1500 karya. Dari jumlah tersebut, dipilih juara 1, 2, 3 dan 6 karya terpilih untuk setiap kategori dengan total hadiah 200 juta rupiah.
Panitia telah memilih 100 karya terbaik yang dipamerkan dalam Sarasehan dan Pameran Nasional “Islam dalam Kartun” di Gedung B Galeri Nasional Indonesia, Jalan Medan Merdeka Timur No.14, Jakarta Pusat, bersamaan dengan penyerahan hadiah kepada para pemenang, Selasa (24/11/2015). Ifananda hadir disana, di atas panggung menenteng piala dan hadiah senilai 5 juta rupiah. Selamat! (abror)