KH. Salahuddin Wahid (Gus Sholah) memberi sambutan dalam acara nonton bersama dan Bedah film Bid’ah Cinta, di Pesantren Tebuireng, Sabtu (2/3). (Foto: Kopi Ireng / Ulin)

Tebuireng.online- Pengasuh Pesantren Tebuireng, KH. Salahuddin Wahid (Gus Sholah) memberikan sambutan hangat dan apresiasi pada pemutaran dan bedah film Bid’ah Cinta. Acara ini dihadiri langsung oleh kru dan pemeran film tersebut di Pesantren Tebuireng, bersama seluruh santri dan warga sekitar, Sabtu (2/3/19).

Dalam sambutannya, Gus Sholah mengungkapkan rasa syukur karena bisa berkumpul menyaksikan film Bid’ah Cinta. Beliau juga menyampaikan terima kasih kepada Kaninga Pictures yang telah menyediakan film yang baik yang bisa ditonton dan dipelajari oleh banyak orang. Selain itu, cucu Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari ini juga menyampaikan, masyarakat tidak perlu berpikiran negatif terkait pemutaran film di lingkungan pesantren.

“Mungkin orang mikir ngapain nonton film begitu ya, ini bukan film pertama ya, kita pernah nonton film Sang Kiai, kemudian beberapa tahun yang lalu saya juga mengambil prakarsa muter film dari beberapa kedutaan tetapi gak jalan,” jelas Gus Sholah.

Beliau juga menambahkan bahwa pembuatan film di ranah pesantren adalah sebagai sebuah upaya menyalurkan nurani dan bakat yang ada di kalangan santri. Dari sana dapat diketahui bahwa belum lama ini Pesantren Tebuireng telah membuat satu fillm dan satu lagi yang akan selesai dalam waktu dekat.

“Nah saya berpikir, kenapa ndak kita coba lagi memutar film untuk kita saksikan dan kalau bisa kita dialogkan, saya pikir bagus sekali ya, jadi santri siapa sajalah bisa belajar bagaimana membuat film,” tegasnya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Bagi adik Gus Dur ini, kebolehan menonton dan memproduksi film tergantung dari niat. Sebagai contoh beliau menceritakan tentang Kiai Yusuf Hasyim, Pengasuh Pesantren Tebuireng sebelum beliau, bahwa pada tahun 70 akhir atau 80an awal, beliau ikut mengambil peran dalam film Walisongo.

Beliau juga memotivasi para santri bahwa dari film yang akan diputar tentunya ada pelajaran yang dapat diambil.

“Hidup itu memang sebuah perjuangan, sebuah tantangan, sebuah cobaan yang harus kita hadapi dan kita belajar dari banyak orang, dari banyak media, antara lain film, tentu yang lain buku. Dari buku kita bisa belajar banyak hal,” pungkas tokoh sepuh NU itu.

Pewarta: Luluatul Mabruroh
Publisher: RZ