Ratusan santri hadiri launching buku “Mengabadikan Warisan Hadratussyaikh yang Tersebar pada Santrinya”, di gedung Yusuf Hasyim Tebuireng.

Tebuireng.online– Pesantren Tebuireng sukses melaksanakan acara launching buku “Warisan Hadratusssyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari yang Tersebar pada Santrinya”. Buku yang telah resmi dirilis ini, ditulis oleh 33 orang terpilih dari pemenang sayembara “Kiai Hasyim Memanggil Penulis Muda”. Penulis terpilih merupakan santri dan mahasiswa. Buku yang telah mereka tulis berisi tentang kisah santri yang pernah belajar langsung kepada Hadratussyaikh KH. M Hasyim Asy’ari.

Dalam acara launching buku yang berlangsung di gedung Yusuf Hasyim Lantai 3 ini, diisi langsung oleh pemateri yang berkualitas yaitu pertama, Dr. Muhammad Anang Firdaus, Gus Varis M. Mirza, serta pemenang sayembara menulis, Asti Maharani.

Di kesempatan itu, Asti yang merupakan mahasantri Mahad Aly itu menjelaskan secara ringkas tentang isi buku itu sendiri serta bagaimana perjalanannya dalam menulis.

“Dalam tulisan saya ini, saya sengaja menuliskan bagaimana perhatian Hadratussyaikh KH. M Hasyim Asy’ari kepada pendidikan perempuan, yang beliau wariskan kepada putrinya, Nyai Khoiriyyah Hasyim,” tegas mahasantri Tebuireng itu di hadapan ratusan hadirin pada Jum’at (20/10).

Asti juga menjelaskan bahwa tidak pernah ada riwayat tentang tokoh santriwati yang tertera dalam sejarah. Sehingga ia memilih Ibu Nyai Khoiriyyah Hasyim, karena ia menganggap, beliaulah yang pantas untuk mewakili santri santri perempuan Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Mengapa saya memilih beliau, karena kita tahu Bu Nyai Khoiriyah Hasyim tidak pernah mengenyam pendidikan formal sekalipun. Justru itu menjadi poin penting, sehingga beliau dididik langsung oleh Hadratussyaikh KH. M Hasyim Asy’ari,” Asti menambahkan penjelasan kenapa memilih tokoh Bu Nyai Khoirityyah Hasyim dalam tulisannya.

Para pemateri beserta moderator saat melaunching buku Warisan Hadratussyaikh.

Pada kesempatan itu juga, Dr. Anang Firdaus menjelaskan tentang kebesaran Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari dalam mendidik santri-santrinya, hingga beliau ini dijuluki sebagai Maha Guru.

“Hadratussyaikh KH. M Hasyim Asy’ari, merupakan Maha Guru Nusantara sehingga banyak ulama-ulama yang lahir setelah generasi beliau, adalah merupakan murid beliau,” jelas wisudawan doktor dari Universitas Islam Negeri Sunan Ampel dengan nilai cumlaude itu.

Dr. Anang, sapaan akrab beliau, juga menjelaskan tentang pendidikan maqasid. Pendidikan maqasid sendiri ini adalah pendidikan yang dirumuskan dari pemikiran-pemikiran maqasid Ibn Asyur, dalam kitab at-Tafsir wa Tahrir. Yang mana memiliki 4 nilai fundamental, yaitu al-Fitrah (pendidikan yang mengembangkan potensi manusia), al-Samahah (pendidikan yang menyenangkan), al-Musawah (pendidikan untuk semua) dan al-Hurriyah (pendidikan yang memerdekakan).

“Pendidikan ini semualah yang telah diajarkan Hadratussyaikh kepada santri-santrinya,” ucap Dr. Anang, yang saaat ini juga menjadi Wakil Rektor Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng.

Tidak kalah penting, pemateri kedua yaitu Gus Variz M. Mirza juga menyampaikan tentang pemikiran Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari. Gus Mirza turut menjelaskan bahwasanya mengkaji pemikiran Hadratussyaikh itu sangat luas.

“Mengkaji pemikiran beliau itu sama seperti pertanyaan dosen saya, sastra itu apa? Puisi kah atau cerpen?” terang Gus Mirza.

Gus yang saat ini juga sudah menjadi Pengasuh Pondok Pesantren Al-Masruriyah Tebuireng, juga turut menjelaskan bahwa jika mengkaji pemikirannya Hadratussyaikh itu bisa dibagi dalam masalah fikih kah atau masalah aqidah atau masalah apa, namun disini beliau memilih tentang aqidah.

“Karena untuk melahirkan santri yang hebat, santri yang kuat dalam resistensi maka harus memiliki aqidah yang kuat,” jelas alumnus Universitas Gajah Mada, jurusan Sastra Arab itu.

Gus Mirza juga berpesan kepada seluruh hadiri acara launching buku, bahwa di dalam hati yang teguh, hati yang berjuang terus, itu pasti ada keimanan yang kuat.

Pewarta: Soni Fadjar A.