tebuireng.online– Di semua pondok pesantren, berbagai kegiatan dihelat untuk menyambut akhir tahun pelajaran (haflah). Ini juga yang dijumpai di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Seblak Diwek Jombang. Sabtu (13/6) malam, semua santri putra berkumpul di lapangan sepak bola. Malam itu, akan digelar pertandingan sepak bola api.

Kegiatan ini adalah rangkaian akhir tahun pelajaran di Pondok Pesantren Seblak. “Acara ini sangat ditunggu para santri sebelum mereka liburan, bahkan tidak jarang juga ditonton oleh masyarakat sekitar, karena memang selalu ramai dari tahun ke tahun”, ungkap Ketua Pengurus Pondok Seblak, Arif Wicaksono.

Seperti tahun lalu, pertandingan pun dimulai tepat pukul 19.30 WIB. Setiap tim terdiri dari lima pemain. “Aturan pertandingan sama dengan pertandingan futsal seperti biasa”, kata Fery Sriafandi, salah satu guru pondok. Jika sudah menang dua gol, maka tim yang kalah akan diganti tim lainnya.

Namun jika sampai tidak terjadi gol, pertandingan diakhiri dalam durasi 20 menit. “Itu untuk menjaga agar bola tetap diselimut kobaran api”, lanjut Fery.

Malam itu sengaja disiapkan enam kelapa yang sudah direndam minyak tanah sehari sebelumnya. “Tidak ada persiapan atau ritual khusus, cuma pemainnya sengaja kita ambil dari santri yang sudah SLTA”, imbuhnya. “Cuma anak-anak pasti tidak ada yang berani melakukan sundulan bola dengan kepalanya”, katanya lantas tertawa.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Saat kick off dimulai, sorak sorai dari para santri di pinggir lapangan ramai terdengar. Baik santri putra maupun putri. Saat bola tidak sengaja keluar lapangan, para penonton pun semburat berlarian. “Ya jelas takut dengan kobaran apinya”, kata Nurul Yani, warga sekitar pondok yang mengaku datang sekeluarga untuk menonton.

Saat terjadi gol, justru ganti para penonton yang masuk ke lapangan untuk merayakan. Namun situasi kembali kondusif saat bola api sudah berada di dalam lapangan. Pertandingan pun dilanjutkan sampai terjadi gol berikutnya.

Malam itu, sampai terjadi lima kali pergantian tim. Artinya, sudah terjadi sepuluh gol. “Anak-anak ternyata antusias, meski awalnya masih takut untuk menendang bola api”, jelas Fery lagi.

“Awalnya memang takut saat api berkobar dari bola, namun setelah ditendang tidak terasa panas”, kata Alifil Ma’luf, salah satu pemain. Siswa kelas X SMK Khoiriyah Haysim Seblak ini mengaku baru pertama kali ikut pertandingan sepak bola api. “Ternyata asyik juga main sepak bola api, tidak seperti yang saya takutkan selama ini”, ujarnya.

Saking semangat, tim yang dipimpin Alifil menang hingga tiga babak. “Hanya satu babak yang kami cuma menang 1-0″, tambahnya. Sedangkan tim lainnya maksimal menang di satu babak.

Hal senada juga diungkapkan Eko Santoso. Santri dari Nganjuk ini mengaku tidak ada pemain yang mengalami cedera. “Padahal teman-teman tidak ada persiapan khusus untuk ikut pertandingan ini”, katanya. “Apalagi puasa khusus, ya ini kan cuma bermain saja sebelum santri pulang masuk menikmati liburan”, tambahnya saat diwawancarai.

Pertandingan bola api ini akhirnya ditutup dengan makan bersama. Menunya yang disajikan adalah khas pesantren, antara lain sambal terong dan tempe penyet. Semua menu tersebut diolah oleh para santri. Makan bersama ini dimaksudkan untuk menambah keakraban. (mukani/abror)