KH. Musta’in Syafi’ie menceritakan secara detail perjuangan KH. Hasyim Asy’ari, hubungan Pesantren Tebuireng dan kemerdekaan Indonesia kepada seluruh santri Tebuireng, dalam acara refleksi kemerdekaan. (Foto: Kopi Ireng)

Tebuireng.online– Peringatan Hari Ulang Tahun ke-74 Republik Indonesia, di Pondok Putra Pesantren Tebuireng dimulai sejak malam harinya, Jumat (16/8/19) di serambi Masjid Tebuireng. Acara pembacaan istighatsah yang dipimpin oleh Kiai Mustaqim Askan, dilangsungkan usai salat maghrib. Kegiatan ini berlangsung dengan khidmat dan atas kekhusyukan santri Tebuireng. Hal ini tentu dianggap sebagai salah satu refleksi kemerdekaan Republik Indonesia yang sudah ke-74 tahun itu. Refleksi santri ini diberi tema “Laau laa Tebuireng, Mastaqalu Indonesia” yang artinya jikalau tidak ada Tebuireng, tidak pula merdeka Indonesia.

Setelah salat isya berjamaah, dilanjut dengan acara formal yang dipandu oleh master of ceremonial dan pembukaan dengan pembacaan surat Al Fatihah. Kemudian disusul dengan pembacaan ayat suci Al Quran dan sambutan-sambutan. Sambutan pertama oleh kepada pondok putra, Ustadz Iskandar, yang terus memberi pesan kepada santri agar tetap belajar.

Kalau tidak ada Tebuireng, InsyaAllah tidak ada Indonesia. Sungguh luar biasa Tebuireng ini. Mari kita merefleksikan kemerdekaan ini dengan pertama: belajar, kedua belajar, dan terus belajar,” pesannya.

Sambutan berikutnya oleh Mudir bidang pondok, H. Lukman Hakim, BA. Ia menyampaikan agar santri mampu meneruskan perjuangan para pahlawan-pahlawan dahulu, khususnya Hadrastussyaikh Hasyim Asy’ari.

Kita ini adalah para pejuang dikemudian hari. Dan perjuangan republik ini siapa yang mau meneruskan kalau bukan kalian. Siapa yang meneruskan perjuangan ini? Ialah santri Tebuireng. Kalian-kalian lah yang nantinya melanjutkan perjuangan Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari. Bahkan kita tahu bahwa yang menyerukan kemerdekaan adalah beliau dengan resolusi jihad,” sampainya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Tausiyah refleksi kemerdekaan oleh KH. A. Musta’in Syafi’i pun menjadi bagian penting dari acara refleksi kemerdekaan ini. Kiai Tain menjelaskan tentang seluk beluk kemerdekaan Indonesia dan peran Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari dalam memperjuangkan kemerdekaan negara Indonesia.

Malam ini kita memperingati hari kemerdekaan yang mana sudah sejak lama dirancang oleh pendiri pondok kita, Hadratussyiakh Hasyim Asy’ari. Dahulu ketika beliau masih mondok di Mekah, beliau dan kawan-kawannya berikrar sumpah didepan multazam untuk memperjuangkan agama Islam dan kemerdekaan Republik Indonesia. Dan ketika beliau balik, beliau mendirikan sebuah pergerakan Ulama yakni Nahdlatul Ulama. Hal ini membuat penjajah kalang kabut. Karena ketika Ulama sudah bergerak, bukan cuma fisik tapi rohaninya pun diisi,” terang dosen Pascasarjana Unhasy Tebuireng itu.

Kemudian Yai Tain, sapaan akrabnya, menjelaskan tentang peran santri dalam memperjuangkan kemerdekaan salah satunya lewat Hizbullah. Dan beliau mengibaratkan resolusi Jihad yang terdapat fathul qashr yang dicetuk Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari dengan cerita Nabi Sulaiman AS dan Ratu Balqis. Dan beliau menceritakan bagaimana Hadratussyaikh sangat peduli terhadap sebuah ilmu dan Al Quran. Kemudian ditutup dengan menceritakan falsafah sebuah pohon kelapa yang dimaksud oleh Hadratussyaikh.

Hadratussyaikh sangat memperhatikan keilmuan dan sangat memerhatikan kepada sekitar. Suatu ketika ada ibu-ibu sowan ke ndalem Hadratussyaikh diberi uang dan beliau menerimanya, kemudian beliau memberikan kembali untuk membangun tempat pendidikan putri di daerah asal ibu-ibu tadi. Sangat perhatiannya beliau, maka Hadratussyaikh tidak menulis kitab yang tebal melainkan hanya kitab tipis-tipis yang disebut risalah,” pungkasnya.

Setelah acara selesai, disusul dengan diadakannya nonton bareng. Dan acara esok dengan diadakannya upacara bendera dan lomba-lomba kemerdekaan seluruh santri Pesantren Tebuireng Jombang.

Pewarta: Seto Galih

Publisher: RZ