tebuireng.online–Setelah berbicara soal kemunduran Islam Rektor UIN Sunan Kalijaga Prof. Dr. KH. Yudian Wahyudi, Ph.D. dalam kesempatan seminar di Universitas Hasyim Asy’ari (Unhasy), Sabtu (30/07/2016), juga mengkritik porsi pendidikan agama sangat sedikit di dalam kurikulum pendidikan nasional.
“Pelajaran agama kita sangat minim, tidak ada pertanggung jawaban, sehingga muncul persepsi bahwa pelajaran agama tidak penting,” katanya dalam siaran pers di Pesantren Tebuireng usai seminar di Unhasy.
Dalam seminar bertema, “Kontekstualisasi Pemikiran KH. Hasyim Asy’ari dalam Fenomena Global” Prof. Yudian mengatakan bahwa pelajaran akan dianggap penting jika dimasukkan dalam materi Ujian Nasional (UN).
Menurut alumni Perguruan Islam Pondok Tremas Pacitan tersebut, mendapat nilai sempurna 10 pada pelajaran agama tidak menjamin anak tersebut akan mengaggapnya penting, karena bukan materi UN.
Ketika ditanya gagasannya mengenai implementasi pembelajaran agama, beliau menyampaikan empat tingkatan yang harus dilalui. Pertama, materi tentang dasar keyakinan dan doktrin ibadah agama masing-masing dengan diajarkan oleh guru yang seagama dengan murid.
Kedua, materi muamalah, interaksi sosial dan urusan kemasyarakatan yang juga diajarkan oleh guru kepada murid yang seagama. Ketiga,materi pelajaran agama tentang kebutuhan nasional seperti korupsi dan terorisme dalam perspektif agama masing-masing. Materi ini juga diajarkan oleh guru dengan murid yang seagama.
Keempat, lanjut pendiri Pesantren Nawasea (pesantren khusus mahasiswa pascasarjana) itu, materi kebutuhan nasional seperti korupsi dan terorisme, tetapi dalam kacamata semua agama. “Doktrin agama yang sudah dipelajari itu perlu dikaitkan dengan regulasi yang ada di negara kita,” tambahnya. Hal tersebut bertujuan agar fungsi agama sebagai ruh pancasila dapat dibangun kembali.
Ia juga berharap Menteri Pendidikan yang baru, Dr. Muhadjir Efendi agar segara membuat kebijakan yang dapat membuat anak didik dapat memahami dan mengang
gap penting pendidikan agama bagi dirinya dan masa depan bangsa. (Abror/ Aldo)
