Wukuf di Arafah

Bulan Dzulhijjah terkenal dengan sebutan bulan haji karena pada bulan inilah prosesi puncak ibadah haji dilaksanakan. Dalam salah satu rangkaian ibadah haji, ada salah satu rukun haji yaitu wukuf yang bertempat di padang Arafah bertepatan dengan tanggal 9 Dzulhijjah. Bagi orang yang sedang melaksanakan haji, proses wukuf di Arafah menjadi sebuah kewajiban dan hajinya menjadi tidak sah apabila wukuf ditinggalkan.

Asal kata Arafah ialah dikarenakan tempat itu pernah menjadi tempat bertemunya nabi Adam dan siti Hawa:

وسميت عرفة قيل: لان آدم وحواء تعارفا بها

[زين الدين المعبري، فتح المعين بشرح قرة العين بمهمات الدين، صفحة ٢٨٦]

Dari keistimewaan hari Arafah yang di dalammya dilaksakan salah satu proses sakral dalam ibadah haji, ternyata hari Arafah punya keistimewaan-keistimewaan lainnya, di antaranya adalah

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Sunnah Berpuasa, Bisa Melebur Dosa Setahun yang Lalu dan Akan Datang

صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ

Sedangkan puasa pada hari Arafah, aku memohon pula kepada Allah, agar puasa itu bisa menghapus dosa setahun penuh sebelumnya dan setahun sesudahnya. Adapun puasa pada hari ‘Asyura`, aku memohon kepada Allah agar puasa tersebut bisa menghapus dosa setahun sebelumnya.” (H.R. Imam Muslim 1976).

Menurut Imam Nawawi puasa hari Arafah sangatlah disunnahkan (dianjurkan):

 فَلَيْسَ فِي صَوْمِ هَذِهِ التِّسْعَةِ كَرَاهَةٌ بَلْ هِيَ مستحبة استحبابا شديدا لاسيما التَّاسِعُ مِنْهَا وَهُوَ يَوْمُ عَرَفَةَ

Puasa pada 9 hari (pertama di bulan Dzulhijjah) tidaklah makruh bahkan sangat disunnahkan apalagi hari ke 9-nya, yaitu hari Arafah.

[النووي ,شرح النووي على مسلم ,8/71]

Berpahala 70 Kali Lipat Haji saat Bertepatan dengan Hari Jumat

قال صلى الله عليه وسلم: أفضل الأيام يوم عرفة، وإذا وافق يوم جمعة فهو أفضل من سبعين حجة في غير يوم الجمعة. أخرجه رزين.

Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam berkata, paling utamanya hari adalah hari Arafah, dan apabila hari Arafah bertepatan dengan hari Jum’at maka itu adalah lebih utama daripada 70 haji di lain hari Jum’at, diriwayatkan dari Rozin.

 [البكري الدمياطي ,إعانة الطالبين على حل ألفاظ فتح المعين ,2/325]

Menjadi Hari Raya Umat Islam

حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ حَدَّثَنَا وَهْبٌ حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ عَلِيٍّ ح و حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ مُوسَى بْنِ عَلِيٍّ وَالْإِخْبَارُ فِي حَدِيثِ وَهْبٍ قَالَ سَمِعْتُ أَبِي أَنَّهُ سَمِعَ عُقْبَةَ بْنَ عَامِرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمُ عَرَفَةَ وَيَوْمُ النَّحْرِ وَأَيَّامُ التَّشْرِيقِ عِيدُنَا أَهْلَ الْإِسْلَامِ وَهِيَ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ

Telah menceritakan kepada kami Al Hasan bin Ali, telah menceritakan kepada kami Wahb, telah menceritakan kepada kami Musa bin Ali, dan telah diriwayatkan dari jalur yang lain: Telah menceritakan kepada kami Utsman bin Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Waki’ dari Musa bin Ali, dan bentuk pengabaran ada dalam hadits Wahb, ia berkata, saya mendengar ayahku bahwa ia mendengar Uqbah bin ‘Amir berkata, Rasulullah bersabda, “Hari ‘Arafah dan Hari Kurban, serta hari-hari Tasyriq adalah hari raya kita, orang-orang Islam. Hari-hari tersebut adalah hari-hari makan dan minum.” (H.R. Abu Dawud no. 2066).

Hari yang Disaksikan

عن أبي هريرة رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : ” اليوم الموعود يوم القيامة ، واليوم المشهود يوم عرفة ، والشاهد يوم الجمعة

dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah bersabda, “Hari yang dijanjikan” adalah hari kiamat, dan masyhûd adalah hari Arafah sedangkan syahdi adalah hari Jumat.

Maksud dari masyhûd ini adalah:

وَالْيَوْمُ الْمَشْهُودُ يَوْمُ عَرَفَةَ لِأَنَّ النَّاسَ يَشْهَدُونَهُ أَيْ يَحْضُرُونَهُ وَيَجْتَمِعُونَ فِيهِ

Dan hari masyhûd adalah hari Arafah, disebut seperti itu karena manusia menyaksikan hari itu, maksudnya adalah hadir di tempat itu (padang Arafah) dan berkumpul di situ (untuk melaksakan wukuf)

[عبد الرحمن المباركفوري ,تحفة الأحوذي ,9/181]

Hari di mana Allah SWT Mengambil Janji dari Anak Turun Nabi Adam

حَدَّثَنَا حُسَيْنُ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ يَعْنِي ابْنَ حَازِمٍ عَنْ كُلْثُومِ بْنِ جَبْرٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَخَذَ اللَّهُ الْمِيثَاقَ مِنْ ظَهْرِ آدَمَ بِنَعْمَانَ يَعْنِي عَرَفَةَ فَأَخْرَجَ مِنْ صُلْبِهِ كُلَّ ذُرِّيَّةٍ ذَرَأَهَا فَنَثَرَهُمْ بَيْنَ يَدَيْهِ كَالذَّرِّ ثُمَّ كَلَّمَهُمْ قِبَلًا قَالَ ( أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ أَوْ تَقُولُوا إِنَّمَا أَشْرَكَ آبَاؤُنَا مِنْ قَبْلُ وَكُنَّا ذُرِّيَّةً مِنْ بَعْدِهِمْ أَفَتُهْلِكُنَا بِمَا فَعَلَ الْمُبْطِلُونَ )

Telah menceritakan kepada kami Husain bin Muhammad, telah menceritakan kepada kami Jarir yakni Ibnu Hazim, dari Kultsum bin Jabr dari Sa’id bin Jubair dari Ibnu Abbas dari Nabi , beliau bersabda, “Allah telah mengambil perjanjian (kesaksian) dari punggung Adam di Na’man, yakni Arafah. Lalu Dia mengeluarkan keturunannya dari tulang rusuknya, lalu menebarkan mereka di hadapan-Nya seperti benih. Kemudian Dia berkata kepada mereka secara langsung, (seraya berfirman): ‘Bukankah Aku Ini Tuhanmu?’ mereka menjawab, ‘Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.’ (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: ‘Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap Ini (keesaan Tuhan), atau agar kamu tidak mengatakan: ‘Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami Ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami Karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu?’).”

Allah telah menjadikan hari Arafah sebagai hari yang sangat istimewa. Allah jadikan amal ibadah di dalamnya berlipat ganda. Tinggal kita saja, mau apa tidak untuk memperbanyak intensitas ibadah kita kepada Allah, tapi menjadi sangatlah rugi diri kita apabila tidak sampai mengambil bonus dari Allah itu. Maka alangkah baiknya kita sebagai umat islam mengambil kemurahan dari Allah tersebut.


Ditulis oleh Nurdiansyah, Santri Tebuireng