Tebuireng.online- Innalillahi wa inna ilahi raji’un. Kamis pagi (13/02/2020) kabar duka menyelimuti lagi Pesantren Tebuireng. Salah satu guru senior dan dosen Ma’had Aly Hasyim Asy’ari, Prof. H. Djamaluddin Mirri telah wafat pada pukul 04.30 WIB pagi tadi. Beliau merupakan juga salah satu guru besar UIN Sunan Ampel yang mengajar program pendidikan Filsafat Agama/Aqidah Filsafat. Menempuh pendidikan S1 di IAIN (sekarang UIN) Sunan Ampel lulus tahun 1986, berlanjut S2 di Universitas Alauddin Makasar, dan mendapat gelar doktor di UIN Syarif Hidayatullah tahun 2002.

Pak Jamal, panggilan akrabnya, pernah menempuh pendidikan di Pesantren Tebuireng. Pernah ngaji sorogan langsung kepada KH. Idris Kamali. Semasa dengan KH. Ali Mustafa Ya’qub Allahu yarhamhu, dan KH. Kamuli Khudlori (Guru Senior Tebuireng). Dan beliau sempat tinggal satu rumah dengan Kyai Idris saat di Makkah. Sejak tahun 2006 beliau sudah mengabdikan diri menjadi rektor pertama Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng.

Beliau terkenal memiliki semangat dan disiplin yang tinggi. Buktinya, beliau selalu datang tepat waktu saat mengajar di Ma’had Aly Tebuireng. Meskipun dengan jarak antara rumahnya di Surabaya dan Tebuireng memakan waktu sekitar 2 jam. Itu pun selalu dengan naik angkutan umum.

“Saya berangkat dari rumah itu sehabis subuh, sampai Jombang jam 7. Kita masuk jam 07.30,” kenangan kata-kata almarhum saat sejumlah mahasantri silaturahmi ke rumahnya sebelum wafat.

Zaenal Karomi, Alumni Ma’had Aly, menulis bahwa di balik kesederhanaan beliau, beliau adalah sosok guru yang on time. Tak segan-segan, ketika ada mahasiswa yang telat maka tidak diperkenankan masuk kelas. Dari sikap beliaulah, kami belajar menghormati waktu dan kedisiplinan.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Tak hanya itu, beliau di kelas saat mengajar jarang terdengar memakai bahasa Indonesia, seringnya menggunakan bahasa Arab. Bahkan saat sowan di rumah beliau pun, beliau tetap berbicara dengan bahasa Arab. Inilah sebuah komitmen beliau yang dipegang karena bahasa Arab sebagai pengantar kegiatan belajar mengajar.

Kesan tegas dan disiplinnya tidak hanya di Ma’had Aly saja. Tapi juga diterapkan di UIN Sunan Ampel.  “Iya beliau itu tegas,” ujar Aurelia Jesura Widho Pradani (19) salah satu mahasiswa UIN Sunan Ampel. Namun, hari ini Allah memanggil beliau. Memang beliau sudah memiliki riwayat penyakit.

“Saya sempat dengar dari teman-teman memang dua semester yang lalu pernah opname,”kata HM (21) salah seorang mahasiswanya.  Jenazahnya dimakamkan di TPU Putat Jaya pada 09.00 WIB.

Beliau juga meninggalkan beberapa warisan keilmuan, di antaranya Ahkamul Fuqaha: Solusi Problematika Aktual Hukum Islam, Munas, dan Konbes Nahdhatul Ulama (1926-1999). Yang disusun bersama rekan-rekannya. Sempat menulis artikel “Bencana Alam: Siksa atau Ujian?” (dimuat di Majalah Tebuireng edisi 13).

Pewarta: Yuniar Indra