Tebuireng.online— Salah satu organisasi Pesantren Tebuireng yang bergerak di bidang kebersihan dan kesehatan adalah Santri Husada, yang kali ini menggelar Diklat ke-X dengan tema “Membangun generasi muda insani yang sehat dan berjiwa pemimpin untuk siap menghadapi era digital”.
Kegiatan tersebut dilaksanakan pada Kamis (31/10) hingga Jumat (1/11). Kegiatan tersebut dibagi dengan dua sesi, yakni sesi pertama dilaksanakan di aula lantai 3 Gedung Yusuf Hasyim. Dan sesi kedua dilaksanakan di Tebuireng Sains bagi Santri Husada Putra. Dan di Pondok Putri Pesantren Tebuireng, bagi Santri Husada yang putri.
Kegiatan yang dilaksanakan di setiap tahunnya ini, mengtargetkan membentuk jiwa-jiwa santri Pesantren Tebuireng guna mencintai dan menjaga kebersihan serta kesehatan di lingkup Pondok Pesantren.
Pada pembukaan tersebut, turut hadir pula Bu Nyai Hj. Lelly Lailiyah Hakim, selaku istri Pengasuh Pesantren Tebuireng, Bu Nyai Hj. Aisyah Muhammad, Tim dari Promkes Pukestren Tebuireng dan jajaran dari tim pengurus Unit Kebersihan dan Kesehatan Lingkungan Pesantren.
Bu Nyai Hj. Lelly Lailiyyah Hakim, mengkupkan bahwa terbentuknya Santri Husada berangkat dari Undang-undang (UU) Nomor 36 Tahun 2009, yang membahas mengenai kebersihan. Maka dari itu dibentuklah organisasi santri yang berfokus pada kesehatan dan kebersihan lingkungan, dan diberi nama sebagai Santri Husada.
“Pemerintah sangat berharap banyak kepada Pesantren Tebuireng melalui Santri Husada agar dapat membantu membangun kesehatan dan mencegah dari banyaknya orang yang sakit.”
Beliau juga menungkapkan di hadapan para Santri Husada, bahwa kesehatan itu tidak hanya tentang kesehatan jasmani saja, tetapi harus juga sehat secara rohaninya.
Adapun Ustadz Ahmad Yusron, selaku Tim UKKLP dan sekaligus pembina Santri Husada, menungkapkan bahwa keberadaan Santri Husada tidak lebih untuk senantiasa mempelajari ilmu pengetahuan.
Baginya, Santri Husada harus bisa menjadi seorang penggerak kebersihan dan kerapian di kamar atau di wisma masing-masing.
“sudah seharusnya para kader Santri Husada menjadi seorang penggerak atau pelopor dari kerapian di kamar, wisma bahkan sampai pada tingkatan di wilayah pondok pesantren”.
Ia juga meningkatkan kepada para Santri Husada bahwa harus memiliki pikiran, apa yang bisa diberikan kepada pondok pesantren, bukan saja berfikir apa yang didapatkan di pondok pesantren.
“Jika seorang santri ingin sukses di Pesantren Tebuireng maka harus ditanamkan pertayaan, apa yang sudah diberikan kemanfaatan dirinya kepada pondok pesantren?”
Pewarta: Dimas Setyawan