Belajar menulis reportase menjadi materi awal Sekolah Menulis Jilid II, disampaikan pada Jumat (14/3/2014). Dimaksudkan agar para peserta belajar menuliskan suatu wacana yang berkembang dimasyarakat secara lebih aktual.
Selain itu dengan belajar menulis reportase, peserta dilatih untuk menuliskan peristiwa dengan sangat cepat sesuai deadline yang ditentukan. Pada tahap awal ini keteguhan dan kesungguhan peserta mengikuti Sekolah Menulis ini diuji.
“Jika Kalian (peserta, ed) tidak bersedia ditekan deadline, maka pada tahap latihan awal ini keseriusan Kalian dipertanyakan” demikian kata Rozin, wartawan Radar Mojokerto menjadi salah satu tutor, menegaskan perlunya totalitas dalam belajar menulis.
Menurut panitia, pada sesi awal Sekolah Menulis ini penekanan materi hanya pada melatih keteguhan niat peserta untuk belajar menulis. Karena seorang penulis pemula sangat butuh motifasi untuk membuat tulisannya lebih baik.
“Yang penting kemauan dulu harus diteguhkan, baru kemudian soal teori atau tata aturan dalam menulis” kata Faozan, Kepala Sekolah Menulis.
Hal senada juga disampaikan KH. Salahuddin Wahid pada kesempatan lain, “menulis itu 1% bakat dan selebihnya (99%, ed) kemauan.”
Sedikitnya ada 90 peserta yang dibagi dalam 3 kelas dengan materi reportase. Setelah kemudian semua peserta langsung diminta mempraktekkan apa yang sudah disampaikan Tutor untuk dikoreksi pada pertemuan berikutnya.
Turut hadir pula memberikan materi Mas’ud Adnan, Pendiri sekaligus Pimpinan Harian Bangsa dan Muhammad Syafi’i wartawan Radar Jombang. Program Sekolah Menulis Jilid II untuk tingkat mahasiswa ini akan berlangsung selama 3 bulan kedepan dengan 1 kali pertemuan seminggu yaitu pada hari Jum’at. (auL/tbi.org)