Sumber gambar: http://baiturrahmanonline.com/2017/09/08/prioritas-dalam-ibadah/

Oleh: KH. Fawaid Abdullah*

Imam Al Ghazali mengatakan:

“Mengerjakan Ibadah Fardlu itu adalah seperti asal (modal) harta dalam sebuah perdagangan sehingga dari modal itu, bisa menghasilkan harta dagangan. Sedang melakukan Ibadah Sunnah itu ibarat dalam perdagangan adalah hasil keuntungan atau Al Ribhu, dengan sebab seseorang itu melaksanakan yang sunnah, maka akan mendapatkan keuntungan kebahagian atau Al Fauz di dalam kehidupan seseorang.”

Makanya, kalau dagangan kita pingin gede, berkembang, survive, semakin banyak modal kita tentu akan semakin stabil dan besar pula hasil dan keuntungan yang akan kita dapatkan. Begitu pula dengan Ibadah kita, semakin Istikamah dan disiplin kita dalam melaksanakan ibadah fardlu, maka efek yang akan muncul, Ibadah sunnah kita sebagai keuntungan untuk mencapai kebahagiaan tentu juga akan semakin muncul kita rasakan.

Imam Al Ghazali lebih lanjut mengatakan:

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Semakin dekat seorang hamba Kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dengan amalan-amalan sunnah sehingga Allah mencintai seorang hambaNya, maka Allah akan mendengarkan (permintaannya), Allah akan lihat apa yang hambaNya lihat, Allah akan penuhi apa yang hambaNya minta. Ketika seorang hamba Allah mendekat kepadaNya dengan segenap jiwa raganya; hatinya, anggota badannya, lahir batinnya dari pagi sampai sore. Semua gerak langkahnya hanya untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala.”

Inilah bentuk adab kepada Allah, totalitas dalam ketaatan. Taat dalam lahir (tampak), dan taat dalam batin (yang tidak tampak). Taat ketika pada saat keadaan dhahir, maupun taat dalam keadaan sirr “samar, rahasia”.

Maka bersungguh-sungguhlah, untuk tidak berada dalam keterlarangan Allah, Allah menganggap hilang “tidak menilai” kita sebagai hambaNya. Membiarkan kita sebagai hambaNya, tidak memperdulikannya. Membiarkan kita sebagai hambaNya berada dalam keterasinganNya.

Maka Ibadah “mengabdi” kepada Allah itu sejak kita ini bangun tidur sampai kita kembali berbaring tidur, kepasrahan totality secara aktif (dalam beribadah) adalah bagian dari bentuk ketaatan yang sesungguhnya. Tidak absurd, tidak dibuat-buat, dan tidak karena selainNya, Allah Subhanahu wa Ta’ala.

[Selengkapnya silahkan dibuka dan dibaca Kitab Bidayah Al Hidayah karya Imam Al Ghazali, Bab Al Athaa’at].

Wallahu A’lam


*Santri Tebuireng 1989-1999, Ketua Umum IKAPETE Jawa Timur 2006-2009, saat ini sebagai Pengasuh Pesantren Roudlotut Tholibin Kombangan Bangkalan Madura.


*Disarikan dari Kitab Ihya’ Ulumiddin dan Bidayah al Bidayah karya Imam Abu Hamid Muhammad al Ghazali.