Oleh: Devi Yuliana*
Daulah Bani Abbasiyah merupakan salah satu pemerintahan Islam yang mampu mencapai masa kejayaannya. Kekhalifaan ini didirikan oleh Abu Al Abbas As Saffat. Dinamakan Khilafah Abbasiyah karena pendiri dan penguasa bangsa masih keturunan dari paman nabi, yakni Abbas bin Abdil Muthalib. Khilafah ini berdiri pada tahun 132 H/ 750 M ketika As Saffat berhasil menaklukkan khalifah Marwan II, penguasa terakhir Bani Umayyah saat itu. Selama Abbasiyah berkuasa, politik dan struktur pemerintahannya berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya. Berdasarkan perubahan pola politik itu, para sejarawan membagi masa pemerintahan Bani Abbas menjadi 5 periode:
- Periode Pertama (132 H/750 M – 232 H/847 M) disebut juga dengan periode pengaruh persia.
- Periode Kedua (232 H/ 847 M – 334 H/945 M) disebut masa pengaruh turki pertama.
- Periode Ketiga (334 H/945 M – 447 H/1055 M) masa kekuasaan Bani buwaih atau periode persia kedua.
- Periode Keempat (447 H/1055 M- 590 H/1194 M) masa kekuasaan Dinasti Bani Seljuk atau periode Turki kedua.
- Periode Kelima ( 590 H/1194 M- 656 H/1258 M) masa kekuasaan hanya berada di Kota Baghdad dan berakhir dengan jatuhnya kekuasaan ke tentara Mongol.
Pada masa pertama inilah Bani Abbas mencapai puncak keemasan dan kejayaannya. Banyak penerjemahan dilakukan besar besaran pada periode ini, sehingga khazanah keilmuan dan kebudayaan Islam menjadi kuat dan tak tertandirngi. Namun pada periode selanjutnya. Kualitas pemerintah dan penguasa mulai menurun, sehingga hal ini dimanfaatkan oleh orang lain untuk melengserkan Bani Abbas secara perlahan.
Periode pertama ini dimulai dengan dilantiknya As Saffat menjadi khalifah pada tahun 750 M. Namun pemerintahnya hanya berjalan singkat, yakni hingga tahun 754. Kekhalifaan dilanjutkan oleh Abu Ja’far Al Mansur. Khalifah yang satu ini termasuk keras dan kuat dalam menghadapi musuh-musuhnya, seperti sisa-sisa bani Umayyah dan kaum khawarij. Pada masa Al Mansur ini pula, Ibukota yang awalnya bertempat di dekat Kuffah, dipindah ke Baghdad untuk menstabilitas negara yang bau dibangun tersebut.
Banyak program-program yang dimunculkan pada masa Al mansur ini, salah satunya adalah dipilihnya “Wazir” sebagai koordinator departemen. Pada masa ini pula, pengertian Khalifah kembali berubah. Dia berkata انما انا سلطان الله في ارضه ( Sesungguhnya saya adalah kekuasaan Tuhan di bumiNya). Dengan begitu penegertian khalifah menurutnya dilanjutkan oleh generasi selanjutnya yang merupakan mandat dari Allah, bukan manusia. Bukan pula sebagai pelanjut nabi sebagaimana khulafaur rasyidin. Al Mansur juga banyak melakukan banyak perluasan wilayah perbatasaan.
Jika dasar-dasar kholifah Abasiyah terletak pada 2 khalifah pertama. Maka masa keemasan khilafah ini terjadi pada 7 khalifah sesudahnya,yaitu Al Mahdi, Al Hadi, Harun Ar Rasyid, Al Ma’mun, Al Mu’tashim, Al Wasiq, dan Al Mutawakkil.
Pada masa Al Mahdi, perekonomian naik terutama dalam bidang pertanian dan pertambangan. Oleh karenanya pada saat itu Baghdad menjadi pelabuhan yang penting.
Kekhalifaan mencapai masa emasnya di masa Harun Ar Rasyid dan putranya, Al Ma’mun. Pada masa ini, pekembangan khazanah keilmuan dan kebudayaan mencapai puncaknya. Dari kejayaan ini Harun Ar Rasyid mulai mendirikan banyak lembaga pendidikan, rumah sakit, dan farmasi. Pada masa ini negara Islam menduduki peringkat terkuat dan tak tertandingi. Bahkan pada masa Al Ma’mun didirikanlah sebuah pusat kajian ilmu dan penerjemahan yang bernama Bait Al Hikmah. Pada masa inilah Bghdad menjadi pusat kajian ilmu.
Al-Mu’tasim, khalifah berikutnya, memberi peluang besar kepada orang-orang Turki untuk masuk dalam pemerintahan, keterlibatan mereka dimulai sebagai tentara pengawal. Tidak seperti pada masa Daulah Umayyah, Dinasti Abbasiyah mengadakan perubahan sistem ketentaraan. Praktik orang-orang muslim mengikuti perang sudah terhenti. Tentara dibina secara khusus menjadi prajurit-prajurit profesional. Dengan demikian, kekuatan militer dinasti Bani Abbas menjadi sangat kuat.
Walaupun demikian, dalam periode ini banyak tantangan dan gerakan politik yang mengganggu stabilitas, baik dari kalangan Bani Abbas sendiri maupun dari luar. Gerakan-gerakan itu seperti gerakan sisa-sisa Bani Umayyah dan kalangan intern Bani Abbas, revolusi al-Khawarij di Afrika Utara, gerakan Zindiq di Persia, gerakan Syi’ah, dan konflik antarbangsa dan aliran pemikiran keagamaan, semuanya dapat dipadamkan.
Namun khalifah setelah tujuh khalifah ini mengalami penurunan, baik dalam segi kekuasaan dan pengaruh. Dan kekuasaaan bani Abbas ini berakhir dengan terbunuhnya Al Mu’tashim Billah dan putranya di tangan bangsa Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan.
#Artikel ini disarikan dari buku Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah karya Dr. Badri Yatim, M.A.
*Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang.