sumber ilustrasi: univ-airlangga

Oleh: Al Fahrizal*

Bingung. Gak tau mau ngapain. Punya banyak rencana dan wacana, saking banyaknya, bingung, dan pada akhirnya ga satu pun yang terlaksana. Stres, kacau, galau. Ditambah tekanan ekonomi, masa usia segini masih dibiayain orang tua. Mau nyoba kerja, tapi masih pengen lanjut sekolah. Sekolah terus nanti ga kerja-kerja. Belum lagi pacar udah ngajakin serius. Halahh, pusing!!!

Ada yang pernah mikir seperti ini? Fenomena ini hampir dialami oleh setiap manusia. Mari kita bahas!

Manusia dalam menjalani hidupnya akan melewati 4 tahapan perkembangan, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, dan lansia. Setiap tahapan memiliki karakter dan tugas yang berbeda-beda. Dari 4 tahapan perkembangan tersebut, ada satu fase yang paling sering disorot, yaitu emerging adulthood, masa peralihan dari remaja menuju dewasa. Pada fase ini biasanya terdapat kekacauan jiwa yang diistilahkan “Quarter Life Crisis.”

Istilah tersebut dipopulerkan oleh dua orang psikolog, Alexandra Robbins dan Abby Wilner lewat bukunya yang berjudul, Quarter Life Crisis: The Unique Challenges of Life in Your Twenties, (Krisis Seperempat Hidup: Tantangan Unik Kehidupan di Usia Dua Puluh Anda). 

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Quarter Life crisis adalah perasaan khawatir yang hadir atas ketidakpastian kehidupan mendatang seputar relasi, karier, dan kehidupan sosial yang terjadi sekitar usia 20-an. Fenomena ini adalah fenomena normal yang hampir terjadi di semua orang yang melewati usia tersebut. Linkedin pernah melakukan survey pada tahun 2017 yang menunjukkan sebanyak 75% dari usia 25-33 tahun di dunia mengaku pernah mengalami quarter life crisis dalam hidupnya.

Mengerucut lagi di fase ini biasanya anak muda tersebut dihadapkan dua pilihan riil, antara melanjutkan pendidikan atau terjun ke dunia kerja. 

Mungkin ketika berangkat dari keluarga dengan finansial yang sedang atau kaya, kebanyakan memilih untuk terus mengejar mimpi lewat bangku-bangku pendidikan. Namun, ketika berangkat dari keluarga dengan finansial yang cukup atau bahkan kurang, mereka akan memilih untuk terjun langsung ke dunia kerja, untuk terus mencari keuntungan agar dapat bertahan hidup dan membangun finansial. 

Dalam rangka menggapai kesuksesan, entah itu finansial ataupun karir, dua pilihan di atas memiliki peluang untuk mencapai titik kesuksesan dan dua-duanya berpotensi untuk sama-sama gagal. Lantas apa faktor penentu untuk mencapai titik kesuksesan itu sendiri? Agar lebih sederhana, mari kita buat simulasi. 

Si A, setelah rampung sarjananya memilih untuk terus melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya. Berhubung si A berangkat dari keluarga yang cukup berada, jalan yang ia tempuh untuk terus belajar dan belajar cukup licin. Hingga diusia 30an, ia sudah dipromosikan menjadi seorang bergelar doktor. Satu dekade kemudian, karena kegigihannya dalam dunia akademik, ia menyandang gelar sebagai guru besar atau profesor di sebuah perguruan tinggi ternama. Memiliki banyak teori dan pengetahuan mengenai dunia bisnis dan psikologi, si A kemudian ditawarkan untuk menjadi direktur disebuah perusahaan besar. A, sukses secara karir dan finansial.

Kemudian beranjak ke si B, setelah tamat S1, si B tidak melanjutkan studinya lagi. Ia memilih untuk langsung terjun ke dunia kerja, berhubung keterbatasan ekonomi orang tuanya yang kurang mampu. Ia mulai menapaki karir dari tingkat karyawan. Sama halnya seperti si A, B merupakan orang yang tekun dan gigih, sehingga statusnya sebagai karyawan lambat laun karena kegigihannya beranjak menjadi manager. Terus bertahap, bertahap, dan bertahap karirnya semakin meningkat, hingga setelah berpuluh-puluh tahun, statusnya yang dulu hanya sebagai karyawan biasa, naik menjadi manager, dan berhasil mencapai puncak karirnya sebagai direktur di perusahaan besar. 

Poinnya adalah apa pun pilihan yang diambil sama baik dan sama potensi untuk menggapai “sukses.” Semua tergantung individu masing-masing, karena gigih, tekun, dan semangat ingin belajar, yang melekat pada pribadi seseorang yang kemudian mengantarkannya kepada “sukses” finansial dan karir. 

*Mahasantri Mahad Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng.