ilustrasi puasa

Oleh: Syauqi Nailul Kamal*

Ada dua nikmat yang kebanyakan manusia lalai dengannya. Yaitu waktu luang dan kesehatan. Kita sering lupa bahwa kesehatan itu segala-galanya dan segalanya tidak bisa dinikmati jika mereka tidak sehat. Banyak orang yang berlimpah uang tetapi tidak bisa menikmatinya karena tidak sehat dan tidak diperbolehkan makan apa yang bisa mereka beli dengan uang tersebut. Oleh karena itu penting untuk menjaga kesehatan, karena sehat itu tidak bisa dibeli.

Sehat adalah karunia besar dalam perjalanan hidup manusia. Sehat itu harus diminta kepada Allah dan jika sudah diberi maka harus dijaga serta disyukuri. Cara mensyukurinya adalah dengan tidak melakukan perbuatan yang membahayakan dan menyakiti tubuh serta jiwa dan berikhtiar untuk mendapatkannya (kesehatan). Dalam sebuah hadits dikatakan, “Berpuasalah kamu sekalian, niscaya kalian akan sehat.” (H.R. al-Baihaqi)

Puasa dalam bahasa, diartikan al-imsa’ artinya menahan, sedangkan menurut syara’ puasa adalah sikap menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa seperti makan dan minum juga menahan diri dari perbuatan dan perkataan sia-sia, perkataan tidak pantas atau jorok, dan sejenisnya, baik bersifat haram ataupun makruh, pada waktu-waktu yang sudah ditetapkan.

Kewajiban menjalankan puasa Ramadhan bagi umat Islam ialah mengacu pada perintah agama yang tertuang dalam dalam al-Quran surah al-Baqarah ayat 183. Tidak ada yang penyangkalan tentang kewajiban puasa dalam ijma’ ulama, mereka bersepekat tentang perihal tersebut.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Mereka yang diwajibkan menjalankan puasa Ramadhan, dengan ketentuan baligh, sehat baik jasmani maupun rohani, serta bukan dalam keadaan menjadi musafir (bepergian jauh). Kewajiaban tersebut tidak berlaku bagi perempuan yang sedang dalam keadaan datang bulan (haidh).

Puasa Berdampak pada Kesehatan Jasmani dan Rohani

Puasa Ramadhan yang dipahami sebagai menahan diri dari makan dan minum serta hal-hal yang membatalkan puasa sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahati selama satu bulan penuh, merupakan salah satu cara untuk memelihara kesehatan jasmani dan rohani.

Berbagai studi mengatakan bahwa salah satu sumber penyakit adalah perut. Sedangkan puasa terbukti memberi kesempatan beristirahat bagi organ pencernaan, termasuk sistem enzim maupun hormon. Pada saat tidak dalam keadaan berpuasa, sistem pencernaan pada tubuh manusia akan secara aktif mencerna makanan, sehingga organ tersebut tidak sempat untuk beristirahat, akibatnya bisa muncul berbagai gangguan penyakit.

Seperti penelitian Ramadan fasting: Recommendations for patients with cardiovascular disease. (2022), Ghouri, Chahal, Patel, dkk., membuktikan bahwa puasa dianjurkan dan ‘aman’ untuk dilakukan bagi pasien dengan beberapa kondisi kronis, seperti diabetes melitus, dan penyakit kardiovaskular. Selain itu hasil penelitian Roky, Benaji, dkk., dalam Biological Factor in the Changes in Disease Patients During Ramadan Intermittent Fasting (2022) Bahwa puasa bermanfaat bagi kesehatan penderita diabetes, penyakit ginjal, jantung, saluran cerna, sakit kepala, dan epilepsi.

Juga hasil riset dari Rahman yang berjudul Ramadhan Fasting and its Health Benefits (2022), menunjukkan bahwa puasa Ramadhan bermanfaat untuk pertumbuhan mikrobiota usus dan ekspresi gen serta diyakini berdampak pada proses autofagi tubuh. Aktivitas puasa Ramadhan juga berdampak pada kesehatan mental, menurunkan peradangan, dan penanda stres oksidatif.

Dari riset tersebut, terbukti bahwa puasa bukan hanya untuk kesehatan tubuh melainkan juga mental. Puasa yang dikaitkan dengan mengendalikan jiwa (self control), dimana pengendalian diri tersebut sangat beguna untuk kualitas kesehatan jiwa seseorang yang berdampak pada meningkatnya daya tahan mental ketika ia menghadapi berbagai macam stress dalam kehidupan.

Maka dari itu, ketika seseorang berpuasa, sejatinya ia melatih kemampuan penyesuaian diri pada tekanan tersebut, sehingga ia akan memiliki daya tahan serta lebih sabar dalam menghadapi berbagai tekanan hidup yang ada. Sebab seseorang tidak bisa mengontrol apa yang akan terjadi di lingkungannya (masalah atau tekanan hidup), tetapi yang bisa dikontrol manusia adalah sikapnya terhadap peristiwa yang terjadi di lingkungannya.

Dalam ajaran Islam, mengontrol diri sendiri yang benar adalah bersyukur atas peristiwa yang terjadi apabila sesuai dengan keinginannya dan bersabar jika peristiwa yang terjadi itu tidak sesuai dengan keinginannya serta rida menerima keputusan Allah.

Hal ini sesungguhnya derajat taqwa sebagai tujuan Allah mensyariatkan puasa kepada hambaNya. Sebagaimana Imam Nawawi al-Bantani dalam kitabnya, syarah Nashaihul ‘Ibad yang mengatakan bahwa diantara makna taqwa adalah (husnu al-syukri fima nala bihi wa husnul al-tawakkuli fima lam yanal bihi wa husnul al-sobri fima fata bihi), artinya bersyukur kepada Allah atas apa yang telah dia terima dan bertawakkal atas apa yang belum dia peroleh serta bersabar atas kegagaln yang dia alami.

Namun dalam menjalankan puasa khususnya puasa fardhu Ramadhan, seorang muslim tidak diajarkan untuk hanya berniat hanya mendapatkan hal dunia saja atau dalam hal ini hanya bertujuan untuk kesehatan tubuh ataupun jiwa. Jangan menjadikan puasa itu hanya untuk menurunkan berat badan, atau hanya sebaga wasilah obat bagi yang memiliki penyakit.

Tetapi, tetap niat kita adalah menjalankan perintah Allah dan juga menginginkan derajat taqwa. Sehingga kita dapat bersungguh-sungguh dalam berpuasa dan memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya dengan dibarengi memperbanyak amal shaleh lain di bulan Ramadhan. Dengan begitu kita akan mendapat ganjaran dan manfaat dari puasa baik di akhirat kelak juga di dunia, seperti bonus kesehatan jiwa dan raga dari Allah sebagai balasan bagi shaimin.

Baca Juga: Tetap Sehat dan Bugar saat Berpuasa

*Pegiat Kajian Islam dan Kebangsaan.