Tebuireng.online- Kabar duka kembali menyelimuti dunia Islam di Indonesia. Kiai sepuh yang juga mantan Menteri Agama Era Presiden Gus Dur, Alumni Tebuireng, Prof KH Tholchah Hasan wafat pukul 14.30 beberapa saat lalu (29/5/2019). Almarhum meninggal di RSSA Malang setelah sempat dirawat hampir sebulan.
Kabar duka itu datang dari salah satu putra almarhum, Gus Ghanif. “Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Mohon dimaafkan bapak,” ucap Gus Ghanif dalam pesan pendek yang diterima TIMES Indonesia.
Kiai Tholchah meninggal bertepatan dengan 24 Ramadan 1440H. Ucapan belasungkawa juga datang Dari Pengasuh Pesantren Tebuireng, KH Salahuddin Wahid atau Gus Sholah.
“Keluarga besar Pesantren Tebuireng dan Universitas Hasyim Asy’ari Menyampaiakn duka cita yg mendalam atas wafatya almaghfurlah Prof. Dr. KH. Tholchah Hasan,
Semoga allah mengampuni semua dosa dan menerima semua amal ibadahnya,” ungkap cucu Pendiri NU, Hadratussyaikh KH. M. hasyim Asy’ari tersebut.
Seperti yang diketahui, Kiai Tholchah merupakan alumnus Pesantren Tebuireng. Semoga keluarga yg ditinggalkan di beri kekuatan dan keikhlasan dari Allah SWT
(KH. Salahuddin Wahid)
Info ini juga dikemukakan Kiai Marzuqi Mustamar, “Kira-kira setengah jam yang lalu. Kiai Tolchah meninggal di Rumah Sakit di Malang,” kata Kiai Marzuqi Mustamar melalui sambungan telepon, siang ini pukul 14.35 WIB. Kiai Marzuqi Mustamar juga mengimbau warga NU untuk menjalankan shalat gaib bagi Kiai Tolchah dan agar bisa mendoakan almarhum Kiai Tolchah Hasan agar khusnul khatimah.
“Mugi-mugi khusnul khotimah. Nyuwun kanti sanget, pengurus NU lan warga NU kirim doa lan shalat ghoib kagem KH Tolhah Hasan, (Semoga khusnul khatimah. Mohon dengan sangat, penguru NU dan warga NU agar mengirim doa dan menjalankan shalat gaib untuk KH Tolchah Hasan,” kata Kiai Marzuqi.
Kabar tersebut dibenarkan oleh Hardadi Arilangga, menantu Kiai Tolchah Hasan. “Wafat tadi jam 14.10 WIB di Paviliun VIP A Wijaya Kusuma RS Saiful Anwar, Kota Malang,” kata Hardadi yang seorang dokter.
Almarhum rencananya akan dimakamkan di kompleks Pesantren Pungguk, bakda shalat Tarawih malam ini. “Di situ (kompleks makam) kan ada makam Kiai Masykur, lalu ibunya,” lanjut Dokter Hardadi. Saat berita ini ditulis, jenazah masih berada di RSSA, dan dilakukan pengurusan jenazah Kiai Tolchah.
KH Tolchah Hasan merupakan Mustasyar PBNU. Pertengahan Mei lalu, salah satu putri Kiai Tolchah, Fathien Furaida mengabarkan Kiai Tholchah beberapa hari terakhir memang kerap keluar-masuk RS. Namun, kabar bahwa kondisi tokoh ayahnya tersebut sedang drop tidaklah benar.
Kiai Tolchah merupakan Menteri Agama (Menag) pada era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan aktif sejak muda di NU. Pada Muktamar NU ke-33 tahun 2015, Kiai Tolchah juga salah satu kiai yang masuk dalam Ahlul Hali wal Aqdi.
Achmad Nur Kholis dalam artikel yang dimuat NU Online menjelang penyelenggaraan Muktamar NU tahun 2015 menuliskan Kiai Tolchah Hasan atau Prof Dr KH Muhammad Tolchah Hasan, dilahirkan di Tuban Jawa Timur pada 1936. Ia merupakan seorang tokoh yang multi dimensi, sebagai ulama, tokoh pendidikan, pegiat organisasi yang tekun dan juga seorang tokoh yang aktif di pemerintahan.
Sebagai seorang ulama, tulis Nur Kholis, Kiai Tolchah adalah sosok dengan keilmuan yang mendalam. Penguasaannya terhadap teks-teks agama ditunjukkan dengan aktivitasnya mengajar di pondok pesantren dan di berbagai perguruan tingi. Sebagai seorang tokoh agama ia juga mampu menciptakan pemikiran-pemikiran segar dalam pemahan terhadap agama. Buku populer yang ia tulis (disamping banyak karya yang lain) adalah Ahlussunnah wal Jamaah dalam Tradisi dan Persepsi NU.
Perannya sebagai ulama juga ditunjukkan dengan eksistensi Masjid Sabilillah di Singosari Malang yang dibangun bersama salah seorang founding father NKRI, KH Masykur. KH Masykur menunjuk kiai alumni Tebuireng ini sebagai ketua panitia pembangunan masjid itu.
Kiai Tolchah mampu mengembangkan Masjid Sabilillah menjadi sebuah masjid yang tidak hanya menonjol sebagai tempat ibadah, melainkan tempat pengembangan masyarakat dengan memberdayakan masjid berperan dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan adanya sekolah mulai tingkat dasar sampai lanjutan, kegiatan sosial ekonomi dengan adanya LAZIS Sabilillah, Poliklinik sebagai pusat kesehatan masyarakat.
“Semuanya itu dikelola dengan baik di bawah Masjid Sabilillah. Hal demikian ini menunjukkan bahwa KH Tolchah mampu mengembangkan masjid sebagai pusat peradaban seperti masa lalu,” tulis Nur Kholis.
Sumber: Timesindonesia dan NU Online