sejarah, keutamaan, dan tata cara puasa ayyamul bidh
ilustrasi sejarah, keutamaan, dan tata cara puasa ayyamul bidh

Salah satu puasa sunnah yang memiliki banyak pahala dan keutamaan adalah puasa ayyamul bidh, atau hari-hari putih, yaitu puasa sunnah yang dilakukan pada hari ketiga belas, keempat belas dan kelima belas dari setiap bulan Hijriyah. Dinamakan ayyamul bidh, karena puasa yang satu ini bersamaan dengan malam-malam yang terang, yaitu malam purnama, sebagaimana penjelasan Imam Badruddin al-‘Aini dalam kitab ‘Umdatul Qari Syarh Sahihil Bukhari, (11/135).

Sementara itu, menurut Imam Abul Abbas Najmuddin Ahmad atau yang masyhur dengan nama Ibnur Rif’ah (wafat 710), dinamakan puasa ayyamul bidh karena ketika Allah mengeluarkan Nabi Adam a.s. dari surga ke bumi, sesampainya di bumi kulit Adam berubah menjadi hitam karena panasnya terik matahari. Kemudian ia bertobat kepada Allah atas kesalahannya. Setelah itu ia menceritakan keadaan badannya kepada malaikat Jibril. Kemudian Allah menyuruhnya untuk puasa ayyamul bidh.

Saat puasa pertama, yaitu tanggal 13, sepertiga badan Nabi Adam menjadi putih. Ketika memasuki puasa kedua, yaitu tanggal 14, sepertiga badannya yang lain menjadi putih, dan ketika puasa pada hari ketiga, yaitu tanggal 15, Allah mengembalikan warna badannya dari hitam menjadi putih. (Imam Ibnur Rif’ah, Kifâyatun Nabih Syarh at-Tanbih fi Fiqhil Imam asy-Syafi’i, [Beirut, Darul Kutub Ilmiah: tt], juz VI, halaman 302).

Keutamaan Puasa Ayyamul Bidh

Keutamaan puasa ayyamul bidh sangat banyak, di antaranya adalah setara dengan pahala sunnah puasa selama setahun. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam salah satu hadits, Rasulullah saw bersabda:

صُوْمُوْا أَيَّامَ الْبِيْضِ ثَلاَثَ عَشَرَةَ وَأَرْبَع عَشَرَةَ وَخَمْسَ عَشَرَةَ هُنَّ كَنْزُ الدَّهْرِ

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Artinya: “Berpuasalah kalian pada hari-hari putih, yaitu tanggal 13, 14 dan 15 (Hijriyah). Itu sama dengan puasa selama setahun.” (H.R. Abu Dzar al-Harawi).

Selain itu, puasa ayyamul bidh merupakan salah satu bentuk dan upaya untuk meneladani perilaku Rasulullah. Sebab, puasa sunnah yang satu ini merupakan puasa sunnah yang dikerjakan pertama kali oleh Nabi Muhammad. Hal ini sebagaimana penjelasan sahabat Ibnu Abbas kepada orang-orang saat itu, ia mengatakan:

Maukah kalian aku beri tahu tentang macam-macam puasa sunnah? tanya Ibnu Abbas.

“Mau, wahai Ibnu Abbas,jawab orang-orang saat itu.

“Jika engkau ingin puasa seperti puasanya Nabi Daud, maka puasalah sehari kemudian berbukalah sehari. Jika ingin puasa seperti puasanya Nabi Sulaiman, maka puasalah tiga hari di awal bulan, tiga hari di tengah bulan dan tiga hari di akhir bulan. Jika engkau ingin puasa seperti puasanya Nabi Isa, maka puasalah selama setahun penuh. Dan jika engkau ingin puasa seperti puasanya manusia terbaik, Nabi Muhammad saw, maka puasalah pada tanggal 13, 14 dan 15 setiap bulannya.” (Syekh as-Shafuri, Nuzhatul Majalis wa Muntakhabun Nafais, [Beirut, Darul Kutub Ilmiah: tt], juz I, halaman 234).

Dengan demikian, orang yang berpuasa sunnah ayyamul bidh akan mendapatkan pahala setara dengan puasa setahun, serta akan menjadi bukti totalitas kita sebagai umat Nabi Muhammad dalam mengikuti semua jejak yang dicontohkan olehnya. Berikut tata cara puasa ayyamul bidh:

Tata Cara Puasa Ayyamul Bidh

Tata cara puasa ayyamul bidh pada hakikatnya tidak ada perbedaan dengan puasa-puasa sunnah yang lainnya, yang membedakan hanyalah waktu, karena puasa yang satu ini hanya dikhususkan pada tanggal 13, 14 dan 15 Hijriyah. Selain itu maka tidak disebut sebagai puasa ayyamul bidh, namun puasa sunnah biasa. Nah, berikut ini tahapan cara-cara puasa ayyamul bidh:

Pertama, niat puasa sunnah ayyamul bidh pada malam hari, tepatnya sebelum terbitnya fajar shadiq. Adapun lafal niatnya adalah sebagai berikut:

نَوَيْتُ صَوْمَ أَيَّامِ الْبِيْضِ سُنَّةً لِلهِ تَعَالىَ

Artinya: “Saya niat puasa ayyamul bidh (hari-hari terang), sunnah karena Allah ta’ala.”

Kedua, menunaikan sahur sebelum atau sesudah niat dan sebelum masuknya waktu subuh. Hal ini merupakan anjuran bagi semua orang yang hendak puasa, karena bisa membantu menguatkan badan dalam menjalani puasa selama sehari, serta menjadi makanan yang berkah, sebagaimana disebutkan dalam salah satu hadits, Rasulullah saw bersabda:

عَلَيْكُمْ بِالسُّحُوْرِ فَإِنَّهُ هُوَ الْغَدَاءُ الْمُبَارَكُ

Artinya: “Teruslah kalian sahur, karena ia merupakan makanan yang diberkati.” (H.R. An-Nasai).

Ketiga, menjaga diri dari setiap sesuatu yang bisa membatalkan puasa, seperti makan, minum dan bersetubuh dengan istri. Dan juga menjaga puasa dari hal-hal yang bisa menghilangkan pahala puasanya, seperti ghibah (membicarakan orang lain), berbohong, mengadu domba, dan berkata kotor.

Keempat, berbuka ketika sudah menjelang waktu maghrib.

Demikian penjelasan perihal puasa sunnah ayyamul bidh, mulai dari sejarah, keutamaan hingga tata caranya. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam.

Baca Juga: Puasa Senin Kamis, Ibadah yang Istimewa dari Rasulullah


Ditulis oleh Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur.