Ilustrasi seroang ayah dan putrinya di tepi pantai. (source: pixabay)

Oleh: Ifa Muzdalifah*

Terdengar suara ombak yang begitu mengalun dan angin yang menyejukkan. Aku melihat ayah dari kejauhan dengan senyuman yang sangat indah. Kini aku tahu rahasia di balik senyuman ayah itu.

“Ayo kita berlibur ke pantai Yah!” ucap Bulan yang sudah mulai memasuki liburan sekolah.

“Oke nak, kita ke pantai Tiga Warna ya…” Jawab ayah.

“Yeay! minggu depan ke pantai.” Bulan kegirangan permintaannya diiyakan oleh ayah tercintanya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Bulan adalah putri ayah Owi yang sangat ceria dan manja. Sedari kecil, Bulan selalu diajak berlibur ke pantai, bahkan hampir seluruh pantai di Jawa Timur sudah pernah didatangi.

Satu minggu telah berlalu, akhirnya Bulan sudah libur sekolah. Dan Ayah Owi tidak lupa dengan permintaan putri kecilnya minggu lalu.

“Yah, kira-kira perjalanan ke pantai Tiga Warna berapa lama?” tanya Bulan yang sudah mengantuk di tengah perjalanan.

“Kurang dua jam lagi, Bulan tidur dulu nanti ayah bangunkan kalau sudah sampai,” jawab ayah dengan nada lembut.

“Baik ayah, Bulan tidur dulu ya…” gadis manis itu tampak menguap beberapa kali, dan kembali pulas dengan pelukan boneka di dadanya.

Setelah perjalanan yang lama akhirnya Ayah Owi dan Bulan sudah sampai.

“Nak ayo bangun kita sudah sampai,” Ayah membangunkan Bulan penuh perhatian. Bulan masih berusaha membuka kedua matanya dengan sempurna.

“Emm, iya Ayah. Sebentar ya,” gadis kecil itu mengucek matanya.

Bulan sudah terbangun. Ayah Owi mengajak Bulan untuk makan di tepi pantai, lalu memesan makanan favoritnya yaitu udang saus tiram dan cumi-cumi asam manis. Selesai makan, Bulan pun menuju tepi laut dan menatap laut yang sangat indah itu. Ayah menghampiri bulan ke tepi pantai dengan senyuman.

“Bulan ingin bertanya, kenapa ayah suka dengan laut?” tanya Bulan yang sangat penasaran.

“Ayah suka dengan laut karena laut itu penuh dengan misteri, Nak. Laut memberikan ketenangan, tapi juga kekuatan. Ayah selalu merasa bahwa laut bisa mengingatkan kita tentang kehidupan—tenang di permukaan, tapi dalam di dalamnya, penuh dengan kehidupan yang mungkin tidak kita sadari.”

Bulan mendengarkan penjelasan ayahnya dengan mata berbinar. Dia selalu kagum pada cara ayahnya menceritakan sesuatu, seolah-olah setiap kata memiliki makna yang dalam.

Bulan kembali menatap laut, meresapi setiap kata yang baru saja diucapkan ayahnya. Ia menyadari bahwa setiap perjalanan ke pantai bukan hanya soal menikmati pemandangan atau bermain air, tetapi juga tentang belajar mengenal kehidupan lebih dalam dari ayahnya.

Mereka berdua menghabiskan sore itu dengan berjalan menyusuri pantai. Bulan menggenggam tangan ayahnya erat-erat, merasa aman dan bahagia. Setiap langkah yang mereka ambil di atas pasir pantai seolah-olah menambah kenangan indah di dalam hatinya.

Malam itu, mereka kembali ke penginapan sederhana yang terletak tidak jauh dari pantai. Bulan terlelap dengan cepat setelah hari yang panjang dan penuh makna. Namun, ayah Owi tetap terjaga. Ia duduk di beranda penginapan, memandangi bintang-bintang yang bersinar di langit malam.

Ada sesuatu yang mengganjal di hatinya, sesuatu yang belum ia ungkapkan pada Bulan. Senyuman yang selalu ia perlihatkan pada putrinya bukan hanya sekadar ekspresi kebahagiaan. Di balik senyuman itu, ada rahasia yang selama ini ia simpan sendiri—rahasia tentang masa lalu yang pahit.

Ayah Owi teringat pada istrinya, ibu dari Bulan, yang telah meninggal dunia beberapa tahun yang lalu karena penyakit yang sulit disembuhkan. Sejak kepergian istrinya, ayah Owi bertekad untuk selalu tersenyum di depan Bulan, agar putrinya tidak merasa kehilangan kasih sayang. Senyuman itu adalah perisai yang ia gunakan untuk melindungi Bulan dari kesedihan yang mendalam.

Namun, di malam yang hening itu, ayah Owi merasa bahwa mungkin sudah saatnya Bulan tahu tentang rahasia, bahwa senyuman yang selalu ia perlihatkan bukan hanya karena kebahagiaan, tetapi juga karena rasa syukur yang mendalam—syukur bahwa ia masih bisa bersama putrinya dan memberikan kebahagiaan meski telah kehilangan seseorang yang sangat berharga dalam hidupnya.

Keesokan paginya, saat matahari mulai terbit, Ayah Owi membangunkan Bulan. Mereka berdua berjalan kembali ke pantai, di mana sinar matahari pagi menyentuh permukaan laut, menciptakan kilauan indah.

“Bulan, ada sesuatu yang ingin ayah ceritakan padamu,” kata ayah Owi dengan suara lembut. “Tentang ibu.” Dua kata itu rasanya mencekat di tenggorokan ayah Owi.

Bulan menatap ayahnya dengan rasa ingin tahu, menunggu cerita yang akan disampaikan. Ia selalu merindukan ibunya, meski kenangan tentang wanita itu mulai memudar seiring berjalannya waktu.

“Ayah tahu kamu merindukan ibu, begitu juga ayah. Tapi ada satu hal yang perlu kamu ketahui. Senyuman yang selalu ayah berikan padamu… sebenarnya adalah janji ayah pada ibu. Janji bahwa ayah akan selalu menjaga kamu, memberikan kebahagiaan yang sama seperti yang dulu ibu berikan.”

Bulan terdiam, merasakan air mata mulai mengalir di pipinya. Ia tidak menyangka bahwa di balik senyuman ayahnya ada rasa sakit yang begitu dalam, tapi juga cinta yang begitu kuat.

“Ayah tidak ingin kamu merasa sedih, Nak. Ibu selalu ada dalam hati kita, dan senyuman ini adalah cara ayah untuk mengingatnya dan membuatmu tetap bahagia.”

Bulan memeluk ayahnya erat-erat. “Terima kasih, Yah, karena selalu ada untukku. Bulan akan selalu mengingat ibu dan senyuman ayah.”

Hari itu, Bulan dan Ayah Owi menghabiskan waktu mereka dengan lebih banyak bercerita, mengenang masa lalu, dan merencanakan masa depan dengan penuh harapan. Mereka sadar bahwa meski hidup penuh dengan kehilangan, cinta dan kenangan adalah hal yang akan selalu menemani mereka.

Laut di hadapan mereka terus berombak, mengingatkan bahwa hidup terus berjalan, dan setiap momen, setiap senyuman, adalah sebuah kenangan yang akan terus ada dalam hati mereka. Rahasia di balik senyuman ayahnya kini bukan lagi sebuah misteri, tetapi sebuah warisan cinta yang akan selalu dijaga oleh Bulan.

Rahasia di balik senyuman ayah kini bukan lagi sebuah rahasia, tetapi sebuah kisah tentang cinta, kesabaran, dan kekuatan yang akan terus hidup dalam ingatan Bulan, selamanya.



*Mahasiswa KPI Unhasy Jombang.