Para santri saat menyimak kitab di depan ndalem kesepuhan Tebuireng (Foto : Masnun M)

Suasana di kota santri asyik senangkan hati

Suasana di kota santri asyik senangkan hati

Tiap pagi dan sore hari muda mudi berbusana rapi

Menyandang kitab suci

Hilir mudik silih berganti pulang pergi mengaji

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

(Suasana di kota santri, Nasida Ria)

Sebuah lirik lagu yang menceritakan kehidupan santri di balik tembok penjara suci. Mengisahkan berbagai cerita dunia santri yang tak ada habisnya. Berbagai kegiatan yang hanya sebutir pasir, tetap akan menjadi cerita unik untuk didengar. Begitu juga dengan berbagai kegiatan santri di saat Ramadan tiba. Pada bulan Ramadan, kegiatan santri lebih terfokuskan pada kajian dan pendalaman kitab kuning. Tak hanya santri mukim yang dapat merasakan suasana pengajian kitab kuning di bulan Ramadan, santri luar pun juga dapat mengikuti kegiatan pengajian kitab di beberapa pesantren yang menyelenggarakan “pondok kilatan”. Pondok kilatan,merupakan salah satu program khusus yang hanya ada di bulan suci Ramadan. Hadirnya pondok kilatan di lingkungan pesantren ini bertujuan untuk menimba ilmu, dengan kitab kuning sebagai sumber kajian ilmunya, yang mana kitab kuning merupakan salah satu makanan pokok santri sehari-hari.

Ramadan merupakan bulan yang dinanti. Bulan yang selalu dirindukan oleh seluruh umat muslim. Tak hanya ngabuburit dan hidangan takjil yang mulai ramai diburu sebelum azan Maghrib berkumandang. Puluhan pesantren besar pun, turut diburu oleh beberapa santri yang ingin mengikuti pengajian kitab kuning. Datangnya bulan suci Ramadan, membawa keberkahan tersendiri bagi santri yang memanfaatkan bulan suci dengan mengikuti pangajian kitab kuning. Pengajain kitab kuning telah menjadi tradisi dan selalu menarik antusias santri untuk turut serta setiap Ramadan tiba. Pengajian kitab kuning pada Bulan Ramadan inilah yang kerap dijuluki dengan “pondok kilatan”.

Kilatan sendiri, berasal dari kata “kilat”, yang berarti “cepat”. Tujuan diselenggarakannya pondok kilatan ini, tak lain ialah untuk memanfaatkan bulan suci Ramadan dengan memperbanyak ilmu, serta amal ibadah. Ngalap barokah, juga menjadi salah satu alasan beberapa santri yang memburu beberapa pondok pesantren besar untuk sekadar mengaji atau sekadar mencium tangan kiai untuk ngalap barokah, serta ridho kiai, agar ilmu yang diperoleh barokah, manfaat.

Selama bulan Ramadan, santri akan disuguhi bermacam kitab kuning yang mungkin belum pernah mereka pelajari sebelumnya. Kitab yang digunakan pun berdasar ketentuan pesantren yang menyelenggarakan pondok kilatan. Jangka waktu yang akan dimiliki oleh santri yang mengikuti pondok kilatan biasanya dimulai pada awal Ramadan dan berakhir pada malam Nuzulul Quran.

Cita Rasa Santri Kilatan

Pondok kilatan, merupakan salah satu tradisi tahunan yang akan terus melekat pada jati diri seorang santri. Begitu juga dengan kitab kuning, keberadaannya akan terus menjadi identitas yang membedakan antara santri dengan pelajar lainnya. Belum dikatakan santri, jika belum ada satu kitab yang dapat dikuasai oleh santri. Namun, hal tersebut tidak akan meluruhkan identitas santri sebagai pelajar yang mengenyam pendidikan di dunia pesantren. Memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin adalah kunci utama bagi seorang santri yang ingin kembali ke rumah dengan berbekal ilmu cukup serta bermanfaat baik bagi diri sendiri maupun masyarakat sekitar.

Menuntut ilmu tidak harus di satu tempat. Sebagimana dalam hadis yang memiliki arti, “Tuntutlah ilmu walau pun sampai ke negeri Cina”. Tidak ada batasan tempat bagi setiap umat muslim untuk menuntut ilmu, serta memperkaya diri dengan pengetahuan. Begitu juga dengan santri yang mengikuti pengajian kitab (kilatan) di beberapa pesantren besar, yang menyelenggarakan pondok kilatan pada bulan suci Ramadan. Pondok kilatan tidak akan pernah lepas dari peranan seorang santri yang ingin memperdalam serta mempelajari beberapa kitab yang belum pernah meraka pelajari sebelumnya.

Dalam pelaksanaan pondok kilatan, setiap pesantren memiliki kebijakan yang berbeda-beda dalam pelaksanaannya. Di beberapa pesantren memperbolehkan santri kilatan untuk memilih kitab yang dipelajari. Selain itu, ada juga yang mewajibkan santri kilatan untuk mengikuti pengajian dengan kitab yang sudah ditentukan oleh pesantren tersebut. Ketentuan tersebut, berdasarkan kebijakan dari setiap pesantren yang menyelenggarakan pondok kilatan.

Jika dihari-hari biasa santri disibukkan dengan kegiatan sekolah dan mengaji diwaktu tertentu. Di bulan Ramadan, kegiatan santri berbalik 180 derajat dari hari biasa. Memperbanyak kegiatan rohani, seperti mengaji kitab, tadarus selepas sholat tarawih, berbagi makanan dengan sesama, dan lainnya. Keistimewaan kilatan pun turut menjadi perhitungan pada diri santri yang memanfaatkan bulan Ramadan untuk mengkaji beberapa kitab yang belum pernah dipelajari.


Penulis : Ana Saktiani Mutia

Editor : Munawara, MS

Publisher : Rara Zarary

#Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Tebuireng.