Sumber foto: https://pixabay.com/en/buildings-mosque-sunset-silhouette-203194/

Oleh: KH. Fawaid Abdullah*

Meneruskan tulisan sebelumnya tentang akhlak Salafus Shalih yang mendahulukan kepentingan orang lain dari pada kepengtingan dirinya sendiri dan mempunyai sifat pemaaf. Selain itu, Salafus Shalih juga mempunya sifat berjiwa besar. Penulis memberikan contoh lagi dari sahabat ‘Ikrimah bin Abi Jahal, Suhail bin Amr dan Al Harist bin Hisyam.

Ikrimah mempunya orang tua yang bernama Abu Jahal, seorang yang sangat anti dan sangat memusuhi Baginda Nabi SAW. Ikrimah akhirnya masuk Islam ketika terjadi Fathu Mekkah. Secara akal manusia, bagaimana mungkin anak dari seorang musuh bebuyutan akhirnya takluk dan dapat hidayah Allah dan masuk Islam. Mendengar ini, betapa senang dan bahagia nya Baginda Nabi Muhammad SAW, mengingat Ikrimah adalah pemuda tangguh dan cerdas.

Setelah masuk Islam, Ikrimah pindah ke Madinah. Ia juga ikut memerangi ahlul riddah (kaum yang murtad). Ia melakukan di jalan Allah sampai masa kematiannya. Sungguh hidayah Allah itu tidak mengenal tempat dan siapa? Bisa terjadi kepada siapapun.

Lalu ada nama lain seperti Suhail bin Amr. Orang ini adalah juru bicara kaum Quraisy. Penentang utama Baginda Nabi SAW. Akhirnya juga masuk masuk Islam ketika terjadi Fathu Mekkah. Tokoh Quraisy inilah sosok kunci dalam perjanjian perdamaian Hudaibiyah. Akhirnya juga takluk dan masuk Islam bergabung dengan barisan Baginda Nabi Muhammad SAW.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Lalu ada nama lain yang ketiga, yaitu Al Harist bin Hisyam, saudara dari Abu Jahal. Ia adalah pemimpin utama dari Bani Makhzum yang juga awalnya sangat sengit memusuhi Nabi SAW dan kaum muslimin. Akhirnya ia juga masuk Islam ketika terjadi Fathu Mekkah.

Ketiga tokoh kunci yang awalnya penentang utama dakwah Baginda Nabi ini akhirnya berkat hidayah Allah, dan sifat pemaaf dan lemah lembutnya Baginda Nabi SAW, semuanya bergabung dengan Rasulullah SAW dan berubah total sebagai pejuang dan pembela Islam, bahkan sampai akhirnya mati di jalan Allah, berperang menegakkan Agama Islam dalam perang Yarmuk.

Inilah dakwah yang sesungguhnya, dakwah yang dilakukan oleh Baginda Nabi. Dakwah yang merangkul bukan memukul. Dakwah dengan bil Hikmah wal Mau’idhoh Al Hasanah. Sehingga musuh-musuh bebuyutan sekalipun, akhirnya takluk dan simpati serta mendapatkan hidayah Allah SWT untuk memeluk Islam.

Suatu ketika, Abdullah bin Zubair tanah yang ia miliki diserobot (bagian batas tanah) dicaplok oleh pekerja Mu’awiyah bin Abi Sufyan seorang pejabat penting kala itu. Tanah keduanya memang bersebelahan.

Karena batas tanah milik Abdullah bin Zubair merasa diambil oleh pekerja Mu’awiyah bin Abi Sufyan, akhirnya Abdullah bin Zubair kirim surat kepada Mu’awiyah.

Surat Abdullah bin Zubair yang singkat padat itu isinya, “Wahai Mu’awiyah, sesungguhnya pekerja tanahmu sungguh telah masuk ke dalam batas tanah milik ku. Tolong selesaikan. Kalau tidak, antara kau dan aku pasti terjadi urusan. Wassalam!” Demikian isi singkat surat tersebut.

Membaca isi surat itu, Mu’awiyah minta pendapat kepada anaknya, Yazid. Anak Mu’awiyah bin Abi Sufyan ini menyarankan kepada ayahnya supaya menyelesaikannya  dengan cara represif dengan mengirimkan kekuatan tentara.

Tapi Mu’awiyah kurang sreg dengan cara tersebut. Lalu Mu’awiyah mengirim surat balasan kepada Abdullah bin Zubair. Inti dari surat tersebut adalah bahwa Mu’awiyah menyatakan bersalah dan menerima atas keberatan yang dinyatakan Abdullah bin Zubair terkait batas tanah tersebut.

Itulah sifat Kepahlawanan, sifat kesatria para Salafus Shalih. Berani menyatakan salah walau ia seorang penguasa penting. Mereka tidak jor-joran dengan status yang melekat di dalam dirinya. Mereka tidak saling hasud. Mereka tidak mengedepankan otot dan kekuatan kekuasaannya tatkala terjadi masalah. Itulah akhlak mereka yang luar biasa, akhlak Salafus Shalih. Akhlak yang benar-benar dicontohkan Baginda Nabi Muhammad SAW mereka teladani secara sempurna. Semoga cerita di atas menjadi pelajaran berharga bagi kita semua.


*Santri Tebuireng 1989-1999, Ketua Umum IKAPETE Jawa Timur 2006-2009, saat ini sebagai Pengasuh Pesantren Roudlotut Tholibin Kombangan Bangkalan Madura.


Disadur dari kitab Irsyadul Mukminin, karya Allahyarham Gus Ishom Tebuireng yang Legendaris.