Yenny Wahid di depan pusara KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Rabu (30/12/20). foto: tebuireng.online/dimas

Tebuireng.online– Yenny Wahid, salah satu putri Gus Dur tampak menghadiri peringatan haul ke-11 Gus Dur di Pesantren Tebuireng Jombang, bersama Pengasuh Pesantren Tebuireng, KH. Abdul Hakim Mahfudz (Gus Kikin) dan beberapa dzurriyah lainnya. Haul tahun ini dilaksanakan secara virtual dari 3 kota; Yogyakarta, Jombang, dan Jakarta, Rabu (30/12/20).

“Menurut saya, saat ini cukup sulit menemukan sosok seperti Ayah (baca: Gus Dur) yang dapat melerai segala perbedaan dan konflik di tanah air. Walupun pada akhirnya, Gus Dur harus menghadapi risiko-risiko politiknya.” Ungkap Yenny Wahid saat dimintai komentar tentang Gus Dur, oleh tim tebuireng.online (30/12).

Menurutnya, nilai-nilai Gus Dur yang bisa diterapkan pada anak muda dalam situasi bangsa saat ini ialah jangan alergi terhadap perbedaan.

“Kita mengetahui bahwasanya perbedaan adalah suatu rahmat bagi kita semua. Dan sebenarnya, Nabi Muhammad telah bersabda bahwasanya kelak umat Islam akan terpecah beberapa golongan, yang berarti kita harus menerima segala perbedaan yang ada,” terangnya.

Perempuan bernama lengkap Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid ini, melanjutkan keterangan apa yang telah disabdakan oleh Rasulullah terkait perbedaan. Menurutnya perbedaan yang dimaksud adalah bukan perpecahan.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Jadi perbedaan bukan hal yang harus kita takuti apalagi kita musuhi. Gus Dur telah meninggalkan jejak-jejak toleransi agar menjadi pijakan bangsa Indonesia menerima segala perbedaan yang ada, karena sejatinya bangsa Indonesia kaya akan keberanekaragaman mengacu semboyan Bhineka Tunggal Ika,” tegasnya.

Selain itu, aktivis ini juga sempat menceritakan pengalamannya berkunjung ke negara Arab Saudi. Di sana Ia bertemu dengan sosok Syaikh besar yang saat ini menjadi Sekretariat Jenderal Liga Islam Dunia yang mewariskan jejak-jejak Gus Dur.

Sejauh ini Yenny Wahid menjalin banyak silaturahmi dan komunikasi ke berbagai negara, agama, dan juga golongan. Hal tersebut adalah untuk menyuarakan nilai-nilai toleransi.

“Hal itu, sebenarnya telah dilakukan oleh Gus Dur, 11 tahun yang lalu. Perihal tersebut memberi tahu kepada kita, akan pentingnya menjujung rasa kemanusiaan walupun berbeda latar belakang, ras, suku, dan agama,” tutupnya.

Pewarta: Dimas Setyawan