Padang Pasir

Di dalam perjuangan luar biasa yang dihadapai Rasulullah SAW, tentu beliau memerlukan manusia kesatria yang tangguh, berani, tabah, ulet, dan baik, untuk mendampinginya.  Sebagaimana yang kita ketahui,  bahwa di samping Abu Bakar,  Umar,  Utsman,  Ali,  sebagai pemdamping Nabi, tentu masih banyak orang-orang tangguh dan gigih sebagai pembela Islam pertama.  Mereka semuanya berjumlah sepuluh orang dan dijamin masuk surga.

Sa’ad bin Abi Waqqash adalah salah satu pembela Islam pertama. Nama lengkapnya adalah  Sa’ad bin Abi Waqqash (Malik) bin Uhaib bin Abdimanaf bin Zuhrah bin Kilab. Beliau Lahir  di Mekkah, Arab pada tahun 595 M. Pengabdian Kekhalifahan Rasyidin Dinas/cabang Tentara Rasyidin Lama dinas 636–644 Pangkat Komandan. Gubernur Ctesiphon(637–638). Gubernur Busra (638–644), (645–646).

Ketika Abu Bakar masuk Islam, Sa’ad mengetahui bagaimana proses Nabi menerima Wahyu yang pertama dan dengan segala keajaiban yang dialami oleh Nabi,  sehingga  pada usian 17 tahun. Dengan demikian Sa’ad bin Abi Waqqash adalah orang yang ketiga masuk Islam setelah Khadijah dan Abu Bakar.

Meskipun beliau adalah sosok yang sangat taat dan berbakti kepada ibunya, hingga ketika hendak makan, tidur, mandi semuanya dilayani dengan sepenuh hati. Namun, ibunya menjadi seseorang yang menentang akan ikrar syahadatnya menuju Islam. Ibunya meminta beliau untuk melepaskan agama yang baru (Islam) dengan ancaman tidak akan makan dan minum sehingga mati jika tidak dituruti. Tetapi dengan segala hormat dan teguh,  Sa’ad bin Abi Waqqash tetap mempertahankan dan menyeru bahwa agama Islam adalah agama yang benar.

Lalu ibunya benar-benar menunaikan ancamannya tidak makan dan minum sehari semalam hingga terlihat lemah dan lunglai.  Kemudian Saad bin Abi Waqqash berkata, “Demi Allah sekiranya ibu mempunyai seribu nyawa,  lalu nyawa itu melayang dan meninggal,  kemudian hidup lagi dan meninggal lagi, dan demikian seterusnya, namun aku tetap tidak akan meninggalkan agama ini.” Demikianlah hingga tiga hari lamanya,  ibunya pun pingsan lalu disirami air oleh adik beliau yang beranama Umarah, sehingga ia sadar dan mendoakan beliau. Setelah diperhatikannya Sa’ad bin Abi Waqqash tetap bertahan pada pendiriannya,  ibunya pun kembali makan dan minum seperti semula.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Risiko penegak kalimat tauhid saat itu tidak semudah seperti sekarang, sungguh penuh rintangan dan tantangan. Orang-orang Quraisy selalu memperhatikan, mempelajari, bahkan mengamati apa yang dilakukan kaum muslimin untuk mengejek mereka. Melihat kejadian seperti itu,  tentu tidak bisa dibiarkan terus-menerus begitu saja.  Supaya kaum muslim tidak selalu diinjak-injak dan diremehkan oleh kaum Quraisy. Karena hal itu, terjadilah perkelahian antara kaum musyrikin dan kaum Muslimin.

Perkelahian itu dilakukan oleh kaum Muslimin atas dasar membela diri bukan bersifat menyerang yang tentunya dibenarkan oleh agama. Itulah pembelaan fisik pertama yang dilakukan kaum Mislimin dalam bentuk perkalihan, di bawah komando Sa’ad bin Abi Waqqash yang tentu saja menambah pamor umat Islam yang saat itu masih berjumlah sedikit untuk semakin mengobarkan kegigihan dan keberanian dalam menegakkan agama yang benar itu, agama yang patut dibela mati sampai bertupah darah. Sa’ad bin Abi Waqqash terlibat dalam beberapa perang seperti perang uhud, perang badar, perang qadisiyyah.

Sa’ad bin Abi Waqqash dipanggil oleh Allah pada tahun 54H atau 674M di Madinah, Arab atau Guangzhou, Tiongkok di pangkuan anaknya pada usia 80 tahun. Dan dikafankan dengan kain yang pernah dipakainya saat Perang Badar. “Kafani aku dengan ini. Dengan kain inilah aku menghadapi kaum musyrik di Perang Badar dahulu dan saat itu betapa inginnya aku menemui Tuhanku Yang Maha Agung.”


Disusun oleh Rofiqatul Anisah, Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang.


Sumber tulisan:

http://www.kadisiyah.org/id/blog/2016/07/13/kisah-sahabat-saad-bin-abi-waqqas/

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sa%27ad_bin_Abi_Waqqas

Buku  Mengenal Pribadi 30 Pendekar dan Pemikir Islam dari Masa ke Masa