Sebutir Debu Aku
Aku adalah debu, debu adalah aku
hanya sementara, hanya sekejap
berada di udara, berupa butiran kecil
tidak memiliki waktu, tidak memiliki masa
aku adalah debu, debu adalah hidup
menghuni bumi, menghuni langit
namun, tak peduli, tak pernah memikirkan
ketika aku akan musnah, akan lenyap
aku adalah debu, debu adalah nasib
mengalir dalam waktu, mengalir dalam angin
tidak memiliki wajah, tidak memiliki nama
tidak memiliki masa depan, tidak memiliki masa lalu
namun, dalam kesadaran ini, aku berdiri
menyerahkan diri pada angin, menyerahkan diri pada waktu
karena keberadaanku adalah sementara
karena hidupku adalah hanya sementara
Menemukan Diri Sendiri
Kini, aku menemukan diri sendiri
tidak berbeda dari siapa pun lain
ketika aku berada di antara keduanya
aku memutuskan untuk meninggalkan
kedamaian hati, keamanan jiwa
aku mengkhianati diri sendiri
dengan setiap kesalahan, dengan setiap kesilapan
aku mengkhianati diri sendiri
kini, aku menemukan diri sendiri
tidak berbeda dari siapa pun lain
tapi, aku tidak lagi percaya
dalam diri sendiri
Diri dalam Debu
Kini, aku menemukan diri sendiri
dalam debu dan asap kesalahan
ketika masa lalu datang mengganggu
aku tak mau lagi menyalahkan orang lain
aku mau menyalahkan diri sendiri
karena aku tak pernah berhenti
berharap dan menyerah
tapi kini aku tak mau lagi
ketika jera menguasai diri
aku memutuskan untuk berpindah
mengalihkan perhatian ke masa depan
dan mencari jalan yang lebih baik
Penulis: Albii
(Alumnus Universitas Hasyim Asy’ari Jombang)