Tebuireng.online– Pengurus inti Pembina Pondok Putra dan Putri Tebuireng pusat, Kesamben dan Trensains hadiri acara Pelatihan dan Pendampingan; Pesantren Ramah Santri di Balai Diklat Pesantren Tebuireng, Jombok Jombang pada Sabtu (31/8/2024).
Dalam kegiatan ini dihadiri sejumlah 32 orang peserta yang merupakan perwakilan dari masing-masing pondok, terdiri dari pimpinan pondok, koordinator dan pembina dengan menghadirkan pakar, cendekiawan, dan praktisi psikologi dari Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Kegiatan pada siang hari ini berisi tema Dasar Konseling dan Kompetensi Konselor pesantren yang dibawakan oleh Dr. Muallifah, M.A. pada pukul 13.00 WIB. Adapun tujuan dalam penyampaian materi ini adalah untuk memahami konsep konseling di pesantren, meingimplementasikan konseling dalam pendampingan santri, memiliki keterampilan sebagai konselor, dan merumuskan model konseling dalam membina santri.
Dalam materi ini dibuka dengan ice breaking, untuk mencairkan suasana juga agar peserta tidak merasa jenuh pada materi kali ini. Dalam ice breaking kali ini dipimpin oleh tim panitia yang berjalan secara lancar dan seru.
Menurut Dr. Muallifah, konseling adalah hubungan yang terjalin konselor dan konseli, konselor melalui hubungan itu dan kemampuan kemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar dalam mana konseli dibantu untuk memahami diri sendiri, keadaan sekarang, dan kemungkinan keadaan masa depan yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi-potensi yang dimilikinya.
“Demi untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat, dan lebih jauh dapat belajar bagaimana menyelesaikan masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang. Secara impelementatif dalam mengatasi permasalaha di pesantren, pembina berperan sebagai fasilitator yang melihat potensi santri dalam menemukan dan menentukan solusi mandiri,” terangnya.
Selain itu, dalam pelatihan ini juga dijelaskan tentang bagaimana langkah pendampingan ramah santri: pertama pembukaan: Good Rapport dengan Santri, meliputi; menyapa, menyakan kabar, mengetahui kondisi santri, hadir dan membantu santri saat mengalami kesulitan. Kedua, Need Assesment: melalui komunikasi terbuka sehingga diketahui permaslahan sesungguhnya. Ketiga, Pemberian pendampingan/pembinaan pendekatan Konseling. Keempat, Evaluasi dan Terminasi: Santri mampu mengenali potensi, menyadari permasalahan dan mengimpelemntasikan dalam Solusi serta komitmen perbaikan.
“Pendampingan berbasis Konseling bukan selalu menuntut santri mengikuti kita, namun membuka peluang terbuka untuk santri dengan kondisi meraka. Kemampuan kita sebagai pembina memahami, menerima santri sehingga bersama-sama mencapai tujuan bersama,” sebut Dr. Muallifah, M.A.
Pada kesempatan itu, Ulul Fahmi Rosyidah sebagai tim fasilitator, mengungkapkan, “menurut saya acara ini sangat luar biasa, karena dari para pesertanya juga sangat bersemangat dan antusiasme dalam mengikuti materi yang dibawakan jadi adanya hubungan baik antara pemateri dan peserta,” ungkapnya saat diwawancarai.
“Konseling di pesantren itu memang sangat penting, dan langkah untuk mendatangkan para pakar seperti saat ini juga merupakan langkah yang sangat tepat, karena semuanya itu butuh ilmu, jadi tidak asal ngawur. Dan konseling di pesantren itu sangat penting, karena para santri itu sudah jauh dari orang tua, jadi butuh orang-orang yang disekitarnya untuk mensupport,” tambahnya.
Pewarta: Ara