Santri Tebuireng saat mengikuti Apel Hari Santri Nasional. (foto: rohman/to)

Tebuireng.online– Saat Apel Hari Santri Nasional dan peringatan 77 tahun Resolusi Jihad, Pengasuh Pesantren Tebuireng, KH. Abdul Hakim Mahfudz menjelaskan kepada ratusan santri tentang peristiwa bersejarah 22 Oktober 202.

“Peringatan Apel Hari Santri Nasional bertujuan untuk mengenang peristiwa bersejarah tanggal 22 Oktober 1945 yaitu diserukannya resolusi juhad dalam rangka mempertahankan kemerdekaan republik Indonesia yang telah diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945,” ungkapnya.

Seruan jihad ini merupakan maklumat dari sikap PBNU untuk menolak rencana pasukan Inggris yang diikuti tentara Belanda yang akan memasuki Surabaya. Masyarakat Surabaya menyambut dengan suka cita dan penuh semangat seruan jihad ini. Sementara dari lingkungan NU yang sempat mendapatkan latihan militer dari tentara Jepang, yakni Laskar Hisbullah dan Sabilillah telah bersiap-siap maju berperang apabila peperangan tersebut terjadi.

Dalam waktu singkat, berita ini menyebar ke seluruh Indonesia dan mendapatkan tanggapan penuh semangat dari masyarakat untuk mendukung perjuangan. Namun, Inggris tidak menanggapi serius sikap yang telah diambil oleh PBNU, akan tetapi kapal perang Inggris tetap menuju Surabaya. Kondisi inilah yang akhirnya menyebabkan terjadinya peperangan di Surabaya.

Dimana masyarakat berbekal semangat jihad menghadap pasukan Inggris yang memaksa masuk ke kota Surabaya. Peperangan berlangsung hebat antara masyarakat yang menggunakan senjata seadanya tetapi menguasai medan melawan pasukan yang sangat terlatih dengan persenjataan modern. Banyak korban berjatuhan terutama di pihak masyarakat, namun kondisi ini tidak menyurutkan gelombang mas yang tarsus mengalir, mendesak pasukan Inggris.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Perang yang awalnya diperkirakan hanya beberapa hari, namun teryata perlawanan masyarakat mampu bertahan hingga lebih dari 3 bulan. Akhirnya, karena banyak yang terdesak, banyak yang gugur, para Pahlawan sebagai Syuhada’ akhirnya masyarakat meninggalkan Surabaya. Terang pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng.

“Pada hari ini, tanggal 22 Oktober yang sudah ditetapkan sebagai Hari Santri Nasional mari kita peringati dan kita kenang perjuangan bangsa ini untuk mempertahankan Kemerdekaan Negara Indonesia. Memperingati Resolusi Jihad ini adalah merupakan kewajiban bagi seluruh Bangsa Indonesia mengigat bahwa pertempuran yang pernah terjadi ini adalah untuk mempertahankan Kemerdekaan Negara Indonesia,” tegasnya.

Seandainya tidak ada maklumat resolusi jihad, lanjut Yai Kikin, masyarakat Surabaya menerima kehadiran pasukan Inggris dan tentara belanda untuk masuk Surabaya. Bisa jadi kita tidak akan bisa menikmati kemerdekaan negara ini seperti yang kita nikmati sekarang ini.

“Oleh karena itu marilah kita melanjutkan perjuangan para Masyaikh dengan membangun bangsa ini agar mampu memberi warna bagi kehidupan masyarakat dunia. Bagi kami, di Pesantren Tebuireng ini ada hal yang sangat khusus yang kami rasakan karena resolusi jihad diserukan oleh Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari yang pada waktu itu menjabar sebagai Rois Akbar PBNU dan juga sebagai Pengasuh Pesantren Tebuireng,” imbuh Cicit Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari.

Beliau berpesan kepada seluruh santri khususnya bagi santri Tebuireng yang saat ini kalian telah menikmati buah dari perjuangan para Masyaikh yang penuh semangat tanpa rasa takut. Contohlah semangat juang yang dimiliki para masyaikh yang tidak kendor walaupun melawan pasukan yang jauh lebih kuat dan dilengkapi dengan persenjataan modern.

Saat itu perjuangan yang dibutuhkan memang harus dilakukan dengan sebuah peperangan, tapi saat ini kalian memiliki tanggung jawab perjuangan yang sesuai dengan keberadaan kalian. Yaitu dengan meningkatkan pemahaman keilmuan. Belajarlah yang rajin, penuh semangat, atasi rasa malas, karena kemalasan akan menjadikan akal kalian tertindas oleh keinginan nafsu.

“Jadikanlah akal kalian sebagai kendali untuk memilah antara yang haq dan yang bathil, agar kalian mampu mengumpulkan kebaikan untuk mengisi rongga-rongga hati kalian sebagai modal untuk membangun agama,” pesan Gus Kikin.

Beliau menceritakan bahwa Hadratussyaikh pernah memberikan wejangan agar santri bersungguh-sungguh dalam belajar. Adapun kalimatnya, tiada kebaikan di dalam suatu umat apabila meninggalkan generasi penerusnya dalam keadaan bodoh. Dan tidak ada kesuksesan di dalam suatu umat kecuali dengan ilmu.”

Begitu pentingnya ilmu bagi sebuah bangsa sehingga dengan ilmu peradaban sebuah bangsa bisa dibangun.

“Semoga kita semua khususnya para santri Pesantren Tebuireng mampu menangkap apa yang ditinggalkan Hadratussyaikh KH. Muhammad Hasyim Asy’ari untuk membangun dan meingkatkan kualitas agama yang merupakan kreasi manusia agar bisa disandingkan dengan syariat yang merupakan petunjuk dari Allah Swt untuk mencapai keluhuran budi di dalam melaksanakan hablumminallah dan hablumminannas guna membangun peradaban manusia.” Tandasnya dalam sambutan Hari Santri Nasional.

Apel Hari Santri Nasional ini dihadiri oleh ratusan santri, yang dilaksanakan di gedung Kampus B Universitas Hasyim Asy’ari. Acara ini dilaksanakan di seluruh Indonesia di 528 titik tersebar di kantor-kantor Nahdlatul Ulama, pesantren, dan kantor-kantor Pemerintah Daerah.

Pewarta: Almara Sukma