KH, Musta’in Syafi’ie saat ceramah refleksi kemerdekaan di depan para santri di Masjid Tebuireng, Rabu (13/08/2017). Foto: Bagas).

Tebuireng.online— Suasana peringatan HUT ke-72 Republik Indonesia mulai terasa di Pesantren Tebuireng. Setelah Shalat Maghrib berjamaah, seluruh santri dengan hikmat mendengarkan wejangan reflektif KH. A. Musta’in Syafi’ie mengenai kemerdekaan RI di Masjid Pesantren Tebuireng pada Rabu (16/08/2017). Beliau banyak mengulas tentang peran Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari dan Tebuireng dalam perjuangan kemerdekaan.

“Merdeka! Merdeka! Merdeka!,” teriak Kiai Tain, panggilan akrab beliau, membakar semangat para santri. Menurut beliau andai tidak ada mujahadah atau kesungguhan para kiai dan santri yang berjuang lewat Pesantren Tebuireng ini, belum tentu Indonesia bisa merdeka.

Bagi beliau, hal yang paling utama adalah bukan membangga-banggakan peran kiai dan santri akan tetapi mendoakan mereka. ”Kita memperingati kemerdekaan ini sekaligus mendoakan para leluhur, para sesepuh kita, yang berjuang untuk negeri ini benar-benar diridhai oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala,” harap beliau.

Kiai Tain menuturkan bahwa semua kiai yang berjuang melawan penjajah bukan karena senjata yang seimbang tapi karena semangat ‘Allahu Akbar’. Kiai Tain juga mengajak para santri untuk merenungkan kembali, bagaimana hebatnya para pejuang yang berperang, hanya bermodalkan bambu runcing melawan penjajah yang memakai senjata mesin canggih, dan anehnya bisa menang.

“Mana ada mesin senjata dilawan bambu runcing sing ono, yo sing menang bambu runcing, mosok masuk akal sih?,” tanya beliau. Menurut belaiau, sesungguhnya bukan bambu runcingnya yang memenangkan pertarungan, melainkan atas pertolongan Allah SWT melalui wiridan para kiai dan santri.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Kiai Tain lalu kembali menceritakan apa yang pernah disampaikan oleh santri Hadratusyaikh yang masih hidup, yaitu KH Abdurrahman Bajuri, beberapa waktu lalu pada acara Temu Alumni Nasional Ikapete. Dalam cerita tersebut, tepatnya 40 hari sebelum hari kemerdekaan, ratusan kiai dari seluruh Indonesia berkumpul di Pesantren Tebuireng bermujahadah dan berdoa bersama agar Indonesia lekas diberi kemerdekaan oleh Allah SWT.

Beliau menyatakan bahwa orang yang dihormati oleh penjajah Jepang adalah KH. Hasyim Asy’ari. Bahkan Pemerintah Jepang meminta KH Hasyim Asy’ari untuk bersedia menjadi presiden pertama Indonesia, walau pemerintah Jepang sendiri tahu bahwasannya beliau pasti tidak mau. Akhirnya KH Hasyim Asy’ari menyarankan agar Ir. Soekarno yang menjadi presiden.

“Yang lebih hebat lagi sejak tahun 1938 sebelum Indonesia merdeka di Pesantren Tebuireng kyai dan santri sudah sering mengadakan upacara bersama menyanyikan lagu indonesia raya,” terang beliau. Untuk itu, Kiai Tain berharap para santri sebisa mungkin meniru perjuangan beliau.

Kiai Tain menjelaskan, pada zaman dulu urusan pendidian begitu sulit bagi rakyat Indonesia. Begitu juga yang menimpa W. R. Supratman dan R. A. Kartini yang susah mendapatkan akses pendidikan untuk pribumi. Kiai Tain menceritakan perjuangan kedua kehebatan kedua tokoh tersebut agar para santri meneladani mereka yang berjuang untuk kemerdekaan Indonesia.

Beliau juga menyampaikan peran salah seorang pahlawan yang identik dengan kaum santri yaitu Pangeraan Diponogoro. ”Pangeran Diponogoro itu santri hebat, pimpinan thariqah berjuang melawan Belanda berturut-turut bergerilya sampai keuangan Belanda habis,” cerita Kiai Tain.

Selain itu, lanjut Kiai Tain, pada peninggalan beliau juga ditemukan tasbih dan Al Quran yang menunjukkan bahwa dalam setiap perjuangan beliau selalu membawa kitab suci umat Islam itu. “Makannya sampean-sampean saiki belajar iku wes  enak. Ojo males-males moco Al-Quran,” pesan beliau.

Uniknya lagi, tambah Kiai Tain, ditemukan pula kitab Fathul Qorib di situs peninggalan beliau yang menunjukan bahwa Pangeran Diponogoro adalah seorang santri bermadzhab Syafi’i. “Para pejuang telah mendapatkan kebaikan dari Allah. tilka ummatun qad kholat laha ma kasabat. Pertanyaannya sekarang walakum ma kasabtum. Tinggal sekarang apa yang kita perbuat? Apa prestasi anda?,” pungkas Kiai Tain sebelum mengakhiri ceramah.

Usai mauidhah hasanah, kegiatan dilanjutkan dengan doa dan istighasah bersama yang dipimpin oleh Ustadz Mustaqim Askan bersama seluruh santri dan pengurus Pondok Putra Pesantren Tebuireng Jombang. Bakda Isya nanti juga akan diadakan nonton bersama film perjuangan, “Jalur Kuning”.


Pewarta:            Rizky Hanivan

Editor/Publisher: M. Abror Rosyidin