kh fahmi amrullah hadziq khutbah jumat di masjid Tebuireng
KH Fahmi Amrullah Hadziq khutbah Jumat di masjid Tebuireng

Oleh: KH. Fahmi Amrullah Hadziq*

اِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه لا نبي بعده

اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيّدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Jamaah Jumat Rahimakumullah,

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Marilah kita senantiasa meningkatkan keimanan dengan sebenar-benar takwa. Menjalankan perintah, meninggalkan larangan. Janganlah kita meninggalkan dunia, kecuali dalam keadaan husnul khatimah.

Salah satu ibadah paling berat adalah puasa Ramadan. Walaupun berat, puasa termasuk ibadah yang istimewa. Saking istimewanya, disebutkan dalam hadis qudsi:

عَنْ عَطَاءٍ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ الزَّيَّاتِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” يَقُولُ اللَّهُ: كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ، إِلَّا الصِّيَامَ، فَهُوَ لِي، وَأَنَا أَجْزِي بِهِ “

Setiap amalan manusia adalah untuknya kecuali puasa, sebab ia hanyalah untukku dan Akulah yang akan memberikan ganjaran padanya secara langsung ”.

Dalam sebuah ayat:

یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَیۡكُمُ ٱلصِّیَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِینَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Surat Al-Baqarah: 183)

Di dalam ayat ini, Allah menyeru dengan menggunakan kata amanu (beriman). Mengapa bukan orang-orang Islam?, ya ayyuhalladzina aslamu, tapi ya ayyuhallidzina amanu. Karena hanya orang-orang berimanlah yang yakin dengan apa yang dia kerjakan. Sehingga untuk meraih tujuan puasa yakni bertakwa, hanya orang beriman yang sanggup. Buktinya banyak orang-orang yang mengaku beragama Islam, tetapi di siang hari mereka makan, minum, merokok. Padahal mereka orang Islam.

Jamaah Jumat Rahimakumullah

Imam Ghazali membagi orang berpuasa itu tiga kategori. Pertama, shaum al-umum (puasa orang umum). Umumnya orang berpuasa hanya menahan diri tidak makan tidak minum berhubungan suami istri. Tetapi puasa jenis ini rentan menjadi puasa yang sia-sia. Apalagi, mereka tidak mampu menjaga pandangan, lisan, pendengaran dari hal-hal yang dilarang oleh Allah. Seperti, mengumpat, berdusta, mencela. Wajar saja jika berapa banyak orang berpuasa hanya mendapat lapar dan dahaga saja.

رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ

“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.”

Kategori yang kedua, shaum al-khusus (puasa orang khusus). Puasa ini tidak makan, minum, berjimak, ditambah menahan lisan, pandangan, dan hal-hal yang dilarang oleh agama. Mereka mampu mengontrol anggota tubuhnya untuk tidak melakukan hal-hal terlarang.

Ketiga, shaum al-khusus al-khusus (puasa orang paling istimewa). Yakni gabungan antara kategori pertama dan kedua, ditambah dengan menahan hati dan pikirannya agar tidak terbesit keburukan di dalam hati dan pikirannya. Kategori ketiga ini adalah puasanya para Nabi, auliya’, muqorrobin, shadiqin.

Jamaah Jumat Rahimakumullah

Janganlah menjadikan Ramadan hanya sebatas rutinitas belaka, tanpa ada bekas terhadap diri kita. Sehingga puasa kita lebih baik dari yang kemarin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ

وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ

وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.


*Kepala Pondok Putri Pesantren Tebuireng, Khadimul Ma’had Tebuireng


**Pentranskrip: Yuniar Indra