tebuireng.online—NU sejak didirikan menjadi salah satu organisasi yang memiliki pengikut dan pengaruh kuat di masyarakat. Peranannya besar bagi bangsa Indonesia. NU memiliki kekuatan massa yang besar, dimana para penghuninya di isi oleh para Kyai dan Ulama’ pesantren yang memiliki jaringan luas di Indonesia bahkan di level Internasional.

Kegiatan pra Muktamar yang di adakan di Manado oleh Pengurus PWNU-PCNU Sulawesi Utara,Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, Dr (Hc). Ir. KH. Salahuddin Wahid menjadi salah satu pemateri. Dalam pemaparannya beliau membedah NU melalui analisa SWOT (strengths (kekuatan), weaknesses (kelemahan), opportunities (kesempatan), dan threats (ancaman).

Menurut Gus Sholah siapapun pemimpin NU, harus menerapkan analisis SWOT sebagai pertimbangan dalam menentukan arah gerak NU.  Gus Sholah menimbang bahwa NU adalah organisasi yang memiliki basis massa yang besar, kyai dan ulama, serta jaringan yang luas. ”Pada awal berdirinya saja NU sudah memberikan kontribusi pada negara, misalnya soal pernikahan. Pemerintah belanda pernah membuat aturan, perkawinan harus menurut adat istiadat. Tapi NU menentang dan menyatakan pernikahan harus menurut syari’at agama islam,” kata Gus Solah di depan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Sulawesi Utara dan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) se-Sulawesi Utara di Manado, Selasa (21/4/2015) seperti yang dikutip dari Harian Bangsa Online.

Gus Sholah mengingatkan bahwa NU sangat berkontribusi besar juga di bidang pendidikan. Kolonial Hindia Belanda, ujarnya, melarang segala bentuk kegiatan pendidikan di luar perizinan pemerintah. Sedangkan Pendidikan di pesantren-pesantren masih terus berjalan, dengan ada atau tidaknya izin dari pemerintah Hindia Belanda.

Menurut pandangan Gus Sholah, kelemahan NU terletak pada menejemen organisasi. Bahkan ada mitos yang mengatakan bahwa NU sudah tak bisa diperbaiki secara menejemen. Namun NU memiliki kekuatan di bidang sumber  daya manusia (SDM). Kader NU terpasang di sejumlah bidang baik politik, pemerintahan, ekonomi dan sosial. Banyak kader-kader yang menduduki jabatan menteri, dirjen, bupati-walikota, dosen, intelektual, cendekiawan, pengusaha, serta alim-ulama’. “Mereka kita ajak untuk memperbesar dan membangun NU”, ucap ayah dari Ipang Wahid tersebut. Bahkan bila perlu Gus Sholah akan mengusulkan untuk mendatangkan konsultan untuk memperbaiki NU.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Gus Sholah mengatakan bahwa tantangan terbesar NU sekarang ini adalah konflik politik, aliran-aliran transnasional, seperti syi’ah, wahabi, HTI, Majlis Tafsir  al-Qur’an MTA dan beberapa kelompok radikal dan anti pancasila. ”Kalau mereka sampai besar dan NU membiarkan Syiah dan paham lain itu berkembang di Indonesia, kita khawatir Indonesia seperti negara-negara di Timur Tengah,” jelasnya. Gus Sholah berpesan agar para pejuang di NU harus maksimal dan tidak hanya pandai berpidato, namun juga bekerja.

Untuk masalah regenerasi, Gus Sholah mengaku tidak begitu mementingkan usia dalam prosesnya. Karena menurutnya generasi tua dan muda tidak terlalu mempengaruhi eksistensi dalam memperjuangkan NU. “Dulu Kyai Wahab lebih muda dari Kyai Idham Kholid, di Amerika Jimmy Charter lebih muda dari Ronald Regent. Namun Ronald Regent yang jadi presiden”, terangnya.

Setelah mendengar pemaparan Gus Sholah dengan saksama, para pengurus PWNU dan PCNU  se-Sulawesi Utara sepakat untuk mendukung KH. Hasyim Muzadi sebagai Rais Aam dan Gus Sholah sebagai Ketua Umum PBNU. “Beliau berdua sangat layak memimpin PBNU,” kata Ketua PWNU Sulawesi Utara KH. Sya’ban Mauludin, M.Pdi.

Selain itu mereka sepakat menolak rencana PBNU untuk menerapkan sistem Ahlu al-Halli wa al-Aqdi (Ahwa). Isu Ahwa akan dibahas di Muktamar NU ke-33 di Jombang Agustus mendatang. Menurut mereka ada indikasi kuat bahwa isu penerapan Ahwa adalah sarat akan kepentingan politis. ”Aroma politiknya sangat kental sekali ketimbang dengan tujuan kemaslahatan NU,” kata H. Suwarno, Sekretaris PWNU Sulut. (Harian Bangsa/abror)

 

activate javascript