ilustrasi ramadan

Oleh: Muhammad Nur Faizi*

Ketika bulan Ramadan berlabuh dengan segudang berkah, siapapun yang menjumpainya akan merasakan kemuliaan yang tak terhingga. Rasulullah Saw. sendiri menyambut kedatangan bulan Ramadan dengan penuh kebahagiaan, memberikan kabar gembira kepada para sahabatnya.

Sebagaimana riwayat Abu Hurairah Ra, Rasulullah Saw. bersabda, “Telah datang bulan Ramadan, bulan penuh berkah, Allah mewajibkan kepada kalian untuk berpuasa, di dalamnya pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka dikunci, dan para syaithan dibelenggu, di dalamnya pula terdapat malam yang lebih baik dari pada seribu bulan. Siapa saja yang luput dari kebaikannya, maka ia telah luput dari kebaikan yang banyak” (H.R. Ahmad, 2/230).

Namun, setelah kita berjumpa dengan bulan Ramadan, bagaimana langkah selanjutnya yang harus kita tempuh? Apakah kita mampu mengabdi secara totalitas di bulan Ramadan ini, ataukah bahkan kita masih terlena dengan kesibukan rutinitas layaknya bulan-bulan sebelumnya?

Kemuliaan Ramadan dalam Kitab Salafus-Shalih

Bulan Ramadan adalah waktu yang penuh dengan kebaikan dan keberkahan. Hari-harinya dipenuhi dengan sejuta kebaikan, dan Ramadan menjadi kesempatan emas bagi para hamba-Nya untuk membersihkan diri dari dosa-dosa mereka. Mari kita sedikit menyelami kedudukan dan keagungan bulan Ramadan itu sendiri, sebagaimana yang dijelaskan dalam kitab-kitab salafus-shalih.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Pertama, Ramadan adalah bulan yang dipilih langsung oleh Allah sebagai momen diturunkannya kitab dan risalah-Nya. Bulan yang menjadi penghubung antara bumi dan langit, Allah menurunkan firman-Nya dari langit ke bumi dan berdialog dengan makhluk-Nya.

Ini dijelaskan dalam riwayat Watsilah bin al-Asqa’ dari Rasulullah Saw. yang menyatakan bahwa “Shuhuf (lembaran) Ibrahim diturunkan pada permulaan Ramadan, kitab Taurat diturunkan pada hari keenam Ramadan, kitab Injil diturunkan pada hari ketiga belas Ramadan, kitab Zabur diturunkan pada hari kedelapan belas Ramadan, dan kitab Al-Qur’an diturunkan pada hari kedua puluh empat Ramadan (ini versi lain nuzululqur’an).” (H.R. Ahmad, 4/107).

Hal ini menunjukkan betapa agungnya Ramadan, di mana Allah memilih bulan ini sebagai waktu mulai untuk mengeluarkan manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang. Allah Swt memberikan pengetahuan tentang bagaimana manusia hidup dan tentang bagaimana kehidupan seharusnya berjalan. Semua itu, Allah gariskan dalam lembaran-lembaran yang diturunkan kepada Nabi dan Rasulnya.

Kedua, Rasulullah Saw. menjelaskan bahwa Allah berfirman, “Setiap amal manusia untuk dirinya kecuali amal puasa, karena ia untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya” (HR. Bukhari: 1850 dan Muslim: 1151). Hal ini menunjukkan bahwa ibadah puasa memiliki keistimewaan tersendiri di hadapan Allah. Namun, segalanya kembali kepada niat seseorang.

Amalan puasa hanya akan diterima jika dilakukan dengan ikhlas karena Allah. Al-Hafidz Ibnu Rajab menjelaskan bahwa puasa adalah rahasia antara seorang hamba dan Tuhannya. Karena itu, sangat penting bagi setiap individu untuk memastikan bahwa niatnya murni dan tidak bercampur dengan maksud lain. Allah akan melipatgandakan pahala puasa jika seorang hamba melakukannya dengan penuh ketaatan dan kesungguhan dalam pengabdian.

Ketiga, di dalam bulan Ramadan terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan. Ini merupakan kemuliaan Allah yang diberikan kepada umat Muhammad Saw. Meskipun umur umat Nabi Muhammad hanya berkisar antara 60 hingga 70 tahun, setiap amal kebaikan yang dilakukan di bulan Ramadan akan mendapat ganjaran yang berlipat-lipat. Segala bentuk ibadah, dari membaca Al-Quran hingga berbuat kebaikan kepada sesama, akan mendapatkan pahala yang besar.

Begitu juga dengan malam Lailatul Qadar, malam yang lebih baik dari seribu bulan, di mana keberkahan dan rahmat Allah turun dengan begitu melimpah. Oleh karena itu, setiap momen di bulan Ramadan merupakan kesempatan emas untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memperoleh keberkahan serta ampunan-Nya.

Dalam pandangan Islam, bulan Ramadan bukanlah hanya sekedar bulan yang dijalani dengan puasa dan ibadah semata. Ia adalah momen untuk merefleksikan diri, membersihkan hati, dan memperkuat hubungan dengan Allah. Dengan memahami kedudukan dan keagungan bulan Ramadan, kita diharapkan dapat menjalani ibadah dengan lebih khusyuk dan ikhlas, serta mampu merasakan berkah dan keberkahan yang terpancar dari setiap momen yang kita lalui dalam bulan yang mulia ini.

Dengan begitu, dengan kemuliaan bulan Ramadhan ini seharusnya menjadi penyemangat untuk melakukan aktivitas yang mulia di bulan-bulan berikutnya. Ramadhan adalah jembatan motivasi yang menghubungkan manusia dengan kebaikan. Manusia dibiasakan untuk melakukan kebaikan, sehingga di seluruh hidupnya akan dipenuhi keberkahan. Sungguh, begitu baiknya Allah kepada setiap hambanya.

Baca Juga: Strategi Efektif Optimalkan Waktu dan Ibadah di Bulan Ramadan

*Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta