tebuireng.online– Klenteng adalah rumah ibadah penganut Konghucu. Namun fungsi Klenteng bisa diperluas menjadi tempat wisata, kegiatan-kegiatan edukasi, bahkan menjadi tempat berkumpulnya penganut agama lain, sebagai bentuk kerukunan  antar umat beragama. Fenomena itu terjadi di Klenteng Hong San Kiong Gudo Jombang yang sejak Rabu-Jum’at (07-09/10/2015), dipenuhi para mahasiswa muslim dari Tebuireng. Mereka berkumpul dalam rangka Masa Penerimaan Anggota (Mapaba) ke-28 Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat Hasyim Asy’ari Tebuireng.

Mapaba ke-28 ini mengambil tema “Membangun Pribadi PMII yang Berfikir Kritis dan Bertindak Transformatif. Kegiatan ini,  diikuti oleh sahabat-sahabat aliansi rayon se-Komisariat Hasim Asyari, diantaranya Komisariat KH. Abdurrahman Wahid, KH. Yusuf Hasyim, Tarbiyah, Syari’ah, dan Kampus Umum.

Ketua Panitia, Sahabat Ari Hilman mengatakan bahwa jumlah peserta tahun ini tetap stabil yaitu 104 peserta.  Pemateri yang didataangkan adalah para senior, diantaranya Sahabat Rifki (materi Ke-PMII-an), Sahabat Aswiyanto (materi Sejarah Islam Indonesia), Sahabat Mubarok (materi Antropologi Kampus), Sahabat Achmad Thorik (materi Sejarah Indonesia) dan Sahabati Fitrotun Hasanah (materi Problematika Gender).

“Saya prihatin dengan temen temen mahsiswa sekarang yang hanya mau berfikir secara pragmatis untuk itu kami panitia mengangkat tema yang bisa menggugah mahasiswa berfikir kritis”,  tutur Pak Kom, sapaan akrab Ketua Komisariat, Rifki Nurul Hidayat.

Alasan panitia memilih klenteng tertua di Jawa Timur tersebut sebagai tempat acara ini, karena ingin memperkenalkan budaya dan tradisi agama lain. Selain itu, juga untuk menjalankan prinsip PMII, yaitu hablun min al-naas, termasuk adalah kerukunan umat beragama, serta mempertahankan nilai-nilai kemajemukan yang digadang oleh Gus Dur.  

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Hal Tersebut disambut hangat oleh Ketua Yayasan Klenteng Hong San Kiong, Bapak Toni Harsono. Ia dan segenap pengurus klenteng sangat senang sekali  jika ada santri yang ingin bermain dan belajar di klenteng tersebut. Ia juga berharap agar hubungan baik ini tidak hanya sampai dibatas pintu keluar, namun terus berkesinambungan. “Kami punya lembaga PAUD, yang sekolah tidak hanya dari kalangan etnis Tionghoa Konghucu dan Kritsten saja, anak-anak muslim juga sekolah disini,” ungkap Pak Tono.

Setelah Mapaba ini akan diadakan follow up, semacam tindak lanjut kegiatan bagi para anggota baru. Besok pagi (10/10/2015), para peserta dan panitia meninggalkan klenteng untuk kembali ke tempat masing-masing. (Irham/abror)