Mahasiswa STAI Al-Ma’arif Lampung mengadakan studi banding ke Unhasy dalam rangka memperdalam pengetahuan tentang Aswaja, Selasa (22/1/19). (Foto: dokumentasi panitia)

Tebuireng.online- Ratusan mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Ma’arif Kabupaten Way Kanan, Provinsi Lampung, melakukan studi banding ke Universitas Hasyim Asy’ari (Unhasy) Tebuireng, Jombang, Jawa Timur.

Kunjungan tersebut bertujuan untuk memperkuat ideologi Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja) ala thoriqotun Nahdlatul Ulama (NU) para mahasiswa. Dan untuk menjaga kemurnian ajaran NU, seperti diketahui Jombang merupakan pusatnya NU. 

“Kami sengaja ke sini untuk silaturrahim dan belajar. Ada sekitar 144-an mahasiswa yang datang. Sebagai masyarakat yang tinggal jauh tentu kami banyak kekurangan informasi berkaitan dengan dunia ke NU-an. Maka kami ingin konsultasi dengan Unhasy dan belajar langsung ke sini,” ungkap Ketua STAI Al-Ma’arif, Wakidi, Selasa (22/01/19).

Menurutnya, mahasiswa Al-Ma’arif secara organisasi memang tak berhubungan langsung dengan pengurus NU. Namun secara kultural amalan sehari-hari menggunakan ajaran NU. Sehingga dirasa perlu adanya studi banding untuk menambah wawasan para kader NU Way Kanan yang jadi mahasiswa tersebut.

“Tujuan kegiatan ini agar benar-benar kader NU yang ada di Way Kanan amalan dan pemikirannya sama dengan amalan NU di Jombang. Sesuai ajaran KH. Hasyim Asy’ari yang merupakan pendiri NU, pendiri Pesantren Tebuireng juga. Habis ini akan ziarah ke sana,” tambah Wakidi.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Wakidi juga menambahkan, pihaknya berharap Universitas Hasyim Asy’ari mau bekerjasama dalam peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam bentuk pertukaran mahasiswa. Dan STAI Al-Ma’arif juga diskusi terkait pendirian program pascasarjana.

“Kita berharap ada pertukaran mahasiswa untuk meningkatkan SDM. Namun yang tidak memberatkan Universitas Hasyim Asy’ari. Biar semangat perjuangan NU-nya lebih matang,” ujarnya.

Sementara itu Wakil Rektor II Universitas Hasyim Asy’ari, Muhsin menyebutkan kampus yang ia pimpin ini pada awalnya berdiri untuk membendung ajaran komunis yang mulai pecah pada tahun 1965. Dimasa itu, pesantren yang ada di Indonesia mayoritas belum punya lembaga seperti kampus. Karena fokus ngaji kitab kuning dan dakwah Islam.

Melihat fenomena itu, maka KH. Muhammad Yusuf Hasyim berinisiatif mendirikan lembaga berbentuk kampus. Supaya santri Tebuireng bisa bermanfaat dimana saja, lintas instansi.

“Kampus ini didirikan pada 22 Juni 1967, tujuan awalnya memang untuk mempersiapkan kader Islam yang siap melawan komunis. Dan alhamdulilah berkembang hingga sekarang,” tandasnya.

Pewarta: Syarif Abdurrahman

Editor/Publisher: RZ