Pamflet film Binar

Tebuireng.online— Pada 1 Juli 2018, Pesantren Tebuireng meresmikan berdirinya Rumah Produksi Tebuireng. Rumah produksi itu didirikan dengan tujuan menjadi pioner kaum santri dalam melakukan dakwah dengan melalui dunia perfilman. Peresmian itu dilakukan langsung oleh Wakil Pengasuh, KH. Abdul Hakim Mahfudz atau Gus Kikin.

Film perdana yang masih dalam tahap penggarapan dan diproyeksi akan rilis pada Agustus mendatang, adalah film “Binar”. Film tersebut murni karya santri, baik kameramen, sutradara, aktor, aktris, desainer, tata rias, penata artistik, hingga editor.

“Film ini (Binar) tidak hanya mengangkat soal heroisme (kemerdekaan), malainkan juga tentang peran santri dalam mengisi kemerdekaan. Santri harus menjadi agen perubahan di lingkungannya,” ungkap Co Produser film tersebut, Ustadz Amin Zain kepada Tebuireng Online pada Ahad (22/07/2018).

Sebanarnya, bukan pertama ini, Pesantren Tebuireng memiliki hubungan dengan dunia perfilman. Pada era 1985, pengasuh saat itu, KH. M. Yusuf Hasyim pernah bermain dalam film besutan Djun Saptohadi berjudul “Wali Sembilan” atau “Wali Songo”. Dalam film yang diproduseri oleh Ram Soraya itu, Pak Ud, panggilan akrab KH. Yusuf Hasyim, berperan sebagai Sunan Gresik atau Syaikh Maulana Malik Ibrahim.

Lama tak berhubungan dengan dunia perfilman, Pesantren Tebuireng kembali dilirik oleh dunia seni peran pada 2001. Saat itu, sutradara yang baru naik daun, Hanung Bramantyo mengambil latar Pesantren Tebuireng dalam film yang berjudul “Doa Bilik Santri”. Tak tanggung-tanggung, pemeran utamanya diambil dari santri Tebuireng, yang kebetulan diperankan oleh punggawa Rumah Produksi Tebuireng, Ust Amin Zain sendiri.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Saat itu masih kecil saya. Saya menjadi terinspirasi dengan dunia perfilman dan mengatahui totalitas di dalamnya ya saat main film itu (Doa Bilik Santri),” ungkapnya.  Ia mengungkapkan bahwa film tersebut ditayangkan di stasiun televisi nasional SCTV.

Ustadz Amin menjelaskan, sejak film tersebut Pesantren Tebuireng selama 18 tahun berikutnya tidak bersinggungan dengan dunia perfilman. Sementara, film “Sang Kiai” yang disutradarai oleh Rako Pijanto dan diproduksi oleh Rapi Film memang menceritakan perjuangan KH. M. Hasyim Asy’ari, tetapi tidak melibatkan Pesantren Tebuireng dan santrinya secara praktis.

“Untuk itu, momen adanya Rumah Produksi Tebuireng dan film ‘Binar’ ini kita ingin membangkitkan perfilman di Tebuireng sekaligus sebagai media dakwah kita,” pungkasnya.


Pewarta:             M. Abror Rosyidin

Editor/Publisher: Aros