Tebuireng.online- Senin (02/12/2024), Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD) Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan Jawa Tengah mengadakan kaji banding tentang peningkatan kapasitas tim penggerak PKK desa dalam pengelolaan bank sampah di Bank Sampah Tebuireng (BST). Acara digelar sejak pukul 11.00 – 12.30 WIB dengan dihadiri 60 peserta dari ibu-ibu PKK Grobogan bersama Ibu Kuspriyati S.STP., M.H., Camat Kedungjati.
Dalam sambutanya, Direktur BST, Ahmad Faozan mengajak ibu-ibu PKK untuk bergerak mengatasi isu lingkungan sebagai bentuk menjaga bumi dan beribadah. Ia menganalogikan kalau sampah hati dibersihkan dengan membaca al-Quran. Kemudian sampah pikiran, cara mengatasinya dengan healing. Tapi kalau sampah lingkungan, ya harus bergerak. Apalagi jadi pembahasan isu global dan Indonesia menjadi negara paling banyak menghasilkan sampah plastik.
“Orang yang mau mengolah sampah maka mulia di hadapan Allah SWT. Ada cerita Ummu Mahjah, beliau senang bersih-bersih, ketika wafat ditangisi Nabi. Kemudian ada Mbah Sholeh Ampel yang jadi wali karena senang bersih-bersih. Pendidikan karakter bisa diterapkan dalam rumah. Misal slogan sampahmu tanggung jawabmu. Anak di rumah disuruh nyapu, ini melekat sebagai pendidikan karakter,” jelasnya.
Ia menceritakan, awalnya saya pimpinan media group. Di sini (BST) hal baru, di tengah keterbatasan harus mengembangkan kreativitas. Jika hanya menunggu pihak pemerintah maka tidak akan berubah. Kalau ikut KLHK hanya operasional 2 hari seminggu. Ini kurang totalitas. BST operasi setiap hari, kemudian mengkreasi bank sampah dengan TPS.
“Alhamdulillah, dari Januari sampai Oktober kita mengolah 200 ton sampah. Timnya ada tim pilah satu, pilah dua, tim edukasi dan administrasi. Ada konfayer untuk pilah sampah. Kemudian sampah packing untuk dijual,” imbuhnya.
Lanjutnya, semua kegiatan kita catat, barulah kita mendapat sponsorship. Kita fokus pendataan harian. Pukul 4 sore pasti ada data sampah masuk. Tahun 2024 mengedukasi dari anak TK sampai SMA. Selain pendataan ada edukasi hingga banyak peneliti yang datang. Ada dari S1, S2 dan terakhir ada S3.
Harus ada niat, di bank sampah bukan hanya menjaga lingkungan, tapi juga sebagai ibadah. “Niat awal bersih-bersih pesantren, kemudian mendapat bantuan dari Danone, dan KLHK itu mereka yang datang. Kekuatan BST selain dari iuran juga dari penjualan. Bukan hanya bisnis tapi juga sebagai syiar. Di finansial gagal, tapi syiar sukses, buktinya informasi bisa sampai Jawa Tengah,” tegasnya.
“Kemudian kolaborasi tidak dengan satu lembaga tapi banyak lembaga. Jika sungguh-sungguh pasti orang-orang akan sungguh-sungguh datang ke kita. Kita sudah sering ditipu tapi kita juga berbenah. Siapa yang berbuat buruk pasti menuainya dan sebaliknya,” pungkasnya.
Pewarta: Aulia