Oleh: Yasinta*
Mayoritas masyarakat Indonesia bahkan dunia, merayakan tahun baru. Di setiap kota akan merayakan dengan cara masing-masing, seperti acara-acara hiburan hingga acara yang berbau islami. Bahkan secara individu pun tidak bisa dipungkiri akan merayakan acara pergantian tahun ini dengan mengisi acara bersama keluarga atau pun temanya. Malam pergantian tahun tepat pukul 00:00 akan sangat dinanti-nanti oleh kebanyakan orang, dan sudah menjadi budaya dalam memperingati bergantinya tahun dengan meniup terompet dan juga menyalakan kembang api.
Berbagai persiapan yang dilakukan guna memperingati tahun baru, mengadakan reuni, perkumpulan, dan mengadakan acara seperti pesta dari kecil hingga besar-besaran. Berbagai kalangan dari usia remaja hingga tua, tidak akan melewatkan malam yang mereka anggap adalah suatu kebahagian untuk mereka sendiri.
Tetapi ada beberapa orang juga menganggap pergantian tahun ini sebagai hal yang biasa terjadi dan tidak memberi kesan apa pun. Berbagai pandangan tentang malam tahun baru memang berbeda-beda, namun yang menjadi perhatian adalah semakin lama atau pun semakin bumi ini tua dengan bertambahnya usia. Orang-orang di era zaman sekarang ini malah tidak menghiraukan bagaimana sebaiknya dan seharusnya memperingati dan menyambut tahun baru.
Adanya hura-hura dan terlena dengan kenikamatan dunia membuat mereka lupa, akan suatu hal yang harus disyukuri dan juga dijadikan pelajaran. Bukan malah suatu kebiasan dengan tanpa berpikir merayakan tahun baru dengan hal-hal yang tidak baik, seperti menghambur-hamburkan uang untuk bersenang-senang, melakukan apa yang diinginkan yang mereka anggap itu adalah suatu kenikmatan dalam hidup serta memuaskan hawa nafsu yang mereka inginkan. Hal tersebut yang akan menjadikan perubahan sikap dan perilaku dari masa ke masa, menjadi suatu kebiasaan, hingga menjadi suatu budaya berkarakter hedonisme.
Hedonisme menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah pandangan yang menganggap kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan utama. Adanya budaya hedonisme ini menurut saya lebih cepat tersebar di kalangan remaja, karena dalam masa-masa remaja dianggap bagian hidup yang perlu mereka nikmati. Namun yang menjadi kesalahan adalah karena dianggap terlalu menikmati kesenangan hidup, menjadikan dirinya terbiasa dengan hal-hal tersebut hingga menjadi suatu budaya.
Tanpa mereka sadari, dampak dari sifat tersebut akan membawa mereka menjadi generasi yang benar-benar konsumtif dalam segala hal. Apalagi jika dikaitkan dengan adanya malam tahun baru atau memperingati pergantian tahun, budaya hedonisme yang sudah tertanam di dalam diri mereka akan menjadi-menjadi, melakukan suatu hal sebagai wujud perayaan dan kesenangan diri hingga menemukan kepuasan batiniyah maupun lahiriyah.
Padahal baiknya suatu peringatan dalam menyambut tahun baru adalah dengan mengisi kegiatan-kegiatan yang positif seperti melakukan doa akhir tahun dan awal tahun bersama, melakukan istighasah, pambacaan surah Yasin dan tahlil, shalawat kubro ataupun sedekah sebagai bentuk syukur atas nikmat Allah SWT. Tetapi tidak bisa semua disalahkan, apabila acara yang diadakan dalam menyambut tahun baru disisi lain guna untuk mempererat tali silaturrahmi dan juga hubungan kekerabatan maka hal tersebut dibenarkan selama tidak mengandung budaya hedonisme dan tetap sesuai dengan syariat Islam.
Wallahu a’lam
*Mahasiswi Universitas Hasyim Asy’ari