Para sesepuh Tebuireng Center foto bersama mahasiswa baru Alumni Tebuireng dan sekitarnya usai mengikuti Orientasi Mahasiswa Baru (Ormaba) 2017 pada Jumat (06/10/2017). (Dokumen TC)

Tebuireng— Kairo- Menyambut mahasiswa baru alumni Pesantren Tebuireng dan sekitarnya kedatangan 2017, Tebuireng Center Kairo gelar Ormaba (Orientasi Mahasiswa Baru). Ormaba kali ini berlangsung pada Jumat (06/10/2017), setelah sehari sebelumnya mereka mengikuti Ormaba yang diadakan oleh PPMI Mesir.  Acara dimulai sejak pukul 13.00 Clt hingga pukul 19.00 Clt bertempat di Sekretariat Tebuireng Center, Bawwabat II, Nasr City, Kairo.

Ormaba kali ini menjadi yang paling semarak dikarenakan jumlah mahasiswa baru alumni Tebuireng dan sekitarnya yang melanjutkan studi ke Universitas al Azhar Kairo pada tahun ajaran 2017/2018 mencapai 16 orang.

Alkhamdulillah tahun ini kita dapat melaksanakan Ormaba TC, tahun-tahun sebelumnya maba TC hanya berkisar 2-4 saja dan biasanya kita hanya melakukan penyambutan secara sederhana kepada mereka,” tutur Ketua Tebuireng Center Saudara Deni Surya Satria di tengah-tengah sambutannya.

Para peserta disuguhi materi tentang ke-TC-an oleh Ustadz Ilmanuddin Muhammad Abdul Haq, selaku Ketua Tanfidziyah PCINU Mesir sekaligus mantan Ketua TC Periode 2013/2016. Maba Tebuireng Center yang hadir pun tampak antusias menyimak materi yang disampaikan. Bahkan mereka aktif bertanya tentang bagaimana sejarah awal TC berdiri hingga sekarang dan seperti apa dinamika kehidupan mahasiswa Indonesia di Mesir (Masisir).

Selain diberikan materi tentang ke-TC-an, mahasiswa-mahasiswa baru ini juga dilatih mentalnya untuk berbicara dan bermuamalah dengan orang Mesir melalui Fun Game. Sebelumnya mereka telah dibagi menjadi beberapa kelompok. Kemudian panitia memberikan tugas kepada peserta untuk berbelanja bumbu-bumbu dapur tanpa diberitahu bahasa ‘amiyah-nya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Game ini selain bertujuan melatih mental keberanian mereka untuk berbicara kepada orang Mesir, tetapi juga untuk menambah kekompakan antar anggota kelompok dan menambah pembendaharaan kosa kata bahasa ‘amiyah. Hal tersebut didasari tidak sedikit dari orang Mesir yang tidak mengerti bahasa Arab fushah (baku). Bahkan dosen-dosen di kampus pun menyampaikan materi menggunakan bahasa ‘amiyah.