Sumber: Pewarta

Tebuireng.online– Sekitar 600 ulama dan kiai dari berbagai daerah di Indonesia menghadiri Halaqah Ke-9 Komite Khittah NU 1926 di Gedung Batik Pekajengan Pekalongan Jawa Tengah. Pertemuan pada Rabu (17/07/2019) ini membahas langkah-langkah menuju suksesi pengembalian NU terhadap Khittahnya.

Sejumlah kiai memberikan pendapatnya soal keadaan NU saat ini. Habib Abdullah Alattas dari Jakarta, salah satunya. Habib yang juga pengasuh Pesantren al Hawi Condet Jakarta menyebut NU sudah terlalu jauh ikut dalam politik praktis.

“Saya merasa NU sekarang ini sudah kuat dengan 70 juta penganutnya. Misalkan 500 rupiah saja dikumpulkan setiap orang,  bisa dapat 35 milyar, kita sudah kuat,  ngapain sampai mohon-mohon jatah menteri,” ungkapnya.

Kiai lain, KH. Suyuthi Thoha menyebut PBNU sekarang ini telah melenceng jauh dari khittahnya. Kiai dari Banyuwangi ini, menganggap bahwa tak semestinya NU seperti dibawa pada politik tingkat rendah,  yaitu politik praktis.

“Sekarang ini NU kenapa di bawah pada politik tingkat rendah, yang orientasinya materi, bukan politik tingkat tinggi, seperti dawuhnya Kiai Sahal Mahfudz, politik kebangsaan, politik kerakyatan, dan etika politik,” tambahnya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Pengajar di Pesantren Al Hikam Depok, Ustadz Hilmy Asshidiqi menganggap PBNU sudah bukan lagi mendekati politik praktis tapi mencoba menyusupi NU dengan ajaran-ajaran dari aliran lain seperti Muktazilah.

“Bisa dicek, di kitab-kitab rujukan NU, silsilah keilmuan Abu Hasan al Asy’ari dicantolkan ke Washil bin Atha dan al Juba’i. Padahal Abu Hasan sudah menyatakan keluar dari Multazilah,” jelasnya.

Halaqah ke-9 KKNU26 ini dihadiri 600 kiai dan habaib dari berbagai daerah. Di antaranya dari Jakarta, Kudus, Lasem, Madura, Situbondo, Surabaya, Bandung, dan lain sebagainya. Mereka berkumpul untuk meneguhkan sikap jelang Muktamar ke-34 NU.  Mereka ingin menghadirkan perubahan dengan mengembalikan NU kepada relnya.


Pewarta: Aros

Publisher: MSA